Kita sering mendengar orang tua yang mengeluh anak-anaknya kurang motivasi. Dan karena kesalahpahaman orang tua, sehingga kurangnya motivasi ini diartikan bahwa “anak saya malas”, “malas bergerak”, atau “anak perempuan saya tidak tertarik pada apa pun”, dan sebagainya.
Orang tua haru tahu, bahwa tidak ada anak yang malas, hanya saja anak itu kurang motivasi di sekolah dan kehilangan rasa ingin tahu alaminya. Memang benar, bahwa meskipun “anak yang malas” sekalipun juga sepenuhnya sanggup menghabiskan beberapa jam waktunya dalam membongkar pasang sepeda miliknya, membaca novel atau buku fiksi ilmiah, atau mencoba berbagai kombinasi yang tidak sama dalam permainan rummikub.
Kita selalu berulang kali mengingatkan, belajar motivasi itu tidak akan muncul begitu saja tanpa alasan.
Motivasi belajar, tergantung pada beberapa faktor, dua diantaranya yang paling penting, yakni membuat dirinya dan orang dewasa senang.
Membuat senang pada individu : Ketika saya rajin belajar, subjek atau pelajaran itu sendiri yang membuat saya merasa senang. Jika tidak bisa juga, maka anggap saja meskipun itu adalah pelajaran yang tidak saya sukai, tapi rasa mendapatkan prestasi yang bagus, rasa berhasil menyelesaikan mata pelajaran, dan kebanggan dari usaha saya, serta kemajuan yang saya capai, dimana hal ini tetap akan membuat saya merasa senang. Dorongan ini tidak dapat dipisahkan dengan kepercayaan diri saya pribadi terhadap orang lain.
Anak-anak yang semakin percaya diri terhadap dirinya, akan lebih termotivasi. Seorang anak yang semakin termotivasi ia akan lebih bersedia fokus ke dalam mata pelajaran. Dan dengan semakin fokusnya dia, akan semakin besar kemungkinannya untuk berhasil, dan akan semakin percaya diri untuk ke depannya. Inilah yang disebut sebagai lingkaran positif dari keberhasilan itu.
Membuat senang orang dewasa. Kita sering mengatakan bahwa salah satu sumber motivasi anak yang paling penting, adalah ingin membuat orang dewasa senang. Orang dewasa yang dimaksud di sini, mengacu pada orang tua, guru, dan orang dewasa yang akrab di sekitarnya.
Mengapa anak-anak ingin orang dewasa senang ? Anak-anak berusaha menemukan kepuasan dan pujian dengan cara membuat senang orang dewasa. Atau secara sederhananya, anak-anak ingin diakui dan dihargai. Sebenarnya, orang dewasa juga mencari hal yang sama dalam pekerjaannya. Jangan lupa sepanjang masa kanak-kanak, perasaan anak terhadap nilainya sendiri itu terbentuk dengan pola orang-orang dewasa di sekitar dalam menyikapi dan memperlakukan dirinya.
Ketika Anak-anak memasuki masa remaja, dan berusaha membuat orang dewasa merasa senang itu acapkali supaya “telinganya bisa tenang” (menghindari ocehan orang tua). Seringkali kita jumpai remaja yang memahami sesuatu secara benar dan rasional, lalu akan terdengar perkataannya seperti ini : “pokoknya, kalau saya mengerti satu hal, dan selama mendapatkan nilai yang bagus, ayah atau ibu tidak akan mengganggu saya (cerewet). Mereka akan membiarkan saya keluar untuk bermain, juga akan melakukan sesuatu yang membuat saya senang.” Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, karena bagaimanapun juga setiap orang mencari sesuatu sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. (Epochtimes/Jhn/YAnt)