Motif Tersembunyi Penciptaan Istri Robot: Pengembangan AI Terbaru di Tiongkok

Peneliti kecerdasan buatan (AI) Tiongkok telah menciptakan “istri robot” pertama di dunia, yang menggembar-gemborkannya sebagai solusi untuk ketidakseimbangan gender yang parah dalam populasi Tiongkok.

Menurut sebuah laporan oleh media Tiongkok, Sohu, yang diterbitkan pada 5 November tahun lalu, sekelompok insinyur Tiongkok terkemuka baru-baru ini menciptakan “istri AI” pertama di dunia. Judul berita berbunyi, “seorang istri robot telah dicipta, jadi Anda tidak perlu menikahi istri sungguhan di masa depan.” Namun, laporan tersebut tidak menyebutkan institusi atau perusahaan teknologi apa yang telah menciptakan penemuannya itu.

Laporannya telah menggambarkan istri robot memiliki fitur wajah unik yang menyerupai manusia nyata, dengan “kulit” pada suhu yang mendekati suhu tubuh manusia nyata. Selain itu, “istri-istri” AI ini dapat mengobrol dengan manusia dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.

Pelanggan dapat meminta pesanan khusus untuk robot-robot ini, sesuai dengan kebutuhan khusus mereka.

Laporan tersebut juga mengklaim bahwa selain menjadi robot seks, “istri” AI dapat menjadi belahan jiwa seseorang yang sesungguhnya. “Sekarang Anda dapat membawa pulang istri robot AI hanya dengan 20.000 yuan lebih sedikit (sekitar US$2.953). Tidak perlu menikahi istri sungguhan,” katanya.

Li Yuanhua, mantan profesor pendidikan di Capital Normal University di Beijing yang sekarang tinggal di Sydney, mengatakan kepada Epoch Times berbahasa Mandarin bahwa ketidakseimbangan serius antara pria dan wanita di Tiongkok disebabkan oleh rejim Tiongkok yang memaksakan penerapan kebijakan satu anak.

Menurut statistik resmi Tiongkok, saat ini ada 104,64 pria banding 100 wanita.

“Karena ketidakseimbangan rasio pria-wanita, sejumlah besar pria Tiongkok tidak dapat menemukan istri,” kata Li.

Tiongkok memiliki masalah bujangan yang besar. Sebuah laporan tahun 2012 oleh People’s Daily yang dikelola pemerintah memperkirakan bahwa ada hampir 12 juta pria bujang (belum nikah) antara usia 30 dan 39 tahun, dibandingkan dengan sekitar 6 juta wanita bujang di kisaran usia yang sama. Dengan kata lain, dalam kelompok ini, setidaknya 6 juta pria diperkirakan tidak menikah.

Menurut Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, pada tahun 2020 akan ada 24 juta pria lajang (bujang) yang mencari seorang istri.

MOTIF TERSEMBUNYI

Pengamat Tiongkok Gu He menduga bahwa rezim Tiongkok mungkin memiliki tujuan-tujuan lain dalam pikiran dengan pengembangan istri robot.

“Jika pengembangan lebih lanjut dari produk ini mencakup fungsi spionase, seperti menguping dan mengambil video, pengguna akan memiliki monitor langsung di dalam rumah kediaman,” kata Gu kepada Epoch Times berbahasa Tiongkok dalam wawancara 17 Februari.

Gu juga menjelaskan bahwa rezim Tiongkok telah mengeluarkan kebijakan baru untuk secara agresif mengembangkan teknologi AI, yang seringkali merupakan alat untuk memantau populasi Tiongkok.

KRITIK NETIZEN

Para netizen Tiongkok sangat tidak setuju dengan gagasan istri robot.

“Kita manusia diciptakan oleh Tuhan, kita memiliki tubuh dan jiwa. Robot diciptakan oleh manusia, dan tidak memiliki jiwa!” seseorang menulis. “Istri AI adalah awal dari kehancuran manusia.”

Li Yuanhua percaya bahwa kemunculan produk jenis ini adalah hasil dari kemerosotan moral.

“Ketika manusia menciptakan istri robot hanya untuk memuaskan hasrat seksual, dan ketika robot secara bertahap menggantikan manusia, keadaan kehidupan yang diberikan oleh Tuhan akan dihancurkan dan manusia akan berada di ambang kepunahan,” katanya. (ran)

Video pilihan:

Kondisi Lansia Tiongkok Memilukan

https://www.youtube.com/watch?v=y7V8gBbgBYI