Erabaru.net. Ratusan warga terlihat sangat antusias membongkar dan membolak-balik ratusan buku sudah disusun di meja-meja di Zona Kalap Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (16/09/2018).
Sesekali warga membaca lebih teliti untuk mengobati rasa penasaran apa yang terkandung dalam buku itu. Hingga akhirnya warga pun mengantre panjang di kasir-kasir untuk memboyong buku-buku ke rumah atau kos mereka.
Zona Kalap ini adalah salah satu program unggulan selama pameran berlangsung adalah Zona Kalap yang baru diadakan di IIBF 2018.
Sedikitnya 500 penerbit akan memamerkan sekitar 7.000 judul buku berbahasa Indonesia dan buku impor dengan potongan harga hingga 80 persen, terdiri dari buku-buku bergenre fiksi termasuk novel-novel terkemuka, buku nonfiksi, buku anak dan buku tema agama dan relijius.
Zona yang berlokasi di dalam Hall Cenderawasih ini juga menghadirkan mainan edukatif dengan harga istimewa.

“Kami merancang zona ini agar pengunjung datang dan memuaskan keinginan mereka untuk membeli buku sebanyak-banyaknya. Makanya diskon yang diberikan cukup besar, dari 50 sampai 80 persen,” kata Abdul Ajid, penanggungjawab Zona Kalap dalam keterangannya.
Para pengunjung pameran, jelas Ajid, bisa langsung datang ke Zona Kalap untuk membeli buku-buku yang diinginkan.
“Tidak ada syarat macam-macam. Semua pengunjung bisa membeli buku yang dijual di zona ini,” demikian Ajid.
Acara ini digelar oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), didukung oleh Badan Kreatif Indonesia (Bekraf), di Jakarta Convention Center (JCC), mulai tanggal 12 sampai 16 September 2018. Pameran buku bertaraf internasional ini diikuti oleh puluhan penerbit dari 17 negara.

Di tahun ke-37 penyelenggaraannya, IKAPI menargetkan sedikitnya 120 ribu pengunjung datang ke pameran yang dibuka gratis untuk umum ini.
Lebih dari 100 acara dengan tema literasi, pendidikan dan kebudayaan siap memeriahkan perhelatan IIBF 2018, mulai dari lomba untuk sekolah, wisata literasi untuk para pelajar, seminar, talkshow, peluncuran buku, Indonesia Right Fair, Bursa Naskah, dan temu penulis.
Kegiatan yang digelar bergantian selama pameran itu diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. Selain itu, setiap pengunjung yang datang ke pameran bisa membeli buku dengan harga supermurah dengan diskon mulai dari 50 sampai 80 persen di Zona Kalap.
Mengambil tema “Creative Work Towards the Culture of Literacy”, IIBF 2018 diharapkan dapat menjadi market hub perbukuan internasional untuk para penerbit yang ingin melebarkan sayap bisnis dengan menyasar pangsa pasar global.

“Saat ini, di tingkat global, banyak yang ingin tahu Indonesia dan sangat antusias hadir di sini. Apalagi setelah Indonesia menjadi Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015,” kata Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina dalam keterangan tertulisnya.
Tantangannya, lanjut Ida, adalah bagaimana pemerintah dapat memfasilitasi program-program yang dapat meningkatkan industri perbukuan di tingkat global, antara lain melalui penyelenggaraan pameran tingkat dunia seperti IIBF ini.
Merespon adanya potensi besar di industri ini, Bekraf sejak dua tahun terakhir hadir memberikan dukungan penuh untuk penyelenggaraan IIBF. Wakil Ketua Bekraf, Ricky Joseph Pesik, mengungkapkan keterlibatan Bekraf sejalan dengan tugas lembaga ini dalam memfasilitasi dan mendukung para pelaku untuk mengakselerasi pertumbuhan.

“Kita semua maklum bahwa penerbitan adalah salah satu bagian dari industri kreatif,” ungkap Ricky.
Lebih lanjut, Ricky menekankan peran IKAPI dalam membangun platform-platform yang dapat dimanfaatkan oleh industri dan pembuat konten agar menjadi pemenang di pasar global, antara lain dengan memberikan ruang seperti IIBF, sehingga mereka dapat melakukan ekspansi dan menjangkau pasar luar negeri.
“Pameran IIBF sudah dirintis sejak lama oleh IKAPI. Ini akan dikembangkan menjadi platform yg lebih besar agar reputasinya semakin baik di dunia, sehingga Indonesia diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan penerbitan. Diharapkan Indonesia semakin hari semakin dilihat dunia sebagai sumber literatur,” tutur Ricky.

Bekraf yakin industri perbukuan dapat mendongkrak nilai ekonomi industri-industri kreatif lainnya.
“Buku terbukti punya dampak yang paling besar untuk industri kreatif lain seperti film, musik dan pariwisata. Apalagi data BPS terbaru menyebutkan perbukuan merupakan subsektor kreatif yang lumayan besar,” imbuhnya. (asr)