JAKARTA – Spekulasi kebenaran Siti Aisyah direkrut oleh Intelijen Korea Utara dalam operasi pembunuhan Kim Jong-nam terus bermunculan. Pastinya Satuan Diraja Polisi Malaysia telah menahan dan menetapkan Siti Aisyah sebagai tersangka pembunuhan Kim Jong-nam. Wanita asal Serang itu juga diidentifikasi berdasarkan rekaman CCTV di bandara Kuala Lumpur.
Pejabat Kementerian Luar Negeri RI yakni Kepala Seksi Malaysia, Direktorat Perlindungan WNI, Rahmat Hindiarta telah mendatangi rumah mantan mertua Siti Aisyah, Lian Kiong, alias Akiong di Jl Samarsa I, No 03, Kelurahan Angke, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (17/2/2017). Anak bos konveksi ini, Ajun, dikatakan sebagai mantan suami Siti Aisyah.
Hingga dalam perjalanannya Siti memilih untuk merantau ke Malaysia. Atas kejadian ini, mertua Aisyah meragukan sosok mantan menantunya itu sebagai agen intelijen. Alasannya, dikarenakan Aisyah hanya tamat hingga sekolah SMP dan tak bisa berbahasa Inggris dan mandarin.
Siti Aisyah ditangkap oleh aparat Malaysia setelah sehari sebelumnya kepolisian Diraja Malaysia menangkap seorang wanita dengan paspor Vietnam bernama Doan Thi Huong (28 tahun) terkait dengan kasus pembunuhan Kim Jong-nam.
Sorang pengamat intelijen dan dosen Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) sebagaimana ditulis oleh media Malaysia bharian.com.my menilai dua orang yang ditangkap oleh polisi diduga adalah agen intelijen yang baru direkrut dikarenakan tertangkap setelah melakukan sebuah operasi.
“Saya pikir, mereka agen pelatih atau agen junior, sebab itu tertangkap karena tidak efisien,” katanya kepada media Malaysia itu.
Menurut pengamat yang menolak disebutkan namanya itu, standar operasi prosedur (SOP) intelijen negara asing khususnya negara menganut paham komunis, biasanya setiap agen intelijen diberikan pil khusus untuk bunuh diri jika tertangkap untuk menghindari informasi terkait operasi mereka bocor.
Atas analisa itu, pengamat intelijen ini meyakini bahwa agen yang terlibat di dalam operasi pembunuhan Kim Jong-nam masih berada di Malaysia dan kini bersembunyi serta berusaha mencari jalan untuk ke luar negeri.
Sehubungan itu, ia berpendapat sudah semestinya kontrol keamanan di semua pintu masuk di Malaysia khususnya Bandara harus ditingkatkan untuk menghindari kejadian pembunuhan seperti itu berulang.
“Pada saat sama, jaringan intelijen negara harus lebih peka untuk mendeteksi masuknya setiap individu yang memiliki pertalian keluarga dengan setiap pemimpin negara luar yang ke negara ini.”
“Ini penting untuk memfasilitasi operasi pemantauan terhadap individu, sehingga dapat menjaga keamanan diri mereka selama berada di negara ini, “katanya. (asr)