Amerika Ngotot Tantang Rusia Uji Rudal Nuklir Darat

Washington DC – Amerika Serikat mengatakan publikasi komponen rudal rahasia Rusia tidak dapat membuktikan bahwa senjata berkemampuan nuklir itu sesuai dengan perjanjian senjata tahun 1987 antara kedua negara. Para pejabat militer Rusia sebelumnya memamerkan rudal Novator 9M729 berkemampuan nuklir kepada wartawan dan atase militer asing pada 23 Januari 2019.

Moskow menggunakan kesempatan itu untuk menyatakan bahwa rudal itu memiliki jangkauan enam mil lebih pendek dari jarak 310 mil yang dilarang oleh Perjanjian Senjata Nuklir Jangka Menengah (INF) era perang dingin.

Wakil Menteri Luar Negeri AS, Andrea Thompson mengatakan kepada wartawan pada 24 Januari bahwa Amerika Serikat sudah memberikan banyak waktu dan kesempatan kepada Rusia. Dia mengatakan, data intelijen menunjukkan bahwa rudal itu dapat terbang lebih dari 3.000 mil, dalam sebuah ujicoba yang dilakukan antara 2008 dan 2013.

“Tampilan statis rudal tidak dapat memberi tahu Anda sejauh mana rudal (dapat) terbang,” kata Thompson, Kamis (24/1/2019) waktu setempat.

Washington telah memberi Moskow sebuah proposal untuk ujicoba ‘yang dapat diverifikasi’ terhadap sistem rudal itu. Thompson tidak menjelaskan detail ujicoba. “Moskow membalas tawaran itu dengan proposal pengujiannya sendiri yang tidak dapat diterima,” tambahnya.

“Mereka akan mengendalikan lingkungan,” kata Thompson tentang rencana Rusia. “Ketika Anda pergi dan memilih rudal, dan Anda memilih bahan bakar, dan Anda mengontrol semua parameter, karakteristik, Anda mengendalikan hasil uji.”

Washington telah menawarkan untuk mengadakan pembicaraan kontrol senjata dengan Moskow dalam pertemuan PBB di Beijing minggu depan, menurut Thompson.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada 4 Desember 2019 memberi Rusia waktu 60 hari untuk kembali mematuhi perjanjian. 60 hari akan berakhir pada 2 Februari, dan membuka jalan bagi Amerika Serikat untuk mengeluarkan pemberitahuan penarikan resmi. Penarikan akan efektif 60 hari setelah pemberitahuan resmi dipublikasikan.

Thompson menegaskan kembali bahwa pemerintahan Donald Trump akan menangguhkan kewajiban berdasarkan Perjanjian INF yang disengketakan jika Rusia gagal untuk kembali pada kepatuhan pada 2 Februari 2019. Namun langkah itu dapat dibatalkan dan Washington belum membuat keputusan akhir tentang mengumumkan penarikan penuh AS.

“Saya tidak terlalu optimis bahwa Rusia akan kembali mematuhi perjanjian,” katanya kepada wartawan.

Perjanjian INF, yang ditandatangani pada tahun 1987, melarang Rusia dan Amerika Serikat memiliki atau menguji coba rudal balistik darat jarak pendek dan menengah. Kedua negara menghancurkan gudang senjata mereka masing-masing setelah menandatangani pakta tersebut.

Menurut Washington, Moskow telah melanggar perjanjian sejak pertengahan 2000-an. Rusia mengembangkan dan menggunakan sistem rudal secara diam-diam, menurut Direktur Intelijen Nasional AS, Dan Coats.

Selain mengklaim bahwa rudal mereka sesuai dengan perjanjian, Rusia menegaskan bahwa Amerika Serikat menggunakan tuduhan sebagai alasan untuk keluar dari perjanjian dan mengembangkan rudal baru.

Baik Washington dan Moskow memiliki kekhawatiran tentang persenjataan rudal Tiongkok yang sedang berkembang. Tidak terikat oleh perjanjian itu, Beijing telah mengembangkan dan menggunakan berbagai sistem rudal yang dilarang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia.

Dalam mengumumkan niatnya untuk menarik diri dari Perjanjian INF, Presiden Donald Trump menyebutkan bahwa Dia berharap untuk dapat mengganti perjanjian dengan Pakta Internasional yang mencakup Tiongkok. Sementara para pejabat AS telah mencoba membawa Beijing ke dalam Perjanjian INF beberapa kali, setiap upaya gagal membuahkan hasil. (IVAN PENTCHOUKOV dan Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular