Orang Miskin, Pencuri, dan Sebuah Inspirasi Moralitas

Erabaru.net. Fan Yuanyan tumbuh di keluarga yang miskin, dia hidup pada zaman Dinasti Utara dan Selatan (420-589). Dia mencari nafkah dengan menanam sayuran.

Suatu hari, ketika akan keluar rumah, dia menemukan ada seseorang yang sedang mencuri sayur dari ladangnya. Dia masuk kembali dan langsung memberitahu Ibunya. Ibunya bertanya siapa pencuri itu, dan Fan menjawab, “Saya tidak ingin bertemu dengannya karena khawatir akan menyakiti hatinya. Jika saya memberitahukan namanya, mohon jangan beritahu siapapun.”

Bersama-sama mereka memutuskan untuk merahasiakan identitas pencuri tersebut.

Minggu berikutnya, ada seseorang yang terjerembab ke dalam parit ketika sedang berusaha menyeberangi parit tersebut untuk mencuri tunas bambu dari pekarangan Fan. Fan memutuskan untuk menebang sebuah pohon dan membangun sebuah jembatan, supaya lebih mudah bagi pencuri tersebut jika ingin menyeberangi parit dan menuju ke pekarangannya. Pencuri itu sangat tersentuh dengan kebaikan Fan. Hal tersebut membuatnya merasa malu akan perbuatannya dan memutuskan untuk tidak mencuri lagi selamanya. Sejak hari itu, tidak ada lagi pencuri di seluruh desa.

Ilustrasi. Kredit: thebl.com

Liu Huan, seorang sarjana dari Kerajaan Pei (sekarang provinsi Anhui), mendokumentasikan perbuatan baik Fan, dan memberikan penghormatan kepadanya atas hal yang telah dia lakukan. Berturut-turut, selama masa kekuasaan,baik Kaisar Ming dari Qi dan Kaisar Wu dari Liang, Fan diundang untuk bekerja menjadi staff kekaisaran, namun Fan, yang merasa puas dengan kehidupan yang sederhana dan tidak tertarik dengan nama dan kekayaan, menolak kedua tawaran tersebut.

Pada masa lalu, standar moral adalah sangat dijunjung tinggi dan juga sangat dihargai. Para pencuri akan merasa malu jika dihadapi dengan kebaikan dan kemurahan hati. Hampir tidak diperlukan adanya penegakan hukum sama sekali. (htk/jul)

Sumber: thebl.com

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular