Filosofi Pemasaran Dibalik Cerita, Tiga Cerita Penuh Makna Bagi Mereka yang Berkecimpung dalam Bidang Pemasaran

Erabaru.net. Tiga cerita berikut ini mencerminkan perilaku konsumen, setelah memahami sifat manusia, maka anda akan memahami pemasaran./

Simaklah cerita inspiratif yang dapat memicu pemikiran bisnis Anda, dan memberi Anda perspektif yang berbeda.

Cerita satu.

Ada seorang teman yang sangat pelit atau bisa disebut kikir (lebih dari pelit), tidak akan pernah memberikan sesuatu kepada orang lain. Dia paling tidak suka mendengar kalimat ini : “Berikan (barang) itu padaku…”

Suatu hari, tanpa sengaja dia jatuh ke sungai. Temannya langsung ke sungai dan berteriak, “Ulurkan (Berikan) tanganmu, ulurkan tanganmu, aku akan menarikmu!”

Namun, pria itu tetap saja tidak mau menjulurkan tangan ke temannya. Temannya itu pun mulai cemas, dan berteriak lagi, “Cepat ulurkan tanganmu.”

Tapi pria itu tetap saja menolak, dia lebih rela meronta juga tidak mau menjulurkan tangannya.

Temannya ini tahu persis dengan kebiasaan pria itu, lalu dengan cerdik ia membalikkan kalimatnya, “Ambillah (pegang) tanganku, pria kikir itu langsung menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan temannya. ”

ILUSTRASI. (Internet)

[Pemikiran dan manajemen pemasaran]:

“Berikan padaku” atau “ambillah” ? Dalam proses menjalankan/mengelola bisnis/usaha, apakah kita selalu menyampaikan (berpikir dalam hati) kepada pelanggan “Berikan uangmu padaku”.

Pelanggan ini persis seperti orang kikir di atas, dia lebih baik meronta dalam ketidakpuasan dan menahan derita juga tidak akan rela atau bersedia memberikan uangnya kepada kita.

Tapi, jika kita katakan kepada pelanggan, “ Ambillah produk saya, bukankah terdengar sedikit lebih baik/menarik?”

Mendengar itu, pelanggan akan lebih rela atau bersedia mencoba dan membeli produk Anda.

“Berikan padaku” atau “ambillah”? Ini adalah satu hal, sekaligus juga merupakan soal si pedagang yang cerdik apakah bisa merancang kesepakatan transaksi dan merancang model bisnis dari sudut pandang pelanggan.

Dengan sudut pandang lain, maka anda akan tersadar seketika (mengerti bagaimana cara memasarkan produk).

ILUSTRASI. (Internet)

Cerita dua:

Ketika kami berlibur ke pedesaan, kami melihat seorang petani tua menyekop pakan ternak sapi ke atap sebuah gubuk kecil.

Kami pun merasa heran lalu bertanya kepadanya, “Kek, kenapa kakek tidak meletakkan pakan/rumput sapi ke tanah agar dia bisa makan?”

“Rumput ini tidak bagus, jika saya meletakkannya di tanah, maka dia (sapi) akan dengan mudah melahapnya, tapi kalau saya menaruhnya di atap yang bisa digapainya, maka ia akan berusaha menyantap rumput itu sampai habis.”

ILUSTRASI. (Internet)

[Pemikiran dan manajemen pemasaran]:

Setelah membaca cerita ini, produk seperti apa kira-kira yang terlintas dalam benak anda? Ponsel Xiao Mi? Benar!

Lei Jun (Pengusaha dan CEO/pendiri Xiao Mi) adalah petani tua di atas, meletakkan ponsel Xiao Mi ke atap, agar anda bisa mendapatkannya, jadi Anda mau tidak mau akan berusaha menggapainya.

Sesuatu yang mudah didapat, juga akan mudah dibuang semaunya.

Sebaliknya ada orang yang lantas menyerah begitu saja ketika sulit untuk mendapatkan sesuatu.

Hanya sesuatu yang diperoleh dengan susah payah, atau sesuatu yang sulit dan didapat secara tak terduga, orang-orang baru akan merasa takjub, berkesan dan menghargai terhadap barang itu.

Ini mengingatkan pada satu hal lagi.

Ada seorang pelanggan, mengelola toko pakaian, saat membuka toko, dia mencetak voucher belanja, dan membagikannya secara gratis di mana-mana.

Namun, hasilnya dia melihat rasio konversi yang sangat rendah, sangat sedikit orang yang datang.

Dan dia pun tidak habis mengerti, setelah memperkejakan sebuah tim yang khusus membagikan brosur, tapi hasilnya tidak memuaskan.

Saya memberitahu kepadanya, “Sesuatu yang mudah didapat itu, orang-orang tidak akan menghargainya.”

Lalu, kami memikirkan sebuah cara, voucher ini tidak dibagikan lagi, tapi dijual. Ya Tuhan, kami mau menjual voucher?

Benar-benar menggelikan! Tapi ternyata kami benar!

Bagaimana cara menjualnya? Kami ke toko swalayan di lingkungan pemukiman, klub kecantikan, salon kecantikan, berbagai toko yang menjangkau wanita muda.

Kami sampaikan ke pegawai mereka, kupon kami berikan pada mereka untuk menjualnya dan hasil penjualan menjadi milik mereka.

Dengan cara menjual kupon ini, kami temukan rasio orang-orang datang ke toko meningkat secara signifikan.

Mungkin orang-orang hanya menghabiskan 10.000 rupiah untuk membeli voucher 100.000 rupiah, tapi 10.000 ini akan menarik mereka ke toko untuk berbelanja.

Jika ingin pelanggan mengingat Anda? Anda bisa mengubah caranya agar pelanggan yang membayar untuk anda. Pelanggan akan mengingat pembayarannya, sehingga dengan demikian ia akan mengingatmu !

“Nyaman” atau “godaan”, terapkanlah secara artistik!

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular