Erabaru.net. Ada orang akan bertanya, Tiongkok sudah mengalami perubahan yang terlalu besar, PKT yang sekarang apakah masih merupakan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang kemarin?
Dari sebuah kerangka yang lebih besar, dari sudut pandang jalur utama “mempropagandakan ateisme serta filosofi pertarungan, menipu, bertarung, membunuh, menghancurkan kebudayaan tradisional dan merusak moralitas”, mari kita lihat apakah PKT telah berubah atau belum.
- TIGA DEKADE AWAL DAN AKHIR, SETALI TIGA UANG
Tiga dekade awal: “rute adalah link kunci”, menggunakan topik Langkah Perjalanan / rute secara besar-besaran melakukan perebutan kekuasaan; beberapa dekade akhir, juga sama saja menampilkan “perebutan kekuasaan pimpinan partai” dari politik kotak hitam (politik yang tertutup, tidak transparan) antar faksi;
Tiga dekade awal: “menggenggam revolusi, mendorong produksi”, “pertarungan kelas, sekali genggam langsung efektif”, musuh kelas yang berhasil tergali semakin banyak, jabatannya semakin besar; beberapa dekade akhir, menggunakan ekonomi untuk melindungi legitimasi rezim, mengejar supremasi PDB (Produk Domestik Bruto) yang kejam, tidak peduli dengan kehidupan warga dan lingkungan hidup, hanya demi kenaikan jabatan dan kekayaan;
Tiga dekade awal, membuat massa membenci “reaksioner Partai Kuomintang” dan membenci “serigala ambisius imperialisme Amerika”; beberapa dekade akhir, membuat rakyat membenci pada konsep kebebasan serta demokrasi Barat dan membenci nilai-nilai universal Sejati – Baik – Sabar;
BACA JUGA : Editorial“Sembilan Komentar”: Tujuan Terakhir Komunisme
Tiga dekade awal, “Bertarung dengan Langit, Bertarung dengan Bumi”, “Berani meneriaki matahari dan bulan mengganti Langit dengan yang baru”, merombak gunung dan sungai, merusak alam; beberapa dekade akhir, demi memperoleh kekayaan dan kemakmuran, mengejar keuntungan instan, mencemari lingkungan, menyia-nyiakan sumber daya, memboroskan modal bertahan hidup dari anak cucu generasi berikut;
Tiga dekade awal, ada “Tiga Anti” (anti-korupsi, anti-sia-sia, anti-birokrasi; pembersihan awal PKT 1951-52), “Lima Anti” (anti-suap, anti-pencurian lahan, anti-penghindaran pajak, anti-manipulasi kontrak pemerintah, anti-mencuri informasi ekonomi), “Lompatan Jauh ke Depan” (Great Leap Forward; 1958-60; upaya Mao untuk memodernisasi ekonomi Tiongkok, yang malah menghasilkan kehancuran ekonomi, jutaan kematian akibat kelaparan), “Anti-Kanan”, “Hancurkan Empat Kuno” (kampanye selama Revolusi Kebudayaan; program hancurkan empat hal kuno yakni: pikiran, kebudayaan, adat & kebiasaan) – “Revolusi Kebudayaan” – “Menyerang balik upaya rehabilitasi dari golongan condong kanan” (strategi Mao menyerang program politik Deng Xiaoping) dan berbagai macam gerakan politik lainnya; beberapa dekade akhir, ada “Anti-Polusi Spiritual”, “Anti Liberalisasi)”, penindasan gerakan massa di Tiananmen, penganiayaan Falun Gong, penindasan terhadap warga penuntut perlindungan HAM, perang melawan pengacara hak asasi manusia dan berbagai macam gerakan lainnya.

Tiga dekade awal, menghasut suami istri saling tidak akur dan ayah-anak saling menyingkap, menyebabkan tatanan hidup yang penuh tragedi, menghasut untuk saling melaporkan. Sehingga orang-orang saling bermusuhan.
Beberapa dekade terakhir, terjadi apa yang disebut dengan “mengungkap dan mengkritik” Falun Gong, jauh lebih parah dari sebelumnya, membuka sangat banyak kelas cuci otak, memanfaatkan kasih sayang antar anggota keluarga, karir pekerjaan, gaji dan tempat tinggal untuk memeras serta mengubah (orang) secara paksa.
Tiga dekade awal,dengan mengatas-namakan kediktatoran proletariat untuk merekayasa sangat banyak mal praktik hukum dan telah membunuh begitu banyak nyawa yang tidak bersalah. Beberapa dekade akhir,terjadi perampasan organ hidup-hidup dari praktisi Falun Gong dan tahanan hati nurani demi meraih profit, lebih-lebih ini merupakan kejahatan yang belum pernah terjadi di atas bumi.
Tiga dekade awal, memuja foto Mao yang tergantung di atas dinding. Beberapa dekade akhir, memuja foto Mao yang tercetak di atas Renminbi (mata uang Tiongkok), suatu tindakan kotor yang menjauhkan diri dari Tuhan.
Tiga dekade awal menggunakan ateisme untuk mencuci otak yang hendak “menghajar dunia lama habis-habisan (cuplikan lirik lagu Internasionale); beberapa dekade akhir saat menganiaya kepercayaan tradisional rakyat telah meluncurkan sebuah propaganda ateisme, menggunakan gada ilmu pengetahuan untuk menghantam kepercayaan tradisional, tingkat kejahatan dari propaganda media itu, dari koran, radio, televisi sampai internet yang menjangkau seluruh dunia, dapat dikatakan melampaui semua kejahatan yang pernah ada.
Tiga dekade awal menggunakan pertarungan untuk mencekik kemanusiaan, agar manusia tidak berani berkata benar, kebohongan dan kata-kata palsu merajalela; lebih-lebih beberapa dekade akhir, “krisis integritas” telah meledak, barang palsu ada di mana-mana, makanan beracun menjadi lazim. Rokok palsu, arak palsu, susu bubuk palsu, tiket KA palsu, ijazah palsu.
Pokoknya semua produk yang dapat dibeli, dokumen berharga dan lisensi, semuanya ada yang memalsukan. Menggunakan teknologi tinggi untuk menghasilkan berbagai macam produk beracun yang tidak terbayangkan oleh orang-orang di tiga dekade awal.
Tiga dekade awal ada kebohongan konyol “1 mu (1/15 hektar) lahan menghasilkan sepuluh ribu kati (0,5 kg) beras”; beberapa dekade akhir ada berita bohong “bakar diri di Tiananmen”, entah telah menipu berapa banyak manusia, mengaduk-aduk begitu banyak dendam dan benci;
Tiga dekade awal menutup diri rapat-rapat, untuk menerapkan pemerintahan satu suara; beberapa dekade akhir menerapkan blokade informasi, menyaring kata sensitif dan mengawasi sistem penggunaan identitas asli sang pengguna (internet);
Tiga dekade awal menghancurkan kuil Konfusius, merusak kebudayaan tradisional; beberapa dekade akhir merenovasi kuil Konfusius, karena kuil Konfusius dapat mengembangkan ekonomi pariwisata untuk mengeruk uang, untuk menginjak-injak kebudayaan tradisional.
Tiga dekade awal meletakkan politik di atas segalanya, merusak kebudayaan tradisional, meruntuhkan kepercayaan tradisional, menggunakan cara-cara politik untuk mengatur ekonomi, sehingga memunculkan krisis ekonomi yang di ambang kehancuran.
Beberapa dekade akhir segala sesuatu diukur dengan uang, menggunakan cara-cara ekonomi untuk mengatur politik, menggunakan nafsu kepemilikan materi dan godaan nafsu seks untuk mengisi kevakuman kepercayaan, sehingga menghantarkan kiris moralitas yang sangat mengguncang.
Sebenarnya, di dalam krisis ekonomi yang terdahulu tersembunyi krisis moralitas, hanya saja tiba disaat ini ketika terjadi nafsu pengejaran materi barulah secara total meledak keluar; krisis moralitas hari ini juga tersembunyi krisis ekonomi.
Ekonomi adalah aktivitas manusia, sedangkan manusia dikendalikan oleh moralitas, oleh karena itu ekonomi biar bagaimana pun juga adalah dikendalikan oleh moralitas dan tingkat kepercayaan (kredibilitas). Tanpa ekonomi yang berdasarkan moralitas pasti tidak dapat berjalan jauh, meledaknya krisis juga hanya merupakan persoalan cepat atau lambat saja.
Kita dapat senantiasa memperbandingkan, akan tetapi sudah tidak diperlukan lagi. Cara-cara rezim partai komunis terus berubah tanpa henti, namun esensinya yang jahat dan tujuan terakhirnya yang tidak berubah, bahkan selamanya tidak akan berubah.
BACA JUGA : Tujuan Terakhir Komunisme – Konspirasi Iblis Merah Menghancurkan Umat Manusia (Bagian 1)
BACA JUGA : Tujuan Terakhir Komunisme – Konspirasi Iblis Merah Menghancurkan Umat Manusia (Bagian II)
- MENGHANCURKAN KEBUDAYAAN – MERUSAK MORALITAS – KONSISTEN BURUK DARI AWAL SAMPAI AKHIR
Dari keseluruhan beberapa dekade awal dan akhir dari PKT, merusak kebudayaan dan merusak moralitas, dari awal sampai akhir selalu menjadi inti dari penghancuran roh jahat komunis terhadap bangsa Tionghoa. Kebudayaan dan moralitas adalah saling berhubungan – erat bagaikan bibir dan gigi.
Kerusakan kebudayaan tradisional, akan menghantar masyarakat menuju degradasi moral; sebaliknya, degradasi moral juga akan secara langsung memengaruhi kebudayaan dan menggiring kebudayaan selangkah lebih cepat mengalami metamorfosa.
Keduanya begitu membentuk sirkulasi jahat maka akan mengakibatkan standar perilaku dan moral secara bersamaan jatuh terperosok. Apa yang dulunya dianggap sebagai hal yang tidak bermoral, dapat saja dianggap sebagai “kondisi normal baru” yang “sudah sewajarnya”.

Dahulu ketika melihat ada orang yang mencuri, maka akan ada yang menuding melangkah maju. Kalau sekarang mungkin akan menyalahkan orang yang kecurian tidak berhati-hati; dahulu ketika melihat ada yang berselingkuh, maka orang-orang akan memandang rendah orang semacam ini. Kalau sekarang ketika melihat para pejabat menikahi istri kedua dan istri ketiga, mungkin akan menyalahkan diri sendiri kenapa tidak mampu; dahulu ketika melihat orang tua terjatuh, orang-orang akan tanpa ragu membantu mengangkat orang tua tersebut, kalau sekarang mungkin tidak akan berani membantu karena takut disalahkan; dahulu kalangan terpelajar ketika melihat ada orang melakukan plagiat, maka orang-orang akan marah atas ketidakadilan ini, kalau sekarang mungkin akan ikut terseret arus.
BACA JUGA : Tujuan Terakhir Komunisme : Bagian Tiongkok – Negara yang Menjadi Pusat Kebudayaan Warisan Dewata (1)
BACA JUGA : Tujuan Terakhir Komunisme : Bagian Tiongkok – Negara yang Menjadi Pusat Kebudayaan Warisan Dewata (2)
Siapakah pencuri kebajikan didalam hati kita?
Adalah Partai Komunis Tiongkok (PKT). Perusakan PKT terhadap kebudayaan tradisional telah menghantarkan degradasi moral, telah berdampak lingkungan jahat sekarang ini – yang acuan kebudayaan dan moralitasnya telah terperosok secara bersamaan. Orang-orang yang hidup di tengah kebudayaan metamorfosis semacam ini sudah sangat sulit menyadari jatuhnya standar moralitas.
Manusia, pada saat bersamaan memiliki sifat kebuddhaan dan sifat keiblisan, artinya dalam hati semua manusia, memiliki dua sisi baik dan buruk. Kebajikan Anda ada berapa banyak yang berasal dari pencucian otak ateisme PKT, atau yang merupakan hasil indoktrinasi di tengah pertarungan manusia mengubah manusia yang lain, atau yang membubung ke atas di tengah proses kilat mempelajari gelar “manusia maju” itu? Sedikit pun tidak ada.
Kebajikan Anda berasal dari sifat bawaan lahir, berasal dari genetika dan kristalisasi kebudayaan yang diwariskan di dalam tulang Anda, dan juga berasal dari keluarga dan orang lain melalui keteladanan.
Kebajikan Anda bukanlah diberikan oleh PKT. Jika Anda merasa diri sendiri masih memiliki kebajikan, lantas membantu merias wajah PKT dengan mengatakan bahwa PKT telah menciptakan kebajikan bagi Anda, maka Anda telah tertipu oleh PKT.
Justru roh jahat komunis berkehendak secercah kebajikan beserta sebuah moralitas yang masih eksis dalam lubuk hati Anda itu, sepenuhnya dirusak dan disirnakan, barulah puas. (WHS/asr)
BACA Selanjutnya : Tujuan Terakhir Komunisme : Partai Komunis Tiongkok- Sejuta Perubahan Tidak Lepas dari Kejahatannya (Bagian 2)