Sejarah Peristiwa Besar 27 Tahun Silam, Runtuhnya Komunis Uni Soviet

Zhou Xiaohui

Di tahun 1985, setelah Sekjen PKUS Pusat Chernenko meninggal dunia, Gorbacev yang saat itu berusia 54 tahun terpilih sebagai Sekjen PKUS Pusat baru.

Sebuah peristiwa besar yang terjadi di Uni Soviet 27 tahun silam, telah mengubah Uni Soviet dan susunan politik dunia, juga sempat membuat panik Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang hingga kini masih merasakan sisa guncangannya.

Bagaimana mencegah peristiwa itu agar tidak terulang lagi, juga sering dibicarakan dalam internal partai.

Kini, kondisi PKT sedang goyah lagi dan sewaktu-waktu dapat menghadapi ancaman tercerai-berai, mengenang kembali sejumlah sejarah yang terjadi saat itu, barangkali  dapat memberi inspirasi bagi para pejabat tinggi dalam sistem pemeritahan komunis tersebut.    

Gorbachev Dikudeta

Pada 19/8/1991, sejumlah politikus konservatif dan militer menggunakan kesempatan presiden Gorbachev berlibur di Crimea, telah melakukan gerakan “Peristiwa 19 Agustus”, Gorbachev dikenakan tahanan rumah selama 3 hari.

Setelah dilepas, ia baru mengetahui bahwa Yeltsin, Presiden Republik Uni Soviet telah menggantikannya sebagai pemimpin nasional. Setelah dikudeta, ia terpaksa mencopot sebagian besar anggota Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS), sebagian bahkan ditangkap.  

Pada 25/12/1991 setelah berdirinya Persemakmuran Negara Merdeka, Gobarcev terpaksa mengumumkan pengunduran dirinya, Uni Soviet resmi dibubarkan.

Dalam pidato perpisahannya, ia mengatakan: ”Saya percaya, upaya bersama kita cepat atau lambat akan membuahkan hasil yang amat besar, rakyat kita akan hidup ditengah masyarakat yang makmur dan demokratis.”

Walau kini Rusia masih mempunyai banyak kekurangan, juga belum dapat dikatakan “makmur”, namun pendidikan gratis, pengobatan gratis, pemakaian listrik dan air gratis, membuat rakyat Tiongkok sangat mengaguminya, ditambah lagi Rusia setidaknya telah memiliki konstitusi demokrasi yang mendasar.

Walau Duma/parlemennya sering berseberangan dengan sang presiden, namun belum pernah dibubarkan.

Kini Duma dari negeri Beruang Kutub itu tidak hanya memiliki hak pembatasan yang lebih besar terhadap pemerintah, juga memiliki hak penyampaian tuntutan pemakzulan bahkan penggugatan terhadap presiden, walau syaratnya sangat ketat dan prosedurnya berliku-liku, akan tetapi hak semacam itu dahulu mutlak tidak pernah ada.   

Selain itu, dalam bidang pemberitaan dan kebebasan berbicara, Rusia telah membebaskan larangan penerbitan Koran.

Pada 19 Agustus 1991, empat bulan sebelum Pembubaran Uni Soviet, di dekat Lapangan Merah Moskow, kerumunan demonstran naik keatas tank dalam upaya untuk menghentikan kendaraan militer itu melaju. (INTERNET)

Meskipun suara media swasta masih sangat lemah dibawah kontrol yang ketat, bahkan telah berkali-kali terjadi peristiwa pembunuhan terhadap reporter dan awak media, tetapi bagaimana pun kini media pemerintah tidak dapat lagi mempersatukan media-media lainnya, tidak mampu lagi melalui cara kediktatoran untuk membungkam corong media bebas.

Yang sangat jelas adalah, demokrasi Rusia yang masih memiliki banyak kekurangan, perbedaan yang paling besar dengan PKT adalah, Rusia telah sejak dini mencampakkan ideologi Komunisme, selain itu juga banyak mengecam PKUS.

Itu sebabnya terhadap serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Beijing saat ini, tentu tak luput dari pengamatan Putin yang dengan sewajarnya mempertahankan jarak dengannya, ini juga merupakan sebuah pondasi tercapainya sejumlah perjanjian kerjasama yang disepakati secara lisan dan terbuka dalam pertemuan dua kepala negara AS-Rusia pada Juli tahun ini, juga merupakan salah satu alasan pemerintah Trump AS memandang PKT dan bukan Rusia sebagai musuh utamanya. Dari sudut pandang ini, pembubaran Uni Seviet merupakan kabar baik bagi rakyat Rusia.   

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular