Sebelumnya, sebanyak 130.000 warga Hongkong berduyun-duyun ke Taman Chater di pusat kota Hong Kong. Mereka mendesak anggota parlemen kongres AS mengesahkan Undang-Undang untuk mengirim pesan yang kuat kepada Beijing.
Menampilkan foto rapat umum, Senator Jim McGovern mengatakan, dia bangga melihat Amerika Serikat berdiri dengan Hong Kong dalam “perjuangan mereka untuk mengamankan masa depan yang demokratis.”
Jim McGovern menegaskan, sudah saatnya AS menempatkan pemerintah Tiongkok pada pemberitahuan tahunan bahwa erosi otonomi atau tindakan keras di masa depan akan berdampak kepada Hong Kong, yang berfungsi sebagai surga finansial penting bagi elit kaya raya Tiongkok, kehilangan pengaturan ekonomi, keuangan, dan perdagangan khusus dengan Amerika serikat.
Dan Garrett, penulis buku Counter-hegemonic Resistance in China’s Hong Kong: Visualizing Protest in the City,” melalui emailnya kepada The Epochtimes edisi Amerika Serikat mengatakan, jika Undang-Undang itu disahkan, dapat mengurangi “kepercayaan asing kepada kemampuan Hong Kong untuk tetap atau berfungsi sebagai pusat keuangan global.”
Ia mengatakan, Ketidakpastian mengenai ekonomi Tiongkok dan Hong Kong, akan meningkat secara signifikan sebagaimana ongkos dalam menjalankan bisnis.  Dia mencatat konsekuensi spesifik dari Undang-Undang akan tergantung kepada bagaimana pemerintah AS ingin melanjutkannya. Sebagai contoh, alih-alih melepaskan hak perdagangan untuk semua bisnis di Hong Kong, dapat secara khusus menargetkan perusahaan yang terhubung dengan Komunis Tiongkok dan perusahaan BUMN Tiongkok yang beroperasi di Hong Kong. Sehingga mengurangi dampak Undang-Undang tersebut kepada rakyat sipil Hongkong.Â
Gordon Chang, pakar Tiongkok dan penulis buku “The Coming Collapse of China,” kepada The Epochtimes edisi Amerika Serikat juga mengatakan, pengesahan Undang-Undang tersebut akan dianggap oleh pejabat komunis Tiongkok sebagai “penghinaan publik.”
Menurut Gordon Chang, pemberlakuan Undang-Undang menunjukkan bahwa Washington tidak terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan oleh para pemimpin Komunis Tiongkok. Sedangkan kisah sebenarnya adalah Komunis Tiongkok telah kehilangan dukungan di Amerika.”
Baik pihak berwenang Hong Kong dan Beijing, telah menentang Rancangan Undang-Undang yang diterapkan Amerika Serikat. Kedua pihak terus menerus mengatakan, intervensi asing yang tidak dapat diterima dalam urusan internal Hong Kong.
Kepedulian Amerika Serikat Terhadap Respons Tangan Besi
Sebelumnya pada hari yang sama, pemimpin Hong Kong Carrie Lam yang diperintah memutuskan untuk tidak memberikan konsesi kepada demonstran pro-demokrasi dalam menghadapi meningkatnya kekerasan.Â
Carrie Lam mengutuk demonstran yang distempelnya sebagai “perusuh”, termasuk tuduhan melemparkan bom molotov ke kendaraan polisi dan serangan pembakaran terhadap kantor anggota parlemen pro-Beijing.
Pada hari Selasa 15 Oktober, Randall Schriver, seorang pejabat senior pertahanan AS untuk Asia, mengatakan bahwa Amerika Serikat mengkhawatirkan beberapa taktik yang digunakan oleh para pemrotes, mereka juga khawatir tentang respon yang lebih berat dari pihak berwenang Beijing dan Hong Kong. Hal demikian disampaikan Randall dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Jamestown Foundation, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Washington.
Akan tetapi, Randall menyatakan, sangat prihatin dengan tangan berat yang telah diambil Beijing dan pihak berwenang Hong Kong. Apalagi dilakukan kepada kegiatan yang sah menurut hukum di pihak rakyat Hong Kong.
Dia mengatakan, polisi dan otoritas Hong Kong secara historis bertindak untuk menegakkan hukum. Sedangkan wilayah tersebut memiliki sistem peradilan yang sangat baik.
Randall Schriver menegaskan, hal yang paling dikhawatirkan adalah tangan yang lebih berat dan pengaruh lebih luas dari Beijing. Selanjutnya, bagaimana hal itu dapat terdistorsi dan berubah menjadi sesuatu yang lebih represif. (asr)
Video Rekomendasi :Â