oleh Shinshe Wen Pinrong*
Seorang elit Tionghoa berusia 53 tahun yang bergerak dalam bisnis di Indonesia mengeluh sudah mengkonsumsi obat tidur sambil melampaui dosis yang ditentukan tetapi masih sulit untuk tidur.
Meskipun saudara lelaki yang tinggal di Taiwan berulang kali memintanya untuk berobat ke Taiwan, tetapi ia tetap bersikeras menganggap bahwa obat tidur saja tidak berfungsi, apa peran yang dapat dimainkan oleh pengobatan ala Tiongkok di Taiwan ?
Namun di suatu saat ia terpaksa menyetujui rencana berobat ke Taiwan lantaran saudaranya itu terus membujuknya. Meskipun dengan satu kondisi yakni ia baru mau pergi setelah istrinya yang juga memiliki masalah insomnia dapat disembuhkan terlebih dahulu.
Suatu hari, wanita istri pengusaha itu muncul, mengenakan pakaian elegan dan halus, ditemani oleh kakaknya yang tinggal di bagian utara Taiwan.
Meskipun wanita tersebut memiliki kekayaan berlimpah, tetapi hidupnya sangat tertekan karena dia benar-benar dipusingkan oleh kondisi kesehatan suaminya! Sedangkan ia sendiri juga mengalami insomnia dan gangguan fisik akibat menopause, seperti hot flash, jantung berdebar, keringat malam, mata kering, pusing dan sebagainya.
Setelah menjalani akupunktur dan pengobatan, dalam 10 hari perawatan awal ia terpaksa mondar-mandir dari tempat tinggal ke klinik, namun frekuensi akupunturnya mulai dikurangi menjadi dua atau tiga kali dalam seminggu.
Setelah satu bulan perawatan, insomnia yang dialaminya sudah jauh membaik, karena dia tidak ingin minum obat, maka setelah menjalani akupunktur selama 3 bulan, kondisinya kesehatannya baru pulih sepenuhnya dan dapat kembali ke Indonesia.
Entah berapa lama kemudian, elit bisnis tersebut muncul di klinik. Pengusaha yang mengendalikan omzet penjualan perusahaan sekitar 4 miliar hingga 10 miliar masuk ke klinik dengan wajah lesu, suaranya rendah dan tidak bergairah untuk berbicara, kelopak matanya terlihat cekung, sinar matanya redup, bibirnya berwarna kehitaman berjalan tertatih-tatih dituntun oleh istrinya.
Begitu duduk, ia berkata : “Saya sudah 3 minggu tidak tidur, Mohon shinshe menyelamatkan saya. Ini terlalu menyakitkan !”
Ia kadang bisa mengalami linglung, sesak dada, jantung berdebar, sulit dalam menarik napas, tidak bersemangat juga tidak bernafsu makan.
Saya tanyakan : “Apakah Anda sudah menjalani akupunktur ?” Ia mengerutkan kening dan berkata : “Shinshe, pengobatan dengan spa, kerokan, kop, buang darah, pijat dan lainnya sudah saya coba semua. Tidak peduli metode apa yang Anda gunakan, baik asal saya bisa tidur. Saya sudah tidak ingin lagi makan obat Barat yang banyak merugikan kesehatan !”
Mendengar ini, saya mulai menusukkan jarum ke titik akupunktur, dan saya tidak perlu terlalu khawatir terhadap kekuatan tusukan jarum mengingat waktu pengusaha tersebut tinggal di Taiwan dipastikan tidak akan lama.
Pertama menggunakan 5 buah jarum, sambil menusukkan jarum di kepalanya, mulai dari titik Baihui sebagai titik tengah, dari lingkaran kecil sampai lingkaran besar, menusuk kepala di sekitar lingkaran untuk menghilangkan qi keruh di kepalanya.
Lalu membagi kepalanya menjadi 6 baris, menusukkan jarum dengan mengikuti titik akupunktur untuk kantong empedu, kandung kemih, usus kecil dan Du Meridian, bergantian dari depan kepala sampai bagian belakang leher. Ketika saya bertanya kepadanya : “Apakah ada rasa sakit ?” terlihat pengusaha tersebut dengan terus memejamkan mata, menahan rasa sakit secara diam-diam.
Untuk menumbuhkan qi yang bersifat yang (positip), membangkitkan fungsi seluruh organ, menusukkan jarum di titik Baihui, Fengchi, titik Hegu; Anshen, Yinyin, Tongli, Lingdao, satu jarum melalui tiga titik, kadang dengan menambahkan tusuk jarum pada titik Shenmen. Untuk menenangkan pikiran dan mengimbangi qi Tan yang banyak pemborosan, tusukkan jarum pada titik Yintang, Yangbai.
Untuk merangsang qi ginjal menumbuhkan hawa panas (yang), mengarahkan Yang menuju Yin, tusuk jarum pada titik Baihui, titik Guanyuan. Untuk membuat hawa dingin dan panas tubuh lebih stabil, dan mengatasi gangguan kesehatan lama, tusuk pada titik Taixi. Terakhir dengan menusuk titik Yongquan untuk mengatasi kelebihan qi positif dan kekurangan qi negatif.
Ketika saya melayanan pasien lain, saya melihat kembali kondisinya. Alis yang tadinya dikencangkan mulai mengendur dan ekspresi wajahnya tidak sekaku sebelum tusuk jarum. Dia mulai rileks. Sepuluh menit kemudian, saya menghampirinya. Sepertinya saya mendengar suara dengkuran walau lirih dan saya merasa lega untuk kembali ke klinik. Setelah setengah jam, saya lihat dia, wow ! Tampak orangnya sudah jauh lebih segar. Dia tidak percaya kalau ia baru bangun dari tidur, ia terkejut bahwa insomnia yang mengganggu sudah dapat diatasi dengan sekali terapi. Meskipun malamnya ia tidak bisa tidur lagi setelah berada di tempat tinggalnya.
Dia memutuskan untuk melanjutkan terapi dengan akupunktur dan minum obat herbal yang diberikan shinshe.
Pada hari menjalani akupunktur, ia bisa tidur dari mulanya yang 3 jam berangsur naik menjadi tidur 6 jam, sehingga hari akupunktur menjadi waktu yang menyenangkan baginya. Ia bahkan mengharapkan akupunktur setiap hari karena hari itulah ia bisa menikmati keindahan dan kenyamanan hidup. Saya berkata kepadanya : “Ketika malam tiba, ada 7 juta orang di pulau Formosa yang tidak bisa tidur. Anda lebih bahagia dari 7 juta orang itu !” Dia tersenyum bahagia sambil mengangguk-anggukkan kepala. Lalu melambai tangan seperti anak kecil dan meninggalkan klinik.
Liburannya selama 15 hari akan segera berakhir dan ia akan kembali ke Indonesia dengan membawa obat untuk diminum selama sebulan.
Pada hari terakhir akupunktur, ia dan istrinya masih terlihat duduk-duduk di bangku tunggu pasien yang berada di luar ruang sampai saya menyelesaikan pasien terakhir.
Saya kemudian bertanya kepadanya : “Apakah masih ada hal lain ?” Dia langsung beranjak dari bangku dan masuk ke dalam klinik sambil berkata : “Saya menunggu untuk berjabat tangan denganmu. Bolehkah saya berjabat tangan denganmu ? Anda adalah penyelamat bagi saya, saya ingin menjabat tanganmu dan menyampaikan rasa terima kasih”. Meskipun tidak terbiasa untuk berjabatan tangan dengan pasien, tapi tangan saya ulurkan juga. Dia langsung memegang erat tangan saya dengan mata berkaca-kaca mengatakan : “Terima kasih Shinshe, terima kasih shinshe”. Dan tak terasa mata saya pun berkaca-kaca! (Sin/asr)
*Kepala Klinik Pengobatan Tiongkok Minghui