Erabaru.net. Ada banyak hal yang kita anggap remeh sampai kita tidak memilikinya lagi.
Berikut adalah empat tempat yang mungkin dalam waktu dekat sudah tidak lagi. Mengunjungi tempat-tempat ini sebelum mereka hilang mungkin bukan ide buruk.
Venesia, Italia

Venesaia, yang dikenal sebagai surganya orang yang sedang berkasih-kasihan dan arketipe asmara, bisa ditelan oleh air pada akhir abad ini.
Kota di Italia, yang terkenal dengan kanal-kanalnya ini, terus tenggelam. Namun, ancaman yang lebih besar lagi bagi keberadaan masa depan Venesia adalah meningkatnya banjir yang disebabkan oleh arus pasang, yang diketahui penduduknya sebagai aqua alta (air tinggi).
Tapi mungkin ada harapan bagi kota air itu. Ternyata, Venesia akan melindungi dirinya dari banjir dengan menciptakan penghalang banjir.
Laut Mati

Danau kuno ini mempunyai sejarah panjang, dan merupakan lokasi yang populer untuk mengasaingkan diri.
Orang-orang dari seluruh penjuru berduyun-duyun ke Laut Mati, antara lain, karena airnya dengan kadara garam yang tinggi , konon memiliki beberapa khasiat penyembuhan yang unik.
Sayangnya, danau ini menyusut.Saat ini hanya sepertiga dari ukuran itu sekitar 40 tahun yang lalu, dan telah menyusut sekitar 80 kaki (25 m), menurut National Geographic .
Salah satu sebab utamanya adalah negara-negara tetangga yang manjadikan sungai Yordan sebagai suplai air minum, yang merupakan penyuplai air Laut Mati .
Taman Nasional Glacier, Montana

Taman Nasional Montana terkenal dengan gletsernya. Dulu adalah “rumah bagi lebih dari 150 gletser. Dengan perubahan iklim, jumlah tersebut secara drastis menyusut, dan baru-baru ini mencapai angka terendah menjadi 25.
Para ilmuwan memprediksi bahwa gletser akan benar-benar hilang pada tahun 2030, tapi mungkin bahkan lebih awal lagi, “menurut National Park Service .
Kyoto, Jepang

Kyoto adalah salah satu tempat di mana kemajuan modern menyaingi warisan tradisional. Hal ini dikenal dengan banyak towney tradisional machiya, yang beralih menjadi real estat baru dan lebih modern.
Machiya adalah townhouse kayu tradisional Jepang dengan dua lantai. Mereka terlihat seperti sisa-sisa “masa lampau” bila dibandingkan dengan perumahan modern di sekitar mereka.
Sementara semakin banyak yang hilang, beberapa machiya cukup beruntung untuk menjadi tujuan baru sebagai restoran atau akomodasi sewa bagi wisatawan.
Ini adalah dilema bagi beberapa orang yang merasa kehilangan. Namun, banyak juga yang merasa tidak berdaya melawan arus pembangunan yang dibutuhkan masyarakat modern dan berkembang.
“Itu juga bisa dimengerti di lingkungan perkotaan yang tumbuh dan berkembang, [namun], pada saat bersamaan, ini adalah sisa sejarah yang penting. Penting agar mereka tidak semuanya hilang, “kata direktur penelitian dan pendidikan untuk World Monuments Fund, Erica Avrami . (vivi/yant)
Sumber:visiontimes