JAKARTA – Harga cabai yang dijual di pasaran hingga Rp 150.000 per Kg pada sejumlah daerah dinilai sudah tak wajar. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencurigai adanya sejumlah unsur-unsur yang membuat cabai melonjak tinggi di pasaran.
“Harga cabai terus melonjak mencekik leher konsumen, ini jelas fenomena yang tidak rasional. Bukan lagi masalah cuaca dan atau gagal panen semata,” jelas YLKI dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (13/1/2017).
Bagi YLKI, cabai yang dijual dengan harga tinggi diduga kuat karena ada pihak-pihak tertentu yang mendistorsi pasar, terutama dijalur distribusi. Sejumlah dugaan yang dilakukan para pihak-pihak ini adalah melakukan penimbunan dan praktek kartel oleh pedagang besar atau distributor.
Oleh karena itu, YLKI menyarankan kepada pemerintah untuk tak menyerah dengan kondisi harga pasar pada saat ini. Tak hanya membiarkan harga cabai melonjak tinggi, YLKI juga meminta tak menyalahkan pengaruh cuaca
Menurut YLKI, langkah semestinya seharusnya dilakukan pemerintah dan KPPU adalah pengusutan dan penyidikan yang mengarah sebagai tindak pidana ekonomi. “Pemerintah tak boleh membiarkan fenomena ini tanpa tindakan berarti dan menyerah pada pasar,” tegas YLKI.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, faktor cuaca dan distribusi yang rendah menjadi faktor melonjaknya harga cabai. Enggar menjelaskan curah hujan tinggi membuat cabai petani membusuk. Sehingga para petani pada kondisi seperti tak bisa memenuhi kebutuhan cabai di pasaran. (asr)