Erabaru.net. Badan Keamanan Nasional Tiongkok menawarkan hadiah uang tunai dengan jumlah besar kepada warga yang melaporkan mata-mata asing ke nomor hotline nasional, # 12339, bagi seluruh warga negara untuk melaporkan dugaan spionase, sejak November 2015.
Namun, mulai 15 April, pemerintah mengeluarkan Langkah-langkah Pemberian Hadiah untuk Warga yang Melaporkan Tindakan Spionase, dan kali ini jumlahnya disebutkan, yaitu warga akan diberikan hadiah hingga 500.000 yuan, atau sekitar Rp. 965 juta, jika laporan mereka berguna.
Menurut sebuah artikel di Beijing Morning Post, sistem reward dimaksudkan untuk membangun tindakan anti-spionase di Tiongkok.
“Sebagai hasil dari kebijakan membuka diri, interaksi kita dengan orang asing telah meningkat pesat. Jumlah orang yang masuk dan keluar dari negara juga meningkat. Badan intelijen asing dan kelompok permusuhan lainnya telah menembus politik negara kita, memicu tindakan pemisahan dan subversi, mencuri rahasia, dan melakukan kegiatan spionase. Selain itu, beberapa individu telah menjual kepentingan nasional ke badan intelijen asing. Beijing sebagai ibukota adalah sasaran utama bagi badan intelijen asing dan kelompok permusuhan lainnya untuk mengatur kegiatan dengan tujuan penetrasi, subversi, pemisahan, penghancuran, dan pencurian rahasia negara. Dengan latar belakang seperti itu, ada kebutuhan penyelidikan anti-mata-mata yang mendesak, karenanya pemerintah perlu mengambil pendekatan inovatif dengan memobilisasi massa, membuat orang sadar, dan memberi mereka motivasi untuk melindungi keamanan nasional, dan akhirnya membangun perlindungan dari aksi spionase.”
Kebijakan ini juga menekankan bahwa identitas mata-mata harus jelas dan tepat, karena jika laporan yang dilaporkan tidak tepat, maka akan dikenai denda.
Badan Keamanan Nasional juga merilis sebuah video melalui berbagai situs yang menginstruksikan warga tentang apa yang harus dijaga, dan menjelaskan rincian sistem penghargaan.
Video resmi China Central Television di Miaopai telah menarik lebih dari 450 juta penonton dalam satu hari.
Pejabat Propaganda mulai menasehati publik Beijing untuk waspada terhadap mata-mata asing sejak tahun lalu. Salah satu poster kartun yang mereka rilis, berjudul “Dangerous Love,” memperingatkan wanita Tiongkok agar tidak tergoda oleh rayuan orang asing yang memiliki motif tersembunyi.
Menurut hukum kontra-spionase pada 2014 dan hukum manajemen NGO asing yang disahkan pada 2016, tindakan spionase yang dilakukan untuk organisasi yang menerima dana asing tanpa persetujuan dari pemerintah terlebih dahulu, termasuk tindakan spionase yang dilarang.
Dalam dua tahun terakhir, sejumlah orang asing telah ditangkap karena “menimbulkan ancaman” terhadap keamanan nasional. Pada Januari 2016, Peter Dahlin, seorang aktivis HAM Swedia, diusir dari Tiongkok setelah 23 hari ditahan.
Kasus-kasus yang lebih baru adalah penangkapan aktivis HAM Taiwan Lee Ming-cheh dan penahanan Profesor Australia keturunan Tionghoa, Feng Chongyi.
Kelompok Pemuda Komunis Tiongkok mensosialisasikan kebijakan ini melalui Platform Weibo dengan membuat lagu rap. Para pengikut akun kelompok ini bereaksi terhadap video tersebut dengan memberi komentar negatif.
“Setidaknya ada puluhan ribu (mata-mata) di Weibo. Orang Jepang, Amerika Serikat, dan Korea, mereka menggunakan semua tindakan untuk membentuk kelompok yang menghina pahlawan nasional, dan menghasut mereka dengan isu diskriminasi regional, etnis, dan pekerjaan. Mereka juga memanfaatkan berita untuk menciptakan rumor dan membingungkan orang untuk melukiskan citra negara Tiongkok yang kacau. Mereka aktif di balik semua ini. Sebenarnya warga tidak harus memata-matai orang asing yang diduga menjadi agen spionase asing. Mereka bisa menjadi orang yang mengedarkan energi negatif dengan rasa kebenaran, mereka yang menghasut tindakan ekstrem dengan mengungkapkan kebenaran. “
Beberapa pendukung Liga Pemuda pun melontarkan komentar mereka dengan menggunakan akun fiktif.
“Saya melaporkan, Wang Xuming, direktur Bahasa dan Budaya di bawah Biro Pendidikan; Yuan Tengfei (guru sejarah dan blogger terkenal); He Weifang (profesor hukum); dan Mao Yushi (ekonom terkemuka) merupakan mata-mata Amerika.”
“Yuan Tengfei, dan yang disebut intelektual publik, terus mengejek negara dan pemerintah, dan terus memuji demokrasi Barat dan pengalaman Taiwan sebagai jalan yang benar. Bagaimana melaporkannya?”
Di kolom diskusi Weibo, muncul suara-suara lain yang lebih kritis.
“Kita masih punya waktu untuk berbicara tentang aksi spsionase. Fokuslah pada kasus korupsi pertama atau negara akan bernasib sama seperti pemerintahan Dinasti Qing . Jika Anda tidak mampu memperbaiki rumah Anda sendiri, maka akan runtuh sendiri.”
“Jika membicarakan pendapat seseorang di Weibo pantas ditangkap, berapa banyak orang yang akan dipenjara? Pidato bebas itu buruk? Orang seperti apa yang ingin memenjarakan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda selain mereka sendiri? ” (jul/rp)
Sumber: visiontimes.com