Banyaknya kejadian pembelotan warga Korea Utara belakangan ini, membuat rezim Kim Jong-un panik. Oleh karena itu, Korut memutuskan pemasangan perangkat sensor di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan, meskipun di daerah demiliterisasi Panmunjom sudah dipasang cukup banyak ranjau.
Kim Jong-un akhir-akhir ini juga meminta departemen terkait untuk memasang perangkat sensor di perbatasan dengan Tiongkok.
Menurut laporan kantor berita Korea Selatan ‘Yonhap’ bahwa beberapa orang sumber dari Korut yang mengetahui masalah ini dalam wawancara menyebutkan, pemasangan perangkat sensor tersebut berkaitan erat dengan upaya Kim Jong-un untuk mencegah pelarian warga Korut.
Sebagaimana diperintahkan olehnya daerah yang dipasang sensor itu selain lokasi yang disebutkan di atas, termasuk Hyesan-si di Ryanggang-do, Musan-gun dan Hoeryong-si di Hamgyong-buk do.
Sumber juga mengungkapkan bahwa Kim Jong-un meminta pihak berwenang untuk segera menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pembelotan warga. Untuk itu, ‘intel’ di daerah perbatasan diperbanyak. Ada ‘intel’ yang berpakaian biasa dan berlagak sebagai perantara pelarian untuk kemudian mencari informasi siapa warga yang hendak melarikan diri.
Pengaruh dari situasi ini, petugas berwenang menangkap belasan perantara dan warga Korut yang ingin membelot dari Hyesan-si di Ryanggang-do.
Agustus tahun lalu, diplomat senior yang bertugas di Kedutaan Besar Korut untuk London, Thae Yong-ho sekeluarga membelot ke Selatan. Untuk menghindari larinya anggota militer Korut, rezim menanam sejumlah ranjau di daerah dekat Panumjon.
Menurut Perjanjian Gencatan Senjata Korea yang ditandatangani pada Juli 1953, daerah demiliterisasi Panumjom tidak boleh ditanami ranjau oleh kedua belah pihak. Meskipun, sejumlah upaya pencegahan sudah dilakukan oleh rezim Korut tetapi tidak mengurangi minat warga dan anggota tentara Korut untuk kabur dari negara komunis itu. (epochtimes/Sinatra/rmat)