Oleh: Cai Hong
‘Republik Soviet’ pada awalnya memperoleh dana bantuan dari kekuatan di luar Tiongkok, yaitu Partai Komunis Internasional yang berada di Uni Soviet. Namun dana itu tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan organisasi ini sehingga para seniornya menciptakan modus operandi berupa menjarah kekayaan secara tak langsung dan merampas hak atas tanah.
Menjarah kekayaan secara tak langsung, dilakukan dengan cara, menciptakan uang kertas dan obligasi Partai Komunis Tiongkok yang diedarkan dalam wilayah yang mereka kuasai. Adik kandung Mao Zedong bernama Mao Zemin diangkat sebagai Kepala Bank dari negara (ilegal) ‘Republik Soviet’.
Di atas uang kertas itu, terdapat gambar kepala Lenin sang pemimpin komunis. Cara ini mereka gunakan untuk menjarah kekayaan warga sipil. Selain itu warga sipil juga dipaksa untuk menyumbang dana, membayar pungutan ini dan itu serta bekerja demi kepentingan komunis.
Merampas hak atas tanah, mereka lakukan dengan cara mengambil alih hak atas tanah dari tangan tuan tanah dan menjarah kekayaan mereka. Juga menculik pedagang kaya untuk diambil uang tebusannya. Bila uang tebusan tidak dibayar maka yang bersangkutan akan dibunuh, tetapi banyak kasus sandera tetap dibunuh meskipun uang tebusan sudah diberikan.
Selain itu, menghasut yang miskin untuk membunuh yang kaya, memprovokasi pendendaman antar kelas ekonomi. Membuat lenyapnya ketulusan hati masyarakat dan moralitas yang sudah dibangun leluhur selama ribuan tahun. Orang-orang komunis itu juga tidak memiliki rasa malu, malahan merasa bangga karena bisa “memperoleh tanah melalui mengganyang tuan tanah” yang mereka akui sebagai hasil ‘Revolusi Agraria’.
Dalam waktu singkat, ekonomi kota Ruijin dan daerah sekitarnya termasuk Yuan’an di provinsi Shaanxi yang dijadikan basis partai komunis mengalami pertumbuhan negatif setelah kekayaan setempat secara besar-besaran dikuras oleh orang-orang Partai Komunis Tiongkok. Ekonomi kedua tempat tersebut sampai sekarang masih terbelakang, sulit untuk pulih. Kita dapat melihat betapa dalamnya kerusakan yang ditimbulkan oleh ‘Republik Soviet’ pada masa lalu.
Bila masyarakat menilai dan menggolongkan IS sebagai organisasi teroris, maka ‘Republik Soviet’ tentu tak luput dari predikat itu juga. Dan orang-orang Partai Komunis Tiongkok yang sejalan dengan Mao Zedong juga termasuk teroris.
Meskipun wadah ‘Republik Soviet’ itu sudah dimatikan pada 1937 oleh pemerintah Republik Tiongkok yang dipimpin Chiang Kaishek, tetapi ruhnya yang merasuk ke dalam jiwa orang-orang komunis tetap melakukan ulah yang merusak.
Sayangnya, pemerintah Republik Tiongkok yang pada saat itu sedang menghadapi perang melawan invasi tentara Jepang, tidak bisa berkonsentrasi dalam membersihkan ideologi komunisme, sehingga memberikan kesempatan kepada komunis untuk berkembang dan membesar.
Komunis menggunakan peluang tidak ikut berperang melawan invasi Jepang untuk memperbesar kemampuan diri yang kemudian digunakan untuk merebut kekuasaan pemerintah dari tangan Chiang Kaishek. Keberhasilan mereka dalam menculik dan meninggalkan kerusakan kepada bangsa Tionghoa masih juga dirasakan hingga hari ini.
Semoga saja seluruh rakyat Tiongkok memahami fakta ini, dengan mengetahui sifat-sifat jahat dari ideologi komunisme itu diharapkan dapat menyingkirkan rasa takut dan tidak lagi menjadi kaki tangan komunis, bahkan secepatnya keluar dari partai yang telah dikutuk oleh Pencipta Alam Semesta. (Sound of hope/Sinatra/rmat)
SELESAI