Caracas — Amerika Serikat mengumumkan pada Senin malam, 11 Maret 2019 waktu setempat, bahwa mereka menarik seluruh staf diplomatik yang masih tersisa dari kedutaan besarnya di Venezuela. Penarikan terakhir ini menyusul situasi yang semakin memburuk di negara Amerika Selatan tersebut.
“Seperti keputusan 24 Januari untuk menarik semua tanggungan dan mengurangi staf kedutaan seminimal mungkin, keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan telah menjadi kendala pada kebijakan AS,” kata Departemen Luar Negeri AS.
Tidak disebutkan pada hari apa personel akan ditarik dari gedung kedutaan di Caracas.
Pompeo announces US pulling out all diplomats from #Venezuela pic.twitter.com/LAev9qtyqR
— Josh Lederman (@JoshNBCNews) March 12, 2019
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengumumkan keputusan itu saat Venezuela berjuang untuk memulihkan listrik. Sudah empat hari pemadaman listrik melanda di seluruh negara, dan masih disertai krisis politik yang semakin dalam.
Langkah itu dilakukan setelah terjadi satu hari kekacauan karena pemadaman listrik yang dimulai Kamis malam terus menimbulkan masalah bagi rakyat Venezuela. Krisis terbaru membuat rakyat hanya memiliki sedikit daya listrik, air bersih, dan sarana komunikasi.
Update: Current network data shows significant new disruptions limiting connectivity gains in #Venezuela amid ongoing power grid instability; 74% of country remains offline in 92nd hour of outages #SinLuz #11Mar ⬇️https://t.co/8pljYDEYae pic.twitter.com/s3qi2yUWjM
— NetBlocks (@netblocks) March 11, 2019
“Kami tidak memiliki internet, tidak ada air, tidak ada telepon, dan semua makanan kami menjadi rusak,” kata seorang penduduk di kota Valencia, yang ingin tetap anonim untuk menghindari kemungkinan dampak dari negara. “Ini perang tetapi tanpa lawan. Semua orang berjuang untuk bertahan hidup. Saya punya dua bayi muda, saya tidak tahu apakah kami bisa bertahan.”
Orang-orang berkumpul di sungai yang tercemar untuk mengisi botol-botol air di Caracas. Sementara protes yang tersebar luas meletus di beberapa kota.
Caracas residents collect wastewater for household use amid power outage in #Venezuela pic.twitter.com/idrJZMFskq
— Ruptly (@Ruptly) March 12, 2019
Seorang gadis berusia 3 tahun yang menderita tumor otak mendekam di rumah sakit Caracas. Dia terpaksa menunggu jadwal operasi yang ditunda oleh tim dokter, ketika pemadaman listrik secara nasional pertama kali terjadi pada hari Kamis, pekan lalu, menurut ibu gadis kecil yang ketakutan, yang hanya memberikan nama depannya, sebagai Yalimar.
“Para dokter mengatakan kepada saya bahwa tidak ada mukjizat,” kata Yalimar, yang berharap putrinya dapat dipindahkan Selasa (12/3/2019) ke salah satu dari beberapa rumah sakit di Venezuela yang akan dapat menyelesaikan prosedur kompleks.
Kisah gadis itu menyoroti kengerian yang sedang berlangsung di Venezuela, di mana tahun-tahun kesulitannya tiba-tiba menjadi lebih buruk setelah jaringan listrik runtuh. Pada hari Senin, sekolah dan bisnis tutup, antrean panjang mobil menunggu di beberapa pompa bensin dengan listrik dan rumah sakit merawat banyak pasien tanpa listrik. Generator telah meringankan kondisi untuk beberapa pasien yang sakit kritis.
Pemimpin rezim sosialis diktator yang dinilai ilegal oleh puluhan negara demokrasi, Nicolás Maduro, menolak mundur dari kursi kepresidenan. Dia mengatakan di televisi nasional Senin malam bahwa kemajuan telah dicapai dalam memulihkan pasokan listrik di Venezuela. Dia juga mengatakan dua orang yang diduga mencoba menyabotase fasilitas listrik ditangkap dan memberikan informasi kepada pihak berwenang, meskipun dia tidak memberikan rincian.

Presiden sementara Venezuela yang terpilih karena memimpin Kongres, Juan Guaido dan Amerika Serikat mengatakan klaim Maduro bahwa AS menyabotase jaringan listrik dengan ‘serangan cyber’ adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan pemerintah sendiri.
“Kami benar-benar bosan dengan ini,” kata Mariana López, 25, di San Fernando de Apure, ibu kota wilayah selatan Apure. “Ada banyak kesalahan listrik tetapi kita belum pernah melihat sepanjang hari tanpa listrik di seluruh negeri sebelumnya.”
Di Caracas, beberapa orang melaporkan lebih banyak penampakan ‘colectivos’. Itu adalah istilah untuk kelompok sipil bersenjata, yang diduga beroperasi atas nama negara, untuk mengintimidasi lawan politik penguasa.
Senin pagi, sebuah ledakan mengguncang pembangkit listrik di daerah Baruta, Caracas. Warga berkumpul untuk melihat peralatan yang hangus dan terbakar.
Guaido mengatakan tiga dari empat transformator listrik yang melayani daerah itu kolaps. Dia menyalahkan pemadaman listrik pada korupsi dan kesalahan manajemen pemerintah.
Winston Cabas, kepala persatuan insinyur listrik Venezuela, yang menentang pemerintah, membantah tuduhan pemerintah bahwa bendungan pembangkit listrik tenaga air utama negara itu disabotase pekan lalu. Dia menyalahkan kurangnya perawatan serta kepergian pekerja terampil dari negara yang bermasalah selama bertahun-tahun.
“Sistem ini rentan, rapuh dan tidak stabil,” kata Cabas.
Serikat pilot maskapai penerbangan Spanyol meminta maskapai penerbangan Spanyol Air Europa untuk berhenti terbang ke Venezuela setelah salah satu krunya diserang di bawah todongan senjata di Caracas. Serikat buruh Sepla mengatakan dua pilot dan delapan anggota awak dari penerbangan Madrid diserang pada hari Sabtu, ketika pergi dari bandara ke hotel mereka di ibukota Venezuela. Tidak ada anggota kru yang terluka.
Air Europa merespons dengan memerintahkan kru penerbangan ke Venezuela untuk tidak bermalam di negara itu, menurut serikat pekerja.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap bank yang berbasis di Moskow yang dimiliki bersama oleh perusahaan milik negara Rusia dan Venezuela. AS menuduh bank itu berusaha menghindari sanksi AS terhadap negara Amerika Selatan itu. AS mengatakan bahwa pihaknya menemukan bahwa Evrofinance Mosnarbank mendukung Petroleos de Venezuela SA, perusahaan minyak negara yang sebelumnya menjadi sasaran sanksi pada Januari 2019.
Evrofinance mengatakan pihaknya melakukan kegiatannya secara normal meskipun ada pengumuman sanksi. Mereka berjanji untuk memenuhi segala kewajiban kepada klien dan mitra secara penuh.
AS dan pemerintah lain yang mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela mengatakan Maduro terpilih kembali secara tidak sah tahun lalu. Karena kandidat oposisi tidak diizinkan untuk mencalonkan diri. Sementara itu, Maduro selalu mengklaim bahwa dia adalah target plot kudeta AS. (THE ASSOCIATED PRESS, Luke Taylor, dan Reuters/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Simak Juga :
https://youtu.be/rvIS2eUnc7M