Erabaru.net. Seorang gadis bernama Julie, yang cantik dan lembut, jatuh cinta pada seorang pemuda yang baik, dan mereka menjalin hubungan yang akrab. Namun, hubungan mereka ditentang keras oleh orangtua Julie. Orangtua Julie tidak setuju karena kaki pemuda tersebut cacat.
“Putriku yang sehat masa menikah dengan pemuda cacat?”. Kata orangtua Julie.
“Cacat apanya, dia bisa berlari, melompat dan bermain bola. Dia juga cerdas dan pekerja keras, lagipula kalian juga tahu dia perhatian dan sayang padaku, selain masalah kaki yang kurang sedap dipandang, lainnya kan normal-normal saja. Saya dapat menerimanya, kenapa kalian tetap saja menolaknya?” Kata Julie memberikan penjelasan
Sementara itu orangtuanya mengatakan: “Jujur saja, kami bisa menerimanya, tetapi bagaimana dengan tatapan orang nanti? Semua orang menjadi tahu menantu kami seorang pria pincang, mau taruh di mana muka ini?”
Karena masalah itu, perselisihan Julie dan orangtuanya semakin runyam, Julie mau kabur dari rumah, ibunya ingin bunuh diri, sementara ayahnya akan memutuskan hubungan keluarga.
Akhirnya, Julie tak berdaya, dia mengalah dan memutuskan hubungan dengan pemuda itu. Dan sejak putus dengan pemuda itu, Julie tidak pernah menjalin hubungan cinta lagi.
Hingga di usianya yang ke 30, Julie akhirnya punya pacar, dan ketika berencana menikah, tak disangka, orang tua Julie meminta mahar sebesar 120.000 yuan (sekitar Rp 250 juta).
Sementara pria itu juga bukan keluarga berada, hanya sanggup memberi setengahnya.
“Saya akan segera mengembalikan 200 juta kalau kamu beri 250 juta kepada kami, dengan begitu kami jadi enak bicara dengan kerabat dan saudara saat ditanya nanti” kata ibu Julie
Namun, pemuda itu mengatakan bahwa keluarganya sudah meminjam uang untuk biaya pernikahan, jadi dia tidak bisa pinjam lagi untuk mahar. Akhirnya rencana pernikahan Julie pun gagal karena tuntutan orangtua Julie yang tidak bisa dipenuhi keluarga dari calon mempelai pria.
Waktu terus berlalu, dan tanpa terasa usia Julie sudah lebih dari 35 dan belum menikah.
Teman-teman maupun tetangga selalu menyinggug tentang calon suami Julie saat berpapasan dengan orangtuanya Julie.
Hal ini membuat mereka jengkel, tapi tak bisa berbuat apa-apa, selain melampiaskan kekesalan mereka pada Julie.
“Kamu benar-benar membuat malu kami,” kata ibu Julie kesal.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Julie, dua kali gagal menikah karena orangtuanya yang lebih mempertahankan gengsi dan rasa malu mereka.
Satu lagi kisah yang lebih memilukan di benua lain.
Seorang gadis yang bekerja di perusahaan asing menikah dengan bosnya yang warga Amerika dan dengan bangga pindah ke New York. Seluruh keluarganya pun merasa bangga dan merasa derajadnya terangkat di mata kerabat dan handai tolan.
Tetapi tahukah Anda seperti apa hidupnya di negeri Paman Sam?
Suaminya selalu dinas luar untuk waktu yang lama, sementara di rumah hanya dia sendirian tanpa teman, tidak kerja, tidak ada teman yang bisa diajak bicara, dan tidak punya rasa dimiliki. Seperti kata-kata yang dikutip darinya “Hidup saya seperti anjing liar yang terlantar.”
Belakangan setelah punya anak, cintanya pun hilang…..Suaminya jatuh cinta dengan seorang gadis Italia dan ingin menceraikannya.
Tapi dia menolak. Karena jika meninggalkan suaminya, dia tidak dapat bertahan hidup di Amerika dan terpaksa harus pulang kampung alias kembali ke negeri sendiri sambil menahan rasa malu.
Karena betapa bangga dan gembiranya dia saat menikah di bawah tatapan kagum dari handai tolan dan para tamu undangan, tapi sekarang, betapa malunya dia jika harus kembali ke negerinya membawa cerita pilu, sangat kontras dengan kebanggannya saat menikah, jadi dia tidak bisa menerima perceraian itu..
Maka, dia pun berusaha bertahan dalam penderitaan batin. Suaminya hampir tidak pernah pulang, dan dia terpaksa bekerja sambil membawa anaknya.
Dia sendiri juga sadar, akan jauh lebih baik pulang ke negeri sendiri, tapi lagi-lagi karena gengsi dan rasa malu yang membuatnya berusaha bertahan meski tersiksa secara batin.
Tak dipungkiri, banyak orang yang jaub lebih mengutamakan gengsi meski harus menyiksa batin diri sendiri.
Mulai dari hal-hal kecil seperti sekadar makan malam hingga perkawinan, “gengsi” adalah faktor utama.
Jika demi menjaga gengsi dengan membual, membanggakan diri, atau membeli beberapa barang mewah, dan masih bisa ditolerir, itu semua masih bisa dimengerti.
Namun, jika sudah menyangkut hal-hal penting dalam hidup, tetapi masih mengutamakan gengsi..ini benar-benar konyol dan bodoh.
Demi gengsi, sampai menjual ginjal untuk membeli iphone.
Demi gengsi, mabuk-mabukkan sampai muntah darah.
Demi gengsi, meninggalkan cinta sejati, menikah dengan orang yang tidak cocok sama sekali.
Demi gengsi, mempertahankan pernikahan yang hancur, lebih baik mati daripada cerai.
Demi gengsi, tidak berani merintis karier saat ada peluang sukses.
Demi gengsi, jelas-jelas sadar bersalah, tetapi tidak mau bertobat, berikukuh dengan gengsinya, sehingga membuat kesalahan kecil yang tak berarti menjadi runyam dan bertambah besar
Hidup demi gengsi, mati demi gengsi, seumur hidup pun hancur karena gengsi.
Terkadang kita menjaga gengsi atau rasa malu karena takut, takut ditertawakan, takut dipandang sebelah mata dan takut menjadi bahan pembicaraan.
Terkadang karena keinginan, ingin dipuji, dikagumi, dihormati, dan ingin supaya orang-orang tahu “Saya adalah sosok orang yang hebat.”
Seseorang menjaga gengsinya, itu adalah hal yang wajar. Tetapi harus lihat sikonnya, jangan berlebihan dan di luar nalar. Jika gengsi jauh lebih besar dari langit, maka perjalanan hidup Anda mungkin berakhir tragedi.
Karena gengsi itu untuk dilihat orang lain, sedangkan hidup itu kita sendiri yang merasakannya. Jika Anda selalu mengorbankan nalar demi gengsi, melakukan sesuatu yang tidak sanggup dilakukan, imbasnya Anda yang akan tersiksa sendiri, percayalah.
Demi kemewahan semu, batin tersiksa, bukankah ini perilaku yang paling bodoh dan naïf ? Lagipula, jika selalu berkukuh menjaga gengsi, pada akhirnya justru membuat malu Anda sendiri.
Gengsi adalah beban berat dalam hati manusia. Semakin Anda pikirkan, beban (gengsi) itu semakin berat, dan akan membuat Anda semakin dikendalikan olehnya.
Sebaliknya ketika Anda belajar memahami dan menyingkirkan gengsi yang tidak perlu, maka hidup Anda akan tenang dan jauh lebih nyaman.
Jadi, jika Anda ingin melakukan sesuatu yang jelas bermanfaat untuk Anda, tetapi bimbang dan ragu karena pandangan mata orang-orang, maka coba busungkan dadamu dan katakan dengan tegas pada dirimu : Peduli amat, hidup-hidupku ini, tidak ada urusannya denganmu.(jhn/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.
Video Rekomendasi:
https://www.youtube.com/watch?v=D1uCDmWKg58