Dua Orang Sahabat, Satu Pasang Sepatu, Bukti Bahwa Kekejaman Dunia Tidak Mampu Mengalahkan Kemantapan Hati dan Harapan Manusia

Erabaru.net. Satu orang pria telah kehilangan kaki kirinya dan seseorang lain telah kehilangan kaki kanannya, namun mereka masih bisa berbagi sepasang sepatu. Dua pria di Palestina ini telah dikenal dunia karena alasan tersebut.

Dua pria muda, Obeid dan Karim dari Palestina, adalah tokoh utama yang menarik banyak perhatian warganet di jejaring sosial dengan cerita spesial mereka: dua orang yang berbagi satu pasang sepatu bersama.

Karim mengatakan kepada reporter: “Saya telah kehilangan kaki kiri saya, sementara Obeid hanya punya kaki kiri. Bagi kami berdua, satu pasang sepatu sudah cukup, kami bisa lebih berhemat.”

Mereka saling memahami satu sama lain, mereka telah menjadi sepasang sahabat dan juga sangat akrab.

Obeid dan Karim berbagi sepasang sepatu. Kredit: DKN.tv

Karim dan Obeid memiliki usia yang sama, tinggal di wilayah Gaza yang dekat dengan perbatasan Israel.

Keduanya selalu bermain bersama, belajar ke sekolah sejak usia muda, tapi keduanya hanya benar-benar menjadi sahabat, saat menjadi korban bom, yang serupa.

Pada tahun 2011, Israel membom dua rumah di Gaza, Palestina. Obeid dengan cepat muncul di tempat kejadian untuk membantu mengevakuasi orang-orang yang terluka.

Pada saat itu, sebuah bom lagi tiba-tiba jatuh dan meledak, menyebabkan mata, lengan serta punggungnya terluka parah.

Namun yang paling menyakitkan adalah bahwa dia akan kehilangan kaki kirinya secara permanen. Saat itu usianya belum genap 20 tahun.

Obeid mengingat kejadian di tahun itu, mengatakan bahwa Karim adalah orang pertama yang datang untuk menengoknya.

Karim tetap bersamanya untuk waktu yang lama, terus memberi semangat, menghibur, menyebabkan orang yang nyaris kehilangan semangat hidup seperti Obeid kembali menemukan harapan dan semangat untuk menjalani hari-harinya.

Namun, hidup tidak bisa diprediksi. Lima tahun setelah pemboman tersebut, tragedi yang sama menimpa Karim.

Dia selamat dari peristiwa pemboman tersebut, namun ironisnya, dia juga harus kehilangan kaki kanannya secara permanen.

Pemboman menyebabkan masing-masing dari mereka kehilangan satu kaki. Kredit: New China

“Obeid membantu saya menenangkan hati, merawat saya seperti dulu saya membantunya lima tahun yang lalu,” kata Karim. Saya masih ingat tahun itu, untuk membuat saya merasa terhibur, Obeid dengan optimis berkata: “Baiklah, sekarang kita menjadi serupa.”

Setelah mengalami kesulitan yang sama, mereka menjadi lebih akrab. Karim berkata: “Kami sudah terbiasa, hampir semuanya kami lakukan bersama. Kami membeli pakaian dan sepatu bersama.”

Berbicara tentang mengemudi bersama, Karim mengatakan: “Pertama kali Obeid meminta saya untuk naik sepeda motor bersamanya, saya benar-benar tidak berani, saya takut jatuh.”

Tapi dia mendorong saya: “Mari kita coba bersama, katanya, dan syukurlah, akhirnya kami berhasil!”

Dua orang mengendarai sepeda motor bersama. Kredit: DKN.tv

Sangat unik, karena satu orang mengendalikan pedal rem, sementara satu orang lain mengendalikan pedal persneling gigi. 

Bagi Obeid dan Karim, kehilangan satu kaki berarti mereka harus berhenti dalam perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik, namun dengan menjalani hidup dengan “kekurangan” bersama-sama, akhirnya mereka mampu mengatasi kesulitan yang tidak dapat bayangkan oleh orang biasa pada umumnya.

Mereka menemukan tempat berlindung mereka sendiri, menjalani kehidupan seperti orang lain. Dengan segala cara, Karim dan Obeid juga aktif memberikan pengobatan psikologis kepada ribuan orang penyandang disabilitas di Gaza.

Obeid dan Karim masih optimis tentang kehidupan. Kredit: DKN.tv

Bagaimanapun buruknya keadaan, jangan pernah menyerah, karena harapan selalu ada bagi mereka yang mau berusaha. (an/an)

Kredit: DKN.tv

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular