Managua – Polisi dan kelompok paramiliter Nikaragua yang setia kepada Presiden Daniel Ortega dituding menewaskan sedikitnya 10 orang pada hari Minggu (15/7/2018). Tudingan itu disampaikan oleh Asosiasi Hak Asasi Manusia Nikaragua.
Asosiasi itu mengatakan jumlah korban tewas akibat bentrokan dengan kekerasan di negara Amerika Tengah itu masih terus meningkat. Orang-orang itu tewas ketika pasukan pemerintah menyerang komunitas Monimbo dan kota Masaya di dekatnya, sekitar 25 kilometer (16 mil) di tenggara ibu kota, Managua.
“Kami berbicara tentang lebih dari 10 kematian saat ini,” kata Leiva, kata Alvaro Leiva dari Asosiasi Hak Asasi Manusia Nikaragua, kepada stasiun televisi lokal.
Pemerintah belum dapat segera dihubungi oleh Reuters, untuk dimintai komentar.
Hampir tiga bulan bentrokan terjadi antara pasukan pro-Ortega dan demonstran yang menyerukan pemecatannya. Bentrokan jangka panjang ini diklaim telah merenggut 300 nyawa, dalam protes paling berdarah di Nikaragua sejak perang sipil negara itu berakhir pada 1990.
Pada hari Sabtu, para uskup menjamin pembebasan puluhan demonstran mahasiswa yang terperangkap sepanjang malam di dalam sebuah gereja. Mereka dihantui hujan tembakan dari pendukung pro-pemerintah yang bersenjata, yang menewaskan sedikitnya satu orang di dalam gereja, menurut kelompok hak asasi manusia.
Nikaragua telah diguncang oleh kerusuhan sejak April, ketika Ortega, mantan pemimpin gerilya Marxis, mengusulkan pengurangan manfaat pensiun untuk meringankan tekanan anggaran. Meskipun rencana itu kemudian dibatalkan, kebijakan itu memicu bentrokan keras dan seruan agar Ortega mundur.
Pemimpin mahasiswa, Lester Aleman, yang berada di antara para pemrotes memelopori permintaan agar Ortega mundur, mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin menghentikan penindasan.
Aksi mogok nasional juga mengosongkan jalan-jalan pada hari Jumat ketika bisnis menutup pintu mereka. Mereka mengindahkan seruan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil yang ingin Ortega mengundurkan diri, dan digelarnya tahap pemilihan lebih awal. (Reuters/The Epoch Times/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA