Ibu, Memangnya Kenapa dengan Isteriku? Kita Juga Bukan Keluarga Bangsawan, Kenapa Tidak Bisa Menerimanya?

Erabaru.net. Sudah tiga tahun aku menikah dengan Dewi. Kami adalah teman kuliah di kampus yang sama.

Dia dia adalah kembang kampus, Sementara saya adalah ketua umum serikat mahasiswa, kami sering terlibat dalam kegiatan sosial, sehingga lambat laun kami pun pacaran.

Setelah lulus, untuk pertama kalinya saya mengajak Dewi ke rumah, tapi ibuku sepertinya tidak begitu suka dengannya. Ibuku bilang dandanan Dewi terlau mencolok.

Ibu juga bilang saya harus mencari isteri yang sederhana dan murah hati.

Saat kami menikah, Ping-ping merasa sedih ayahku sudah tidak ada, ibuku yang merawat dan membesarkanku sendiri, jadi dia pun berusaha membujuk ibu mertuanya untuk tidak menyediakan mahar.

Dewi menyiapakan 100 juta sebagai mas kawin kami. Saat itu ibu sangat gembira.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, tiga tahun kemudian, kami mengangsur sebuah rumah.

Sebagian besar gaji bulanan saya digunakan untuk membayar angsuran rumah, sementara gaji Dewi untuk keperluan sehari-hari rumah tangga.

Ibu di rumah membantu menjaga anak-anak dan pekerjaan rumah tangga, meski hidup sederhana, tapi harmonis.

Tiga tahun sudah kami menikah, tapi selama tiga tahun ini belum pernah sekali pun aku membelikan perhiasan untuk Dewi, dan aku selalu merasa berhutang padanya.

Aku pun mengusulkan kepadanya akan membelikan kalung sebagai hadiah ulang tahunnya, tapi Dewi keberatan, karena menurutnya kita bukan keluarga berada, jadi dia bilang tidak usah menghabiskan uang hanya untuk beli perhiasan, nanti saja kalau sudah cukup makmur.

Tapi akhirnya aku beli juga seutas kalung dengan bonusku sebagai hadiah ulang tahun untuknya.

Dewi terlihat senang melihat kalung itu, dan aku membantu memakaikan kalung itu di leher jenjangnya.

Sementara ibu tampak cemberut sambil berbalik menuju ke kamarnya, Dewi menyuruhku untuk segera melepaskan kalung itu, kemudian kami berdua berdiri di pintu kamar ibu, dan mengetuk pintu, tapi entah kenapa ibu tidak membukakan pintunya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saat akan dinas keluar kota. Saya mengetuk dulu pintu kamar ibu sebelum berangkat, tapi ibu masih saja tidak membukakan pintunya.

Saya pikir ibu sedang marah karena saya menghabiskan uang untuk kalung itu. Mungkin beberapa hari lagi emosi ibu baru akan mereda.

Tapi tak tahunya, setelah kembali dari dinas luar selama lima hari, baru disadari Dewi telah membawa anak-anaknya pulang ke orang tuanya.

Ibu mengatakan bahwa keluarga ini tidak butuh menantu pemboros seperti itu, harta segunung pun akan habis olehnya.

Saya sudah berusaha menjelaskan panjang lebar pada ibu, tapi sama sekali tidak berguna, Saya segera ke rumah ibu mertua untuk menjemput Dewi.

Kali ini ibu mertuaku meminta kami untuk hidup terpisah dari ibu mertuanya Dewi. Akhirnya Dewi tidak ikut pulang bersamaku.

Aku mencoba berbicara dengan ibu, tapi ibu bersikeras mempertahankan posisinya.

“Ibu, memang apa kesalahan isteriku? Kita juga bukan keluarga bangsawan, kenapa tidak bisa menerimanya?” kataku pada ibu.

ILUSTRASI. (Internet)

Tapi ibu bersikeras mengatakan, bahwa menantu yang mendorong suaminya untuk membelanjakan sesuatu buat dirinya sendiri itu adalah isteri pemboros, jadi untuk apa punya isteri seperti ini?

Aku berusaha berbicara dengan ibu, tapi ibu menyuruh Dewi untuk mengembalikan kalung itu dan meminta maaf padanya, jika tidak, dia tidak akan mengizinkan Dewi masuk ke rumah.

Sikap ibu benar-benar keras, akhirnya dengan terpaksa aku pun pergi dari rumah, tinggal di luar.

Saya juga tidak tahu apakah yang saya lakukan ini benar atau salah. Sebenarnya, dalam banyak hal, justeru ibu yang keterlaluan, hanya saja Dewi selalu berusaha bersabar.

Tapi kali ini, jika saya mendengarkan ibuku lagi, maka saya benar-benar akan menyakiti hati Dewi.

Selain itu, aku juga tidak tahu apa yang terjadi antara Dewi isteriku dengan ibuku saat aku tidak di rumah.

Namun, dilihat dari karakter Dewi, dia tidak mungkin melakukan hal-hal diluar batas. Namun, saya juga tidak bisa menyalahkan ibuku. Untuk saat ini, saya hanya bisa tinggal sendiri dulu di luar.

Namun, setelah ibu mertuaku tahu dengan keadaanku, ia pun menelepon menyuruhku ke rumahnya. Saat itu Dewi yang datang menjemputku.

Dan untuk sementara saya tinggal dulu di rumah ibunya Dewi, nanti baru berusaha dibicarakan lagi dengan ibuku, aku harus bisa mengatasi masalah ini tanpa menyakiti hati siapa pun. (jhn/rp)

xwtoutiao.cn

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular