Merasakan adanya nyawa si kecil dalam kandungan sendiri, merasakan buah hati yang perlahan-lahan tumbuh besar dalam perut, mulai melambaikan tangan dan kaki mungilnya, menggerak-gerakan tubuh mungilnya, ini adalah momen paling indah dalam perjalanan hidup setiap ibu di dunia.
Sayangnya, tidak semua bayi itu memiliki kesempatan untuk dilahirkan ke dunia ini, di antara mereka ada yang dikarenakan berbagai faktor di luar kendali dalam proses pertumbuhannya itu, hingga akhirnya tidak berkesempatan membuka sepasang matanya melihat ayah-ibunya, dan kembali manjadi malaikat kecil lagi di surga.
Wendy Cruz-Chan adalah seorang ibu dari New York, belum lama ini, dengan bahagianya ia menanti-nantikan kehadiran si buah hati.
Tapi sayangnya, saat memasuki ke 19 pekan masa kemahilannya, ibu ini terserang infeksi rahim yang langka, sehingga kehilangan Killiam, putra kecil dalam perutnya, namun, cinta kasihnya terhadap anaknya itu tidak serta merta berakhir begitu saja.
Setelah Killiam yang baru berusia 5 bulan mati dalam perut ibunya, Wendy melahirkannya secara induksi.
Saat itu, tubuh induk sang ibu telah siap menyusui bayinya, tapi Killiam tidak berpeluang menikmati susu ibunya, Wendy menyadari hal itu dengan sedih. Dia tidak punya kesempatan lagi melihat pertumbuhan putranya, tidak bisa menemaninya bermain, dan tidak bisa memberikan gizi pada Killiam denga ASI-nya, karena ia telah kehilangan bayinya.
Hati Wendy sangat sedih melihat kenyataan itu, tapi untungnya, ia memilih cara berdukacita yang sangat berarti untuk anaknya: Menyumbangkan ASI.
Wendy menghubungi badan terkait setempat, ikut berpartispasi dalam program sumbangan ASI atas nama Killiam, putranya yang belum sempat melihat dunia.
Meskipun tidak punya anak, tapi Wendy tetap berusaha memerah susunya setiap hari, dan dengan caranya yang paling hangat dan penuh cinta kasih terhadap Killiam menyebarkannya kepada lebih banyak bayi di dunia yang membutuhkannya, sekaligus memulihkan kepedihan hatinya karena kehilangan buah hatinya.
Seperti kita ketahui, dalam ASI mengandung nutrisi alami yang melimpah, dapat memberikan resistensi dan fisik terbaik pada bayi.
ASI yang disumbangkan Wendy sepenuhnya dialokasikan ke unit perawatan intensif neonatal setempat, dia bersikeras memerah susunya sekali selang 3,4 jam per hari, dan ia tetap akan dengan penuh semangat memerah susunya begitu waktunya tiba meski saat tidur tengah malam sekalipun.
Setelah berlangsung dua bulan kemudian, jumlah susu yang telah disumbangkan Wendy telah mencapai 1.000 ons (sekitar 30.000 c.c.)
Secara keseluruhan ASI-nya telah membantu enam bayi di unit perawatan intensif neonatal, bahkan salah satu bayi adalah penderita epidermolisis bulosa yang langka, tapi bayi ini sekarang sudah sehat tidak perlu menjalani perawatan lagi !
Dalam tiga bulan ke depan, Wendy memutuskan akan meningkatkan ASI-nya, supaya dapat membantu lebih banyak bayi yang membutuhkannya.
Sebenarnya, menyusui adalah satu hal yang sangat menguras energi seorang ibu, meskipun Wendy merasa sangat lelah dalam proses ini, tapi Wendy merasa terhibur ketika melihat senyum sehat dan ceria anak-anak.
Wendy sekarang juga kerap berbagi kisahnya dengan orang lain, menghimbau lebih banyak ibu ikut bergabung dalam program menyumbangkan ASI.
Wendy berharap kisahnya itu dapat mendorong semangat orang-orang, sekalipun mengalami kesedihan karena kehilangan anak. Namun, mereka masih bisa menghadapinya dengan sikap positif, berkabung dengan cara mencurahkan kehangatan dan cinta kasih yang paling bermakna.
“Dan ini adalah bentuk cinta kasih paling tulus dari seorang ibu terhadap anaknya, dan pada kesempatan ini saya memberikan penghormatan tertinggi kepada para ibu-ibu yang hebat di dunia,” katanya. (jhoni/rmat)