Di PBB, Praktisi Falun Dafa Menuntut Dihentikannya Penganiayaan 19 Tahun

NEW YORK – Sekelompok praktisi Falun Dafa dari seluruh wilayah New York yang lebih besar berkumpul di luar markas besar PBB pada 25 September, untuk meminta pengakhiran penganiayaan barbar terhadap para praktisi yang terjadi di Tiongkok.

Tahun ini menandai peringatan ke-19 tentang Partai Komunis Tiongkok (PKT) memulai kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya memerangi komunitas spiritual yang damai tersebut; minggu ini, menteri luar negeri rezim, Wang Yi, menghadiri Majelis Umum PBB.

“Kami berkumpul di sini hari ini untuk memperjuangkan latihan spiritual tersebut, membela apa yang benar,” kata He Yingsheng, yang berasal dari Tiongkok. “Kami ingin Partai Komunis Tiongkok segera mengakhiri penganiayaan terhadap Falun Gong dan membebaskan mereka semua.”

He juga menyerukan mantan pemimpin PKT Jiang Zemin, yang memulai penganiayaan pada tahun 1999, untuk “dibawa ke pengadilan.”

praktisi Falun Dafa
He Yingsheng menghadiri protes menentang penganiayaan terhadap Falun Gong di PBB di New York, pada 25 September 2018. (Samira Bouaou / The Epoch Times)

Sesi Majelis Umum tahun ini secara resmi dimulai pada 25 September.

Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah latihan lima gerakan meditasi dan, pada intinya, berdasarkan pada tiga prinsip sejati, baik, dan sabar. Sampai hari ini, ia dipraktikkan oleh puluhan juta orang di lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

“PKT sangat takut bahwasanya lebih banyak orang percaya pada sejati, baik dan sabar daripada orang-orang yang percaya pada komunisme, itulah alasan mengapa mereka memulai penganiayaan,” kata Rong Yi, juru bicara Asosiasi Falun Dafa New York.

“Tidak ada kebebasan berkeyakinan. PKT ingin mengendalikan semuanya,” jelasnya.

Praktisi lain di pertemuan massal tersebut mengatakan dia melakukan perjalanan, meskipun cuaca basah, untuk meningkatkan kesadaran akan sejarah pelanggaran hak asasi manusia Tiongkok. Qi meminta agar fotonya tidak diterbitkan karena takut akan adanya reaksi, karena beberapa kerabatnya (yang berlatih Falun Gong) masih tinggal di Tiongkok.

“Saya ingin orang-orang Amerika [dan] wisatawan Tiongkok mendengar permohonan kami, bahwa Tiongkok masih menganiaya praktisi Falun Gong dan orang-orang beriman lainnya,” kata Qi, yang mempelajari latihan ini dari orang tuanya.

“Praktisi Falun Gong semuanya adalah orang-orang yang sangat baik. Tetapi karena ada begitu banyak di Tiongkok, PKT menjadi takut kehilangan kekuasaan.”

PERMOHONAN INTERNASIONAL

Sampai hari ini, Partai Komunis Tiongkok masih terus menganiaya kelompok spiritual tersebut, termasuk orang-orang Kristen, Tibet, dan Uighur, di antara yang lainnya. Pada bulan Agustus, panel hak asasi manusia AS mengatakan menerima laporan-laporan yang dapat dipercaya bahwa 1 juta orang etnis Uighur di Tiongkok ditahan dalam apa yang menyerupai “kamp penngasingan besar yang diselimuti kerahasiaan.”

Seorang anggota komite PBB memperkirakan bahwa 2 juta warga Uighur dan anggota minoritas Muslim dipaksa masuk ke “kamp-kamp politik untuk indoktrinasi” di wilayah otonomi Xinjiang barat.

serukan pelanggaran HAM cina tiongkok di PBB
Rong Yi menghadiri protes menentang penganiayaan Falun Gong di PBB di New York, pada 25 September 2018. (Samira Bouaou / The Epoch Times)

Laporan tahun 2016 tersebut memaparkan secara detail praktik-praktik pengambilan organ yang menguntungkan Tiongkok dari para tahanan hati nurani. Para penulis laporannya, David Kilgour, mantan Menteri Luar Negeri Kanada (Asia / Pasifik) dan seorang pengacara yang mewakili pemerintah dalam penuntutan pidana; David Matas, penasihat hukum senior dari B’nai Brith Canada dan pengacara hak asasi manusia; dan wartawan investigasi Ethan Gutmann, menjelaskan bagaimana para pasien transplantasi dapat pergi ke Tiongkok dan mendapatkan organ dalam beberapa hari atau bahkan beberapa jam jika mereka dapat membayarnya.

Sebaliknya, pasien di negara lain dapat terjebak dalam daftar tunggu selama bertahun-tahun.

Dari tahun 2000 hingga 2015, rezim Tiongkok diperkirakan telah melakukan 60.000 hingga 100.000 transplantasi setiap tahun, dimana sebagian besar dari organ-organ yang diambil tersebut berasal dari praktisi Falun Gong, menurut laporan 700 halaman. Ratusan ribu praktisi yang ditahan di kamp-kamp kerja paksa di seluruh Tiongkok sangat rentan untuk dimasukkan dalam daftar pengambilan organ paksa.

“Praktisi di Tiongkok masih dalam penganiayaan berat,” kata Rong. “Kami harus menggunakan setiap kesempatan, terutama ketika Wang ada di sini untuk keluar, kami menginginkan hak asasi manusia dan kami ingin komunitas internasional untuk membantu kami menghentikan penganiayaan ini.”

“Tidak ada yang salah dalam keyakinan tentang sejati, baik, dan sabar,” lanjutnya. “Ini seharusnya, secara nyata, dilindungi. Kami membutuhkan kebebasan berkeyakinan.” (ran)