Oleh: Su Yang
Erabaru.net. Korea Utara kembali tembakkan rudal balistiknya pada Minggu pagi (14/5/2017) waktu setempat.
Menurut pakar persenjataan, jangkauan tembak rudal tersebut lebih jauh dari uji coba rudal sebelumnya. Ini berarti Korea Utara telah membuat beberapa kemajuan pasca uji coba serupa Februari lalu, dan situasi ini jelas sangat mengkhawatirkan.
Pejabat Korea Selatan dan Jepang mengatakan, rudal yang ditembakkkan Korea Utara itu berjarak sekitar 700 km, dengan ketinggian lebih dari 2000 kilometer, lebih jauh dan tinggi dari rudal jarak menengah yang diluncurkan Korea Utara Februari lalu di daerah Kusong, barat laut Pyongyang, demikian lansiran Central News Agency yang dikutip dari Reuters.
Co-director UCS Global Security Program David Wright mengatakan, jika diluncurkan dengan orbital standar, jarak maksimal rudal tersebut dapat mencapai sekitar 4500 km.
Sementara itu, Kim Dong–yub (Transliterasi) dari Institute for Far Eastern Studies, Kyungnam University, Korea Selatan mengatakan, bahwa rudal yang diluncurkan Korea Utara itu mampu melesat sejauh 6000 km, dan dapat mencapai Hawaii, jika diluncurkan dengan orbital standar.
Sementara itu Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyatakan bahwa peluru kendali itu terbang selama 30 menit dan mendarat di Laut Jepang. Korea Utara selalu uji coba rudal menuju ke Laut Jepang.
“Jika laporan terkait benar, maka uji coba rudal itu mungkin mengindikasikan bahwa Korea Utara memiliki sebuah rudal jarak jauh, dan jelas ini sangat mengkhawatirkan,” kata astronom Jonathan McDowell di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, AS.
Profesor Yang Moo-Jin dari Universityof North Korean Studies mengatakan, “Korea Utara jelas bermaksud menguji (presiden baru Korea Selatan) Moon Jae-in, mengamati kebijakan Moon Jae-in atas Korea Utara, dan memantau koordinasi kebijakan antara Korea Selatan – Amerika Serikat, demikian dilansir ari Agence France-Presse.”
“Sebelum pembicaraan lanjutan, Korea Utara ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan begitu mudah untuk meninggalkan ambisi nuklir yang berharga itu bagi mereka,” kata Yang Moo-Jin, profesor di University of North Korean Studies, Korea Selatan. (Jhony/rp)
Sumber: Epochtimes