Peretasan Telkom Tiongkok Menyoroti Kurangnya Respek untuk Kesepakatan dan Hubungan Timbal Balik

Oleh Rahul Vaidyanath

ANALISIS BERITA

Dua tema umum terus bermunculan dalam interaksi Tiongkok dengan Kanada dan Amerika Serikat: menghindari perjanjian dan kurangnya hubungan timbal balik. Selalu, di pusat masalah adalah tindakan-tindakan curang dari perusahaan milik negara komunis Tiongkok (BUMN).

Contoh terbaru tentang mata-mata cyber Tiongkok di Kanada dan Amerika Serikat adalah mengalihkan lalu lintas internet. Upaya-upaya lain untuk spionase dunia maya (cyber espionage) mencakup back door (sarana rahasia) di smartphone dan router Huawei, malware, dan microchip khusus pada motherboard.

Tentu saja, Tiongkok tidak menghormati semangat pemahaman dengan Kanada dan Amerika Serikat tentang peretasan dunia maya, yang semakin nampak seperti ompong.

Para peneliti Chris C. Demchak dari Akademi Angkatan Laut AS dan Universitas Tel Aviv Yuval Shavitt baru-baru ini menjelaskan bagaimana Tiongkok membajak lalu lintas internet dalam sebuah makalah yang ditulis untuk jurnal Urusan Militer Internasional yang bermarkas di AS.

Laporan, berjudul “China’s Maxim—Leave No Access Point Unexploited: The Hidden Story of China Telecom’s BGP Hijacking”, menyatakan bahwa perkembangan ekonomi Tiongkok bergantung pada “pengambilalihan besar-besaran R&D luar negeri.” Border Gateway Protocol (BGP), atau protokol gerbang perbatasan, adalah salah satu dari dua protokol perangkat lunak yang digunakan dengan “perekat” yang menahan internet secara berbarengan.

China Telecom Canada, BUMN Tiongkok dan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh China Telecom Americas, telah membuka kantor cabang pada tahun 2005 dan berkantor pusat di Markham, Ontario.

Anggota Parlemen Konservatif Tom Kmiec, yang telah memperingatkan pemerintah tentang kemungkinan pengambilalihan infrastruktur Kanada dan raksasa konstruksi Aecon oleh BUMN Tiongkok terhadap keselamatan publik dan alasan keamanan nasional, memperlihatkan kekhawatirannya bermain dengan China Telecom.

“Masa depan dalam hal perdagangan global dan kesepakatan perdagangan, perlu ada pembahasan yang lebih luas tentang perusahaan-perusahaan milik negara,” katanya dalam sebuah wawancara. “Kita harus memiliki pembahasan yang lebih luas di Kanada tentang apakah kita harus mengizinkan mereka untuk melakukan bisnis di sini dengan cara yang signifikan.”

Dengan Amerika Serikat mengencangkan tali di leher Huawei dan ZTE, China Telecom, perusahaan telekomunikasi Tiongkok terbesar ketiga, tampaknya beroperasi lebih berhati-hati secara diam-diam sampai sekarang dan kemungkinan telah diperintahkan untuk meningkatkan upaya-upaya pengumpulan intelijennya.

KESEPAKATAN TIDAK DIHORMATI

Pada September 2015, Presiden AS Barack Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping setuju untuk menghentikan pasukan militer melakukan peretasan perusahaan-perusahaan komersial. Untuk beberapa waktu, kesepakatan tersebut tampaknya berhasil, karena jauh lebih sedikit peretasan yang dilaporkan, namun karena perjanjian tersebut hanya mencakup kegiatan militer, tidak mencegah BUMN Tiongkok mencuri rahasia dagang dan banyak lagi.

“Ketika perjanjian 2015 tersebut melarang serangan langsung pada jaringan komputer, ia tidak melakukan apa pun untuk mencegah pembajakan pada saluran komunikasi internet vital negara-negara Barat,” kata laporan.

Mulai Februari 2016 dan selama sekitar enam bulan, China Telecom telah membajak lalu lintas internet dari Kanada ke situs-situs pemerintah Korea dan mengalihkannya melalui Tiongkok.

Ini dicapai melalui titik-titik akses di internet yang disebut titik kehadiran points of presence (PoPs), yang memungkinkan pihak yang mengendalikannya untuk mengarahkan kembali dan menyalin data. Tiongkok memiliki delapan PoP di Amerika Serikat dan dua di Kanada, namun negara-negara Amerika Utara tidak memilikinya di Tiongkok.

Mirip dengan kurangnya hubungan timbal balik dalam perdagangan dan investasi asing langsung antara Kanada dengan Tiongkok dan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, negara-negara Amerika Utara telah naif dalam membiarkan Tiongkok mendirikan PoP-PoP ini.

“Sejujurnya saya tidak tahu bagaimana mereka mendapat PoP di Amerika Serikat tanpa seseorang di pemerintah AS menutup mata atau memberi persetujuan di tingkat Departemen Luar Negeri,” kata pakar cybersecurity Gary Miliefsky dalam sebuah wawancara. Miliefsky adalah anggota yayasan Department of Homeland Security AS dan penerbit majalah Cyber Defense Magazine.

“Kisah ini baru saja berlangsung dan sangat besar dalam hal kebodohan dan tidak ada timbal balik. Jadi mengapa kita membiarkannya terjadi?” katanya.

Juga, Tiongkok tidak menghormati Canada-China National Security and Rule of Law Dialogue, yang dimulai pada bulan September 2016.

“Kedua belah pihak sepakat bahwa pemerintah negara tidak akan melakukan maupun secara sadar mendukung pencurian cyber kekayaan intelektual, termasuk rahasia dagang atau informasi rahasia bisnis lainnya, dengan maksud memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan-perusahaan atau sector-sektor komersial,” menurut pernyataan dari dialog tersebut yang dirilis pada Juni 2017.

Global Affairs Canada tidak menanggapi permintaan pembaruan 2018 tentang dialog tersebut dan tindakan-tindakan terbaru untuk China Telecom.

“Timbal balik, itulah kata kuncinya sekarang. … Benar-benar sebuah harapan bahwa mereka [Tiongkok] akan memperlakukan kita … dengan cara yang sama,” kata Kmiec. “Itu selalu menjadi masalah.”

Penulis laporan “Maxim Tiongkok” merekomendasikan kebijakan timbal balik, dengan satu versi adalah agar Beijing mengizinkan PoP di daratan Tiongkok berdasarkan rasio ukuran populasi antara Tiongkok dengan negara-negara lain. Sebagai contoh, ini berarti Tiongkok mengijinkan tiga kali lebih banyak PoP di daratannya (24) sederajat dengan delapan yang ada di Amerika Serikat.

Miliefsky sangat skeptis bahwa Amerika Serikat dan Kanada akan mendapatkan PoP milik mereka di Tiongkok. Selain penyadapan kekayaan intelektual Tiongkok, hal itu dapat secara mendasar mengancam kontrol yang dikendalikan oleh rezim komunis yang berkuasa atas rakyat Tiongkok.

“Itu bisa mengarah pada pengetahuan yang tidak terkontrol oleh warga negara mereka sendiri dan bahkan menginginkan perubahan pertama seperti yang kita miliki di sini di Amerika Serikat,” katanya.

MENGAKHIRI PERANG

Perang cyber telah berlangsung selama beberapa dekade, meskipun banyak yang tidak menjadi berita utama.

“Mari kita beri Tiongkok jempol, dengan cara yang buruk, karena menjadi yang paling proaktif dan multi generasi yang serius tentang itu,” kata Miliefsky.

“Sebagian besar perangkat lunak perusak (malware) terbesar di dunia dikerahkan dari Tiongkok dan sebagian besar perangkat keras yang dibuat di negara tersebut dirancang dengan kekurangan yang disengaja, dalam beberapa kasus untuk eksploitasi dengan sangat mudah,” tambahnya.

Dengan demikian, chip-chip komputer, perangkat-perangkat mobile, dan perangkat internet-of-things (IoT) telah menjadi risiko keamanan utama bagi perusahaan-perusahaan dan warga negara. Ini adalah salah satu tuduhan utama yang dipaksakan terhadap Huawei, bahwa ia membangun kerentanan-kerentanan atau pintu belakang (back doors) di dalam produk-produknya.

Huawei telah mempertahankan kepolosannya, namun kisah 2 November oleh The Weekend Australian telah menyoroti peran perusahaan Tiongkok tersebut dalam spionase dunia maya. Menurut sumber keamanan nasional Australia, intelijen asing Tiongkok diduga memperoleh bantuan Huawei untuk mendapatkan kode-kode akses untuk masuk ke jaringan asing.

“Saya pikir kita tidak akan melihat Tiongkok menyerah, tetapi kita akan terus menangkap mereka dalam tindakan melakukan kesalahan, jika Anda mau,” kata Miliefsky.

Dia berharap melanjutkan manajemen cerdas agar hubungan Sino-AS yang rumit membawa perubahan mendasar.

“Butuh waktu 20 tahun atau lebih untuk melakukan perbaikan yang diperlukan … di mana perilaku ini menjadi … menjijikkan bagi orang-orang Tiongkok,” kata Miliefsky.

Bagi Kanada, karena ia mempertimbangkan tawaran-tawaran dari Tiongkok untuk memperbarui pembicaraan perdagangan bebas, ia harus mempertimbangkan perilaku bermuka dua tersebut tidak hanya dalam perdagangan internasional, tetapi juga berkenaan dengan kesepakatan bilateral dan pemahaman tentang cyber.

“Pemerintah Kanada harus mengambil sikap yang sangat jelas bahwa tidak akan ada lagi negosiasi perjanjian apapun sampai saat pengalihan lalu lintas internet dan spionase benar-benar berhenti,” kata Kmiec. (ran)

Ikuti Rahul di Twitter @RV_ETBiz

Rekomendasi video:

“Bom Maya” Tiongkok yang Mengkhawatirkan

https://www.youtube.com/watch?v=rvIS2eUnc7M