Restoran-restoran di Tiongkok Rasakan Dampaknya Saat Melonjaknya Harga Daging Babi

Reuters

Melonjaknya harga daging babi, turut berdampak terhadap tingkat konsumsi di seluruh daratan Tiongkok.  Bahkan restoran-restoran turut merasakan legitnya lonjakan daging babi. Apalagi daging babi adalah kebutuhan yang paling populer di daratan Tiongkok. Sedangkan menaikkan harga jual sudah menjadi pilihan. 

Cao Xianli, pemilik restoran “iga dan nasi” di Kota Qingdao, Tiongkok wilayah timur dikutip oleh Reuters, harus menghadapi ujian terbesarnya dalam satu dekade selama menjalankan restoran.

Tidak hanya meningkatnya biaya dua kali lipat pada tahun lalu karena mahalnya harga daging babi, tetapi dia bahkan tidak yakin akan bisa mendapatkan kecukupan daging yang dibutuhkan untuk hidangan khasnya.

“Kekhawatiran saya adalah berapa lama lagi masih bisa membeli daging babi. Jika saya tidak bisa membeli daging babi, saya harus menutup restoran saya,” demikian disampaikan  Cao kepada Reuters.

Meroketnya harga daging bai setelah penyakit mematikan menghancurkan ternak babi besarnya. Flu babi membuat konsumen daging babi terbesar di dunia itu, kekurangan sekitar seperempat dari persediaan biasanya.  Sekitar 13,5 juta ton, lebih dari seluruh produksi daging babi di Amerika Serikat.

Dengan daging babi yang sejauh ini merupakan daging paling populer di Tiongkok, inflasi pangan mencapai level tertinggi dalam waktu hampir delapan tahun. Fakta itu mengejutkan para ekonom dan pemilik restoran musiman.

“Pada tahun lalu, kami dan market meremehkan laju inflasi harga daging babi,” demikian yang ditulis oleh analis Lu Ting dan rekan-rekannya di bank Jepang Nomura dalam laporan Oktober, merevisi perkiraan mereka untuk inflasi tahun depan.

Daya Beli

Meroketnya harga babi turut berdampak kepada seluruh rantai pasokan. Harga ayam grosir naik 33 persen pada tahun lalu, didorong oleh substitusi secara besar-besaran dari pedasnya daging babi dengan unggas yang lebih rendah. Berarti rantai pasokan ayam goreng populer Tiongkok turut terdampak.

Pengelola restoran cepat saji KFC telah mengelola lonjakan biaya dengan memaksa pemasok untuk mengambil banyak benturan, menjaga inflasi di bawah 10 persen. Hal demikian disampaikan seorang eksekutif  pemilik perusahaan Yum China Holdings soal pendapatan pada 28 Oktober.

KFC juga telah meningkatkan jumlah item non-ayam pada menunya, menambahkan  daging bebek dan burger jamur portobello. Adapun daging bebek adalah daging termurah di Tiongkok. KFC juga menggunakan bagian ayam yang lebih murah, mengganti bagian sayap dengan “potongan” daging dada, dan menawarkan bagian wing tip atau “ujung sayap” pada bulan Juli dan pada bulan Oktober.

Meskipun lebih sedikit dari kulit, tulang dan tulang rawan, bagian ujung sayap goreng terbukti populer, seperti yang disampaikan seorang kepala eksekutif Joey Wat  baru-baru ini.  Perusahaan memperingatkan bahwa Tahun  2020 akan menjadi “tahun yang menantang bagi inflasi komoditas.” Akan tetapi  akan “bijaksana” pada porsi biaya yang dibebankan kepada pelanggan.

Tidak Ada Ruang untuk Diversifikasi

Jutaan pemain yang lebih kecil di sektor katering Tiongkok bernilai 4 triliun yuan atau 568 miliar dolar AS, memiliki lebih sedikit pilihan untuk mengatasi kenaikan biaya dan persediaan yang terbatas.

Meskipun impor telah melonjak tahun ini, diperkirakan 3 juta ton daging babi dari luar negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik. Beijing hanya memiliki dalam volume kecil daging babi beku sebagai cadangan negara.

“Dampaknya bagi kami sangat besar. Kami menjual iga, itu saja. Bagi kami, tidak ada ruang untuk diversifikasi, ” demikian disampaikan Cao, seorang pemilik restoran Qingdao.

Cao menaikkan harganya sekitar 10 persen menjadi 19 yuan per porsi. Ia pun berhasil mempertahankan pelanggannya. “Orang-orang masih datang karena mereka juga tidak punya pilihan. Jika mereka pergi ke pasar untuk membeli daging babi, mereka akan menemukannya tidak lebih murah,” demikian disampaikan Cao. 

Pelaku bisnis  lainnya masih berjuang untuk mempertahankan pelanggan sambil menaikkan harga.  Xishaoye, jaringan restoran yang berbasis di Beijing spesialis menjual “roujiamo,” semacam roti lapis daging tradisional Tiongkok, harus menurunkan harga setelah kenaikan kecil melukai bisnis. Hal demikian disampaikan oleh  Ji Chen, seorang manajer di salah satu gerai rantai.

“Ini pasar yang sangat kompetitif, Anda tidak dapat menaikkan harga lebih dari satu digit rendah,” demikian disampaikan Lina Yan, analis konsumen di HSBC. 

Xishaoye telah menggunakan varian ayam dan sayuran dari roti daging babi. Restoran cepat saji ini menawarkan menu dengan lauk bebas daging babi untuk menjauhkan pelanggan dari produk terlaris mereka. Menu tersebut membantu mengurangi separuh konsumsi daging babi di 43 restoran mereka. Akan tetapi masih merugi lebih dari 6 juta yuan pada tahun ini. 

Kepala eksekutif restoran cepat saji itu Meng Bing mengatakan, Bahan biasanya menyumbang sekitar 30-40 persen dari biaya. Oleh karena itu,  jika biaya bahan meningkat 20 persen hingga 30 persen, perusahaan sangat mungkin kehilangan uang. 

Wakil Perdana Menteri Komunis Tiongkok, Hu Chunhua mendesak para peternak untuk mengisi kembali peternakan mereka yang kosong. Ia juga mendesak  pemerintah provinsi untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk menjamin pasokan daging babi. Khususnya menjelang liburan Tahun Baru Imlek Januari 2020.

Kementerian pertanian mengatakan produksi babi harus kembali ke sekitar 80 persen dari tingkat normal pada akhir 2020. Akan tetapi, banyak yang percaya bahwa perkiraan terlalu optimis. Dikarenakan kasus Flu Babi masih menyebar.

Setelah anjlok pada bulan lalu, harga daging babi kembali melejit. Bahkan perusahaan lebih besar dapat berada di bawah tekanan yang lebih besar jika inflasi tidak segera mereda. Seorang eksekutif dengan salah satu perusahaan katering p massal terbesar di Tiongkok mengatakan akan segera dipaksa untuk menaikkan harga.

“Menaikkan harga adalah pilihan terakhir karena konsumen kami peka terhadap harga. Tetapi jika harga daging babi tetap tinggi di tahun 2020, kita tidak akan punya pilihan, ” demikian kata eksekutif tersebut. Ia menolak untuk diidentifikasi namanya karena persediaan daging babi adalah topik sensitif bagi Tiongkok. (asr)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular