Erabaru.net. Keindahan dan kecerdasan mungkin bukan berkah, tetapi pembawa petaka.
Pada zaman Sang Buddha,ada seorang gadis kecil yang cantik bak bunga teratai yang murni dan lembut.
Oleh karena itu, orang tuanya menamakannya Lianhuase.
Setelah tumbuh dewasa, ia menikah dengan seorang pedagang kaya.
Pada saat hamil, ia dan suaminya kembali ke rumah orang tuanya untuk menanti kelahiran bayinya.
Saat itu, ayahnya sudah tiada.Ibunya masih tetap muda dan cantik. Namun sayang,ibu dan suami Lianhuase menjalin hubungan gelap.
Ketika Lianhuase mengetahui hal tersebut, ia menjadi sangat tertekan,sehingga ia pergi meninggalkan putrinya yang masih kecil.
Di mana pun Lianhuase berada,kecantikannya membuat pria menjadi jatuh cinta padanya.
Kemudian, ia menikah lagi dengan seorang pedagang.
Pedagang ini sangat mencintainya.Pedagang ini tidak menanyakan kampung halaman atau masa lalu Lianhuase.
Pedagang ini berpikir bahwa mereka akan hidup bahagia selamanya. Dan lebih dari 10 tahun berlalu.
Suatu hari, suaminya membawa pulang seorang wanita cantik untuk dijadikan sebagai selir.
Meski Lianhuase dan si selir tidak suka berbagi suami, mereka berdua memiliki banyak kesamaan.
Mereka saling merasa akrab pada pandangan pertama.
Suatu ketika, Lianhuase menyisir rambut si selir,ia menemukan bekas luka yang sangat dalam di belakang kepala gadis itu.
Dengan jantung yang berdebar-debar, Lianhuase bertanya mengenai kampung halaman dan keluarga si selir.
Tanpa diduga, gadis itu adalah anak yang dilahirkan Lianhuase bertahun-tahun yang lalu.
Bak disambar petir,Lianhuase seperti mati rasa dan menelan pil pahit. Masa lalu dan masa kini seperti sebilah pisau tajam yang menghujam ke dalam hatinya yang pedih.
Bagaimana menghadapi situasi tragis ini? Dua puluh tahun yang lalu, ibunya menjalin hubungan gelap dengan suaminya.
Kini,ia berbagi suami dengan putri kandungnya sendiri. Berbagi suami dengan ibu kandung, berbagi suami dengan putri kandung.
Apa penyebab utamanya?
Kemudian, setelah mengatasi banyak kesulitan, akhirnya Lianhuase bertemu dengan sang Buddha.
Sang Buddha mengungkapkan penyebab hidup Lianhuase yang ganjil kepada Lianhuase.
Pada kehidupan dahulu, Lianhuase tinggal sendirian menunggu suaminya yang bekerja sangat jauh dari rumah.
Meski demikian, ia tetap mempertahankan kesetiaannya.
Ia tidak menjalin hubungan gelap dengan pria lain. Namun, karena ia tinggal sendirian untuk waktu yang sangat lama maka ia menerima pekerjaan, yaitu sebagai pencari jodoh.
Mengandalkan keahliannya yang pandai merayu, siapapun yang berani bayar mahal,ia akan menjodohkannya walaupun pasangan tersebut masih ada hubungan darah.
Walaupun menjadi mak comblang yang terkenal,ia sangat ingin mendapat kebahagiaan.
Ia selalu memohon kepada Buddha untuk memberinya wajah yang cantik supaya semua orang mencintainya dan ia tidak pernah kekurangan cinta.
Dalam perjalanan hidup yang panjang,walau hanya pernah satu kali saja masa hidupnya menjadi mak comblang, Lianhuase telah menciptakan karma buruk,yang membuatnya mengalami banyak penderitaan dalam hidupnya saat ini.
Buddha berkata kepadanya:”Pertama, Anda telah melakukan pekerjaan kotor, Anda menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Menjodohkan pasangan,meskipun mereka adalah saudara.
Hal ini telah menciptakan karma buruk yang menyebabkan Anda mengalami perkawinan yang masih ada hubungan darah, menanggung semua penderitaan dalam hidup ini.
Kedua, Anda berpikir bahwa kecantikan yang membuat Anda jatuh ke dalam kesengsaraan,tetapi sebenarnya, kesengsaraan Anda adalah akibat sumpah yang Anda telah buat pada kehidupan Anda sebelumnya.
Rejeki dan derita hidup diciptakan oleh kehidupan,dan kehidupan harus menderita akibat hal tersebut.
Namun, Anda selalu menghormati Buddha di kehidupan sebelumnya di mana iman yang tulus memberi Anda kesempatan untuk berkultivasi saat ini.
Sekarang Anda telah memasuki Sekolah Buddha,maka hargailah kesempatan berharga ini dan berkultivasilah dengan tekun, yang akan dapat menghancurkan semua karma buruk yang ditakdirkan.
Bersihkanlah semua debu dunia dan berkultivasilah dengan tekun untuk mencapai Buah Sejati.
Sejak saat itu, Lianhuase memutuskan untuk berlindung pada Sang Buddha dan kemudian ia mencapai tingkat kesucian Arhat.
Ia juga adalah seorang murid wanita nomor satu dalam kekuatan ilahi Buddha Sakyamuni.
“Alam semesta yang sangat besar selalu memiliki zat yang menyeimbangkan keuntungan dan kerugian di dunia manusia.”
“Jika di kehidupan ini tidak membayar karma buruk, maka ia harus membayar di kehidupan berikutnya.”
“Pembalasan karma pasti akan datang pada kehidupan yang sekarang atau berikutnya.”
“Oleh karena itu, setiap orang perlu berlaku “Sejati” supaya tidak menciptakan lebih banyak karma buruk, perlu berlaku “Baik” guna mengumpulkan karma baik, dan perlu berlaku “Sabar” untuk mengubah karma buruk menjadi karma baik.” (eb)
Video Rekomendasi:
Bola Tersusun dari 42 Ribu Batang Korek Api