Oleh: Cai Shengun
Uji ledak nuklir yang keenam oleh Korut yang telah dinantikan oleh berbagai kalangan luar tidak meledak di “Festival Matahari (15 April hari ulang tahun Kim Il Sung, kakek Kim Jong-un)” seperti sebelumnya, kapal induk dan kapal pemburu AS yang buru-buru tiba di lokasi pun tidak jadi dikerahkan. Penampilan Kim Jong-Un yang sepertinya tidak takut siapa pun, toh pada akhirnya tetap takut pada AS!
Kim Jong-Un lebih sadar dari siapa pun, berlagak kuat terhadap pihak asing hanyalah untuk menakut-nakuti rakyatnya sendiri, untuk membuat seluruh rakyat bersatu di dalam lingkup Matahari Kim, dan bukan benar-benar berniat melawan AS.
Kalau sampai menyulut kemarahan AS, maka Dinasti Kim yang telah susah payah dibangun selama tiga generasi itu pasti akan berantakan.
Trik Korea Utara ini sudah sangat dipahami oleh Amerika yang “licik”, selama 8 tahun pemerintahan Obama telah mengubah kebijakan mengambil hati Korut, terlebih lagi tidak tertarik dengan “Dialog Enam Negara”, dialog yang sudah berlangsung belasan tahun itu. Bagi AS dialog itu hanya semacam trik RRT-Rusia untuk menahan atau mempermainkan AS saja, ketika Obama berkuasa, orang Amerika baru menyadari, tidak lagi mencampuri “Dialog Enam Negara” yang tiada makna konkrit apapun bagi AS.
Sejak Oktober 1994 lalu AS-Korut menandatangani “Framework Agreement” di Geneva, Swiss, masyarakat internasional telah menyaksikan bagaimana Korut terlalu banyak “ngambek” dan “murka”.
Beberapa kali pemerintahan AS-Jepang-Korsel juga pernah menjajal berdialog dengan Korut, juga tidak benar-benar meninggalkan Korut, selalu Korut yang bersikap aneh. Hal ini menyebabkan akumulasi terlalu banyak rasa tidak percaya pada AS, Jepang dan Korsel. Meskipun RRT-Rusia kerap mengeluarkan kartu “Dialog Enam Negara” di saat genting, tak hanya Amerika, bahkan Korsel dan Jepang pun tidak lagi antusias menanggapinya.
Sekarang AS tetap melemparkan bola panas Korut ini pada RRT. Menurut AS hanya RRT yang bisa benar-benar mempengaruhi Korut dan mengubahnya, sebagai buah dari dukungan RRT terhadap rezim keluarga Kim dengan mengorbankan ratusan ribu pemuda (tentara sukarelawan pada masa Perang Korea 1950-1953), adalah RRT yang membagikan sepotong kue paham sosialis ini bagi Korut, adalah RRT yang selama ini dengan setia memberikan berbagai bantuan ekonomi bagi Korut, adalah RRT yang selalu diam saja ketika Korut menapak jalan sesat politik Songun (pembangunan berdasarkan militer).
Jadi bisa dibilang, jika tidak ada RRT sebagai big brother, maka rezim turun temurun Korut ini sudah sejak dulu berganti dinasti.
Masyarakat dunia tahu, RRT dan Korut adalah negara yang pernah bersahabat erat, melawan AS membantu Korut (dalam Perang Korea) telah menciptakan hubungan yang lebih kental daripada darah.
Selama periode melawan AS membantu Korut dan pasca peperangan, pemerintah RRT telah memberikan bantuan dalam jumlah besar mulai dari SDM, materi, sampai finansial, begitu banyak pasukan sukarela bahkan dengan atau tanpa mengenakan seragam militernya terjun langsung ikut membangun perekonomian Korut.
Selama puluhan tahun, berapa banyakkah bantuan yang telah diberikan oleh RRT bagi Korut?
Kalkulasi abu-abu pemerintah telah mengelabui rakyat ibarat katak dalam tempurung, tapi yang pasti nilainya sangat spektakuler!
Korut juga pernah menganggap RRT sebagai kakak tertuanya, sehingga dulu untuk jangka waktu yang cukup panjang RRT pernah menempuh orientasi kebijakan tidak mengakui, tidak berkomunikasi, dan tak berhubungan terhadap rival Korut yakni Korea Selatan.
Hanya saja seiring dengan perkembangan situasi dunia, kebijakan diplomatik sepihak seperti itu semakin tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi Tiongkok. Akhirnya sejak tahun 1983, antara RRT dan Korea Selatan mulai ada hubungan diplomatik. Pada 1986 dan 1988, Tiongkok mengirim tim utusan olahraga dalam skala besar ke Seoul untuk turut serta dalam Olimpiade dan Asian Games.
RRT dan Korsel resmi menjalin hubungan diplomatik membuat Korea Utara amat berang! Dan menganggap RRT telah mengkhianati persaudaraan, di bawah komando Kim Il-Sung, Korut mulai mengobarkan gerakan anti-Tiongkok di negaranya, akibat yang paling dirasakan adalah sejumlah kuburan prajurit sukarelawan Tiongkok dihancurkan bahkan makam Mao Anying (putra Mao Zedong yang gugur di medan perang Korea) juga ikut menjadi sasaran.
Setelah Uni Soviet runtuh, bantuan Rusia bagi negara asing (terutama sesama Negara sosiali) menurun drastis, Korut terpaksa kembali harus mengandalkan RRT untuk menopang ekonominya, terutama pasokan pangan dan energi jangka panjang bagi Korut yang sangat kekurangan, selama bertahun-tahun tidak pernah bisa terlepas dari bantuan RRT.
Tapi Korut tidak memiliki rasa terima kasih/balas budi terhadap RRT sang kakak, malah RRT diperlakukan sebagai salah satu kartu as di tangannya, bagi Korut, bahan pangan dan bantuan energi yang tak pernah terputus dari RRT, adalah sumber daya yang penting untuk terus mempertahankan posisi kekuasaan kerajaan keluarga Kim.
Sedangkan bagi RRT, eksistensi dinasti keluarga Kim adalah penghalang strategis alami bagi RRT di wilayah Asia Timur untuk membendung Amerika dan Jepang. Faktanya, jika Semenanjung Korea mempertahankan kondisi sekarang ini akan menguntungkan bagi RRT, karena RRT bisa memanfaatkan permusuhan Korea Utara dengan Korea Selatan untuk terus mengembangkan keuntungan mediasinya dalam urusan diplomatik dan geopolitik.
Hubungan diplomasi keseimbangan RRT jelas sangat tidak disukai oleh generasi ketiga keluarga Kim ini, jadi krisis nuklir yang terjadi adalah salah satu kartu bagi Dinasti Kim untuk menangkal AS-Jepang-Korsel agar melawan RRT.
Kartu ini cukup sering dikeluarkan sehingga membuat masyarakat internasional heboh, presiden baru AS Trump mengancam akan mengakhiri “kesabaran strategis” dan menerapkan strategi baru terhadap Korut, tapi dalam tingkat tertentu Trump mengungkapkan pernyataan ini ditujukan bagi RRT, pemerintahan baru AS jelas juga ingin menggunakan kartu as Korut ini untuk menghardik negara besar yang bangkit dengan cepat dan menyatakan bertanggung jawab tersebut.
Akankah kakak tertua RRT terus membela saudaranya keluarga Kim atau akan melepaskan pewaris terakhirnya di Asia Timur yang sedang perang dingin?
Bagi RRT, ini adalah suatu ujian, misalnya jika Korut berjanji tidak akan meledakkan nuklirnya lagi, kualitas hidup dan kondisi HAM di Korut yang sangat mengenaskan juga seharusnya berubah, rezim turun temurun yang selalu mengusung personal individu, kehidupan rakyatnya menderita, kejam terhadap rakyatnya sendiri dan terus menerus mengancam pihak asing ini. Sudah pasti akan dicemooh dan ditinggalkan.
Semenanjung Korea yang tidak ada keluarga Kim, tidak hanya akan menjadi satu-satunya penyelesaian dari ancaman nuklir, juga merupakan cara terakhir untuk menyelesaikan masalah Korea Utara.
Berdasarkan ikatan budaya, sejarah dan geografis yang erat, penyelesaian akhir masalah Korut ini tentu tidak lepas dari peran RRT. Namun kuncinya terletak pada peran apa dan fungsi apa yang dimainkan, apakah menciptakan kesejahteraan bagi rakyat Korut yang hidup di tengah lautan derita, ataukah terus menciptakan ketegangan dan kekacauan bagi Asia Timur, ini sepenuhnya tergantung pada strategi dan keputusan pihak RRT sepihak.
Hubungan RRT-Korut yang bersejarah panjang secara jelas memberitahu kita semua, hampir setiap perubahan situasi di Semenanjung Korea sedikit banyak berdampak pada RRT, tak terkecuali juga kali ini. (sud/whs/rmat)