Ulasan Buku: Sepak Bola dan Perang

Hu Yuening

Pertandingan Sepak Bola Piala Dunia yang terjadi 4 tahun sekali sedang berlangsung di Moskow, penggemar di seluruh dunia pun menikmati pertandingan sengit antara tim yang berpartisipasi. Bukan suatu kebetulan bahwa penulis baru saja membaca novel bertema sepak bola “Over the line” (oleh Tom Palmer). Novel dengan alur cerita non fiktif dan berdasarkan kisah nyata.

Pada awal Perang Dunia I di tahun 1914, Perancis dan Belgia diinvasi oleh Jerman, pasukan Inggris menuju garis depan membantu negara sekutunya.

Di Inggris, kegiatan merekrut sukarelawan untuk berpartisipasi dalam perang telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semua wilayah menyerukan kepada kaum mudanya untuk bergabung.

Orang-orang dari berbagai lapisan bidang, termasuk kalangan musik, dunia seni, industri olahraga dan lain-lain, masing-masing dengan antusias mengorganisir diri dan membentuk Korps Sukarelawan.

Di dunia olahraga, ketika Korps hoki dan rugby sudah pada siap untuk berangkat, komunitas sepakbola belum juga beranjak dari tempat. Disaat itu, seorang pemuda pemain sepak bola yang sangat mencintai sepakbola dan bernama Jack Cox baru saja memulai karir sepak bolanya.

Ketika dia berusaha dengan sekuat tenaga dan mencoba yang terbaik untuk berpenampilan bagus pada pertandingan sepak bola profesional pertamanya, dia bertemu dengan sekelompok demonstran. Mereka berteriak bahwa ketika pasukan Inggris sedang bertempur dengan gagah berani di Perancis, para pemain sepak bola ini, masih getol mengikuti kompetisi didalam negeri, bukankah itu perbuatan pengecut?

Setelah pertandingan usai, seorang janda yang baru saja kehilangan suaminya dalam perang menyerahkan secarik catatan kepada Jack yang tertulis: Medan perang adalah satu-satunya tempat dimana Anda bisa memperjuangkan kehormatan.

Alhasil, terbentuklah Korps Sukarelawan Sepakbola. Meskipun Jack dan banyak pemain bola lainnya penuh dengan kontradiksi di hati mereka, namun mereka hanya berduyun-duyun gabung lantaran adanya tekanan opini publik. Setelah menerima pelatihan singkat, mereka pun dikirim ke Prancis.

Bahkan mereka yang belum pernah berhadapan dengan perang, pada percaya dan dapat membayangkan tentang kekejaman perang. Ketika penulis membaca dimana Jack melihat rekan senegaranya terkena bom dengan tubuh hancur penuh darah, dan sulit dikenali jasadnya, serta ketika mereka menghadapi situasi/kondisi seperti neraka dunia, saya tak urung merasa haru.

Setiap kali mereka menyerbu musuh, sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar adalah, tidak boleh berhenti untuk mengulurkan tangan membantu rekan yang terluka, meski jika mereka adalah teman terbaik atau keluarga terdekat Anda.

Dalam perang ini, Tuhan sepertinya sengaja mengatur sebuah episode sangat penting untuk Jack. Para jenderal Inggris mengatur serangkaian pertandingan sepak bola untuk setiap korps demi mengurangi tekanan pada para prajuridnya. Jack cukup beruntung terpilih mewakili Korps Sepakbola, sungguh itu adalah berita teramat bagus untuknya. Ia memainkan hat-trick besar dalam permainan, timnya berkali-kali mengalahkan lawan tanpa kebobolan, dan berhasil memenangkan piala kejuaraan.

Pasca perang, impian Jack menjadi kenyataan dan dia berhasil menjadi seorang pemain sepak bola hebat serta bersinar di dalam persepakbolaan Inggris, berkali-kali terpilih dalam tim nasional, setelah pensiun dia mengelola sebuah bar di London.

Ketika bertemu dengan mantan rekan-rekan veteran perang di Perancis, topik utama mereka selamanya tidak pernah terlepas dari medan perang dan segala tetek bengeknya, serta sikon Korps lain.

Ketika orang yang dibicarakan sedang berada dalam situasi kurang menguntungkan, diantara mereka tampaknya lantas terjalin sebuah kesepakatan untuk hanya mengatakan bahwa seseorang itu baik-baik saja, maka mereka semua sudah memahami dan tidak mengejar lebih jauh lagi, di hati mereka masing-masing hanya dapat merasakan penderitaan dan kesedihan yang tersimpan dalam hati.

Sepak bola dan perang sama-sama adalah sebuah ajang pertandingan. Yang disebut pertama, membawa harapan, kegembiraan dan sukacita bagi dunia. Namun yang disebut terakhir hanya akan meninggalkan rasa sakit dan penyesalan yang tak terhapuskan bagi umat manusia. (HUI/WHS/asr)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular