Erabaru.net. Ini adalah cerita kehidupan dari seorang gadis tentang pilihan hidupnya ketika dia harus menerima saran dari ayahnya. Yakni, memilih menangis di mobil BMW, atau memilih tertawa di atas sepeda. Lalu apa yang dilakukan gadis itu? begini ceritanya :
Banyak orang memilih bisa tertawa di atas mobil BMW, aku tak menyangka asmaraku menemui pilihan seperti itu. Ayahku mengenalkan anak temannya itu padaku, dia adalah kepala koki di sebuah hotel besar.
Dia mulai belajar sejak magang, dan menghabiskan lima tahun lamanya baru kemudian menjadi kepala koki. Hubunganku dengannya sangat baik, dia juga sangat perhatikan padaku.
Namun, dia tidak pernah mengajakku makan bersama di luar. Ia selalu membuat masakan untukku, dia bilang bisa membuat masakan di luar. Tidak perlu membuang-buang uang.
Aku pikir hidup hemat adalah hal yang baik, lalu aku pun mulai jalan/pacaran dan menjalin hubungan serius denganya. Tepat di saat ingin menapak ke jenjang pernikahan, muncullah Ivan.
Ivan adalah teman SMP-ku, keluarganya sangat kaya, tinggal di vila, dia adalah manajer di perusahaan ayahnya. Mungkin memang aku banyak berubah menjelang dewasa, ia merasa aku menjadi cantik. Dan ia pun secara aktif mulai mengejarku.
Sering mengirimi aku bunga mawar, dan membelikan pakaian atau tas yang aku sukai dan sebagainya. Ia juga sering mengajakku makan malam romantis di bawah temaram lampu lilin di hotel mewah.

Saat pulang kerja, dia membawa bunga mawar dan menjemputku dengan BMW-nya, semua gadis-gadis yang melihat itu pun menjerit, bukankah asmara seperti itu hanya ada dalam dongeng ? Tapi dongeng seperti itu sudah ada dalam hidupku.
Saya harus menjaganya dan aku akan menjadi wanita yang paling bahagia. Aku pun mulai berpikir ingin putus dengan pacarku, si kepala koki. Lalu aku menjelaskan segalanya pada ayah.
Aku bilang pada ayah, apa ayah tidak mau aku menikah dengan keluarga berada dan terpandang?
Ayahnya menjawab begini, “Ayah juga ingin kamu menikah dengan keluarga terpandang, tapi keluarga terpandang yang ayah maksudkan itu tidak sama seperti yang kamu pikirkan.” Setelah itu ayah mengajakku ke suatu tempat.