Amarah dan Akar Bencana Penyakit dari Sudut Kedokteran Tradisional

Dokter  Pengobatan tradisional Tionghoa (PPT) Wen Pinrong

Apa itu sebenarnya suasana hati atau emosi? Dari mana asalnya? Siapa yang mengendalikannya? Apakah emosi merupakan gejolak primitif kehidupan? Atau merupakan keinginan primitif yang tak tersentuh? Atau pengrusakan terhadap ketenangan diri yang sejati? Suasana hati atau emosi masih tetap menjadi misteri abadi yang membingungkan hingga saat ini! Siapa yang mampu melepaskan diri dari emosi?

Suatu hari, satu keluarga lima orang datang berobat, mereka semua saling bercerita sana sini dan tertawa riang, sepertinya keluarga yang sangat bahagia.

Ibu yang berusia 70 tahun menderita epilepsi, sering kumat di malam hari, minum pil tidur pun tetap tidak bisa tidur; ayah (76) adalah seorang pengusaha sukses, menderita sakit lutut dan insomnia; putri sulung (42) menderita komplikasi akibat patah tulang pergelangan tangan dan insomnia; putri kedua (40) menderita sakit maag, insomnia selama bertahun-tahun; putri b(38) sejak kecil menderita lemah jantung, jantung berdebar, dan pusing-pusing serta insomnia; setelah lama berobat, bahkan anjing kecil peliharaan mereka pun diajak berobat.

Figur utama adalah ibu yang penyakitnya agak parah, sang ibu yang sehari-hari penuh belas kasih dan istri yang lemah lembut, bila marah wajahnya seperti dilipat menggumpal. Keluarga ini jarang menjalani hari-hari penuh kedamaian, dan lebih banyak melalui hari-hari penuh topan badai!

Penanganan tusuk jarum:

Untuk epilepsi: tusuk titik akupunktur Baihui dua sisi, titik Shenting dua sisi, tusuk titik Fengchi dan Xinhui menembus titik Qianding tusuk tiga jarum berderetan, Hanyan menembus Xuanlu dan titik Sishencong secara bergantian; untuk emosi tidak stabil, tusuk titik Hegu dan Taicong; untuk insomnia parah, tusuk titik Taiheng, Shenmen, Shenting, Shenmen menembus Yinqie, Tongli, dan Lingdao secara bergantian; untuk selera makan tidak baik, tusuk titik Zhongwan dan Zusanli; untuk nyeri tangan dan kaki, tusuk Quchi, Hegu, Zusanli, Yanglingquan, Sanyinjiao, dan Taicong.

Setiap minggu 1 kali tusuk jarum, seiring dengan semakin seringnya berobat, kami semua pun menjadi teman baik, perlahan-lahan menjadi terbuka membicarakan masalah keluarga, masalah pekerjaan, masalah perasaan, dan saling memberi perhatian.

Sebuah keluarga kecil yang terlihat bahagia, ternyata di dalam rumah seperti gudang mesiu, bicara atau melakukan apa pun, begitu kurang hati-hati sewaktu-waktu ranjau akan meledak, dan yang meledak itu adalah emosi sang ibu, ayah dan 3 orang putri seringkali hanya bisa diam dan gemetaran agar rumah itu tidak dipenuhi energy negatif, sehingga semuanya mengalami insomnia.

Jalan-jalan keluar rumah, bila putrinya membeli pakaian, ibu pun ingin membelinya, tanpa peduli cocok atau tidak, sehingga baju miliknya begitu banyak yang tak sempat dipakai.

Yang paling sering menjadi penyulut adalah ayah yang kelihatannya bersifat periang, karena di masa mudanya ada catatan berselingkuh. Akar bencana ini terpatri kuat di dalam hati sang ibu, dendam itu masih tersimpan dari masa muda sampai usia tua, benar-benar sehidup semati!

Bagaimana pun sang ayah berusaha memperbaiki diri, tetap sulit menghilangkan dendam di hati ibu! Ibu sering marah karena hal ini.  Jadi, epilepsinya sering kumat.

Si ayah ini pernah berkata, “Dulu berbisnis, betapa jauh pun perjalanan ke luar kota, tetap tidak bermalam, pasti akan pulang ke rumah. Semua tuntutannya pasti saya penuhi, tapi dia tetap tidak puas! Dokter, apa yang harus saya lakukan?”

Mengobati penyakit adalah mengobati hati/jiwa, suatu hari, sang ibu datang berobat sambil mengeluh, “Malam hari setelah minum pil tidur tetap tidak bisa tidur!” Saya berkata, “Bu, hati Anda dipenuhi begitu banyak sampah dan kebencian, bagaimana bisa tidur? Maafkanlah orang lain, juga maafkan diri sendiri, maka derita akan lebih sedikit!”

Setelah berkata-kata seperti di atas, Sontak dia murka, saat itulah saya berkesempatan melihat amarahnya yang mendominasi! Dengan penuh emosi ibu itu berkata, “Semua laki-laki memang tidak baik!” Dengan konsep ini, dia sering mengajarkan putrinya agar tidak menikah, jadi 3 orang putrinya sampai sekarang masih jomblo.

Saya menunggu emosinya reda, lalu berkata padanya, “Bisakah Anda jangan menganggap semua orang adalah sama? Pria baik-baik masih sangat banyak.”

Dia menekuk wajahnya! Saya katakan lagi, “Tahukah Anda, mengapa malaikat bisa terbang?” Pertanyaan macam apa ini? Apa hubungannya dengan emosinya? Dengan terheran-heran dia menggelengkan kepala, saya melanjutkan, “Karena mereka semua menganggap diri mereka sangat ringan!”

Suatu kali sambil menangis dia menceritakan kisah lama: yakni derita yang dialaminya di dalam keluarga besar suaminya dan perselingkuhan suaminya.

Saya pun memberikan kertas tisu padanya, dan berkata, “Hai, Ibu! Ada seorang anak bertanya pada Tuhan, ‘mengapa wanita selalu menangis?’ Coba ibu tebak, apa kata Tuhan? Tuhan menjawab, ‘Saat Aku menciptakan wanita, Kubuat sangat istimewa, bahu mereka mampu menahan beban berat seluruh dunia, tapi juga lemah lembut seperti air.”  

Wanita pun diberikan oleh Tuhan keteguhan agar ia terus maju di saat orang lain menyerah, dan merawat keluarganya tanpa keluh kesah. Diberikan wanita perasaan yang halus, agar mampu mencintai anak-anaknya dalam kondisi apa pun, walaupun anak-anaknya telah melukai hatinya.

Bahkan Tuhan berkata, Kuberikan wanita kekuatan yang besar, agar ia mampu memaafkan kesalahan suaminya! Sesungguhnya Aku menggunakan tulang rusuk pria untuk membentuk wanita, agar dapat melindungi hatinya. Terakhir, Kuijinkan ia pada saat membutuhkan, untuk menangis sewaktu-waktu, ini adalah hak istimewanya!’” Setelah mendengar cerita saya, ibu itu bergumam, “Gila! Tuhan juga sudah gila!”

Emosi ibu itu tetap tidak bisa diduga, ketiga putrinya telah memiliki pujaan hati, namun tak berani memberitahu ibu mereka, dan meminta tolong saya agar menggerakkan hati sang ibu, memberi restu mereka menemukan tambatan hatinya.

Suatu hari suasana hati si ibu cukup baik, saya berkata padanya, “Bu, setiap orang berhak mengejar kebahagiaannya, jangan jadikan bayang kelam masa lalu Anda sebagai beban bagi anak-anak, ini sangat tidak adil bagi mereka, mereka tidak bersalah! Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Bapak begitu mencintai Anda, dan telah bertobat, ini jauh lebih berharga daripada apa pun, sekarang kehidupan Anda pun tidak kekurangan apa pun, juga berkat bapak, yang dengan tulus hati telah berusaha memperbaiki diri demi Anda…”

Ibu itu langsung melotot setelah mendengarnya, wajahnya langsung ditekuk menggumpal, pengobatan belum lagi selesai, ibu itu langsung hengkang! Ibu yang diperbudak emosinya sendiri, menganggap saya telah berpihak pada kaum pria, sejak saat itu dia tidak pernah lagi datang berobat, juga tidak mengijinkan keluarganya datang berobat. (SUD/WHS/asr)

Baca JUGA : Emosi Negatif Memperpendek Hidup Anda – Kendalikan Pikiran Anda Sekarang Juga!

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular