Sosial Media atau Media Massa Sosial? (2)

Oleh: DR. Frank Tian, Xie

Dan Scavino, direktur sosial media tim kampanye Trump menyatakan, sejak Juni tahun lalu ketika Trump mengumumkan pencalonan dirinya hingga November, jumlah fans Trump di facebook telah melampaui 15,6 juta orang, dengan jumlah Impressions melebihi 21 milyar, jumlah Engagement lebih dari 485 juta, dan orang yang meng-klik “Like” hampir mencapai 50 juta.

Video stream yang diunduh ke akun facebook Trump telah ditonton sebanyak lebih dari 1,3 milyar kali. Di saat yang sama akun Twitter Trump terkumpul 17,7 juta orang fans. Artikel Twitter nya dibaca hampir 9 milyar kali, jumlah fans yang berinteraksi lebih dari 400 juta. Akun Instagram milik Trump juga memiliki 4,2 juta orang fans.

Dengan fans dari ketiga akun ini, dengan ponselnya Trump bisa dalam seketika berbagi informasi pada 37,5 juta orang dan jika ditambahkan dengan pengiriman ulang dan Re Tweeting, maka tidak sulit bagi Trump untuk menyebarkan informasi kepada seluruh Amerika tanpa harus melalui media massa konvensional bahkan tanpa harus melalui tangan orang lain, juga bisa menyebarkannya ke seluruh dunia.

Sebanyak 37,5 juta pengguna, “media massa” dengan skala seperti ini, jika dilihat dari sudut pandang media massa konvensional, ini benar-benar angka fantastis. Surat kabar “New Yort Times” yang telah beroperasi selama 150 tahun, sampai saat ini setiap harinya hanya menerbitkan kurang dari 2 juta eksemplar.

Pelanggan surat kabar “USA Today” saat tertinggi hanya 2 juta orang. Empat stasiun TV terbesar AS masing-masing CBS hanya memiliki penonton 9,4 juta, NBC hanya 7,75 juta penonton, ABC hanya 6,89 juta penonton, dan Fox hanya 5,2 juta penonton, sedangkan para penonton dari keempat stasiun TV ini jumlah totalnya hanya 30 juta.

Padahal Trump hanya dengan gerakan jempolnya saja sudah bisa menjangkau 37,5 juta orang! Dan jumlah ini masih terus bertambah.  Menurut Scavino, digemarinya forum sosmed sepenuhnya adalah berkat Trump sendiri, karena baik di Twitter, facebook atau Instagram, Trump selalu terlibat langsung dan mengirim informasi sendir. Trump suka berinteraksi langsung dengan orang, suka mengetahui sedang ada kejadian apa.

Setelah menjadi presiden, dikabarkan ada orang yang berharap agar Trump mengurangi menggunakan Twitter. Apakah akan dilakukannya?

Kita tidak tahu. Tapi jika ia bisa terus berinteraksi dengan pemilih, berinteraksi dengan masyarakat umum, tokoh pemimpin baru seperti Trump yang suka berinteraksi dengan warga biasa ini, adalah hal yang belum pernah ada sebelumnya, yang juga akan mendatangkan perubahan yang belum pernah ada sebelumnya.

Selama periode kampanye media massa AS tidak melakukan pemberitaan tentang pilpres secara adil, dampak negatif seperti ini ternetralisir sepenuhnya karena Trump terus menerus menggunakan sosmed. Sosmed telah menjadi jendela yang sebenarnya bagi masyarakat pemilih AS untuk memahami Trump. Trump juga berhasil menghindari media massa yang menyerangnya, dan secara efektif berkomunikasi secara cepat dengan masyarakat Amerika.

Hal yang menarik untuk diamati adalah, pada saat Trump menjabat pada 20 Januari 2017 mendatang, konferensi pers dan reporter di Gedung Putih, akankah ada perubahan?

Trump pernah secara blak-blakan menghujat media massa yang berbohong dan menutupi fakta. Trump sendiri tidak membutuhkan media massa untuk menghadapi masyarakat Amerika dan dunia secara langsung, namun media massa berkepentingan untuk mencatat dan memberitakan setiap tindak tanduk dan perkataan Trump. Bagaimana mengurai benang kusut ini, awal 2017 akan menjadi sangat menarik! (sud/whs/rmat)

SELESAI

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular