JAKARTA – Pemerintah terkait hal ini Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan terkait terus berupaya mengedukasi para generasi muda Indonesia untuk belajar membatik. Langkah ini dalam rangka meningkatkan kecintaan terhadap batik sebagai warisan budaya dunia sekaligus mendorong penumbuhan wirausaha baru.
“Kami tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memasukkan kegiatan ekstrakurikuler membatik pada Sekolah Menengah Kejuruan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih pada Pembukaan Pameran Batik Pusaka Budaya Bangsa dalam rangka Peringatan Hari Batik Nasional di Jakarta, Minggu (2/10/2016).
Kegiatan ini dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yultin Ginanjar Kartasasmita, istri Wakil Gubernur DKI Jakarta Heppy Djarot Saiful Hidayat, serta Ketua Hari Batik Nasional 2016 Nita Kenzo.
Gati meyakinkan, gerakan melestarikan, menggunakan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya tak bendadi masyarakat selama ini telah mendongkrak permintaan batik nasional dan pertumbuhan industri batik di dalam negeri. “Peluang pasar batik saat ini juga sangat terbuka luas, baik di dalam maupun luar negeri,” ujarnya.
Sementara itu, Nita menyampaikan, Yayasan Batik Indonesia telah menluncurkan program menarik tahun ini, yaitu Batik Karya Saya guna memberikan rasa bangga pada generasi muda terhadap batik nasional. Program ini juga memberikan pelatihan membatik secara cuma-cuma kepada 50 siswa SMK 27 Jakarta. Sekolah tersebut dipilih lantaran memiliki jurusan tata busana.
Upaya tersebut disambut baik oleh Puan, karena merupakan wujud nyata dari gerakan revolusi mental sebagai penumbuhan rasa nasionalisme yang dapat ‘mengakar’ pada generasi muda Indonesia. “Anak-anak kita harus mau belajar membatik. Saat ini sudah ada pendidikan vokasionalnya. Pemerintah juga terus berupaya membangun infrastruktur untuk menunjang hal tersebut,” tuturnya.
Puan menambahkan, perlu program dan kegiatan strategis bersama antara Kementerian/Lembaga dengan pihak terkait dalam mempertahankan kearifan lokal terutama untuk mengajak generasi muda Indonesia memahami dan memakai batik buatan dalam negeri. “Diperlukan juga sosialisasi secara masif kepada anak-anak agar mengetahui batik jenis apa yang dipakai dan jangan pakai yang impor,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, ekspor batik dan produk batik pada tahun 2015 mencapai USD 178 juta ataumeningkat 25,7 persendibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pasar ekspor utama batik adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. (asr)