Survei UBS : 76% Perusahaan Ingin Memindahkan Fasilitas Produksi Keluar dari Tiongkok

 oleh Chen Ting

Fox Business Network melaporkan bahwa, menurut hasil survei UBS terhadap para bendaharawan perusahaan yang mengoperasikan manufaktur di Tiongkok. 76% dari mereka menginginkan paling tidak sebagian dari kapasitas produksinya dialihkan keluar dari daratan Tiongkok.

Secara total, lebih dari 450 orang eksekutif perusahaan yang menerima survei dari UBS, dan 34% dari mereka mengatakan bahwa perusahaan memiliki operasi manufaktur di Tiongkok.

Hasil survei menunjukkan bahwa tidak hanya perusahaan Amerika yang ingin pindah, 85% perusahaan yang berkantor pusat di Asia Utara, dan 60% dari produsen Tiongkok juga  berencana untuk mengalihkan setidaknya beberapa jalur produksi dari Tiongkok. Dengan menggabungkan ketiga bagian ini, 30% dari volume ekspor tahunan Tiongkok sebesar USD. 2,5 triliun akan beralih keluar Tiongkok, jumlah itu mencapai USD. 750 miliar.

Sejak awal tahun 2000-an, pangsa ekspor Tiongkok ke dunia telah menjadi sekitar 14%, jauh lebih tinggi daripada Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Global Market Strategy yang dipimpin oleh analis UBS Keith Parker menulis, “Keseimbangan ulang yang cukup besar sangat mungkin terjadi.”

Epidemi virus komunis Tiongkok telah menyoroti kerentanan rantai pasokan global. Tiongkok yang menjadi sumber wabah, malahan bertindak menutup-nutupi, mencari “kambing hitam”, juga telah membuat orang khawatir terhadap Tiongkok yang telah menguasai pasokan medis global dan rantai pasokan bahan penting lainnya. Pada saat yang sama, perusahaan juga melihat risiko besar memusatkan kapasitas produksi di daratan Tiongkok.

Sebelum terjadi epidemi, Tiongkok tidak hanya sebagai produsen alat pelindung diri (APD) terbesar di dunia, tetapi juga produsen penting produk elektronik, pakaian jadi, peralatan listrik, dan banyak produk lainnya.

Diantara perusahaan yang disurvei, 92% adalah perusahaan perawatan kesehatan dan 89% adalah perusahaan bahan pokok konsumen. Perusahaan itu telah mengalihkan kapasitas produksi dari daratan Tiongkok atau berencana untuk melakukannya. Dibandingkan dengan produsen industri (69%) dan bahan (57%), produsen teknologi (80%) dan barang-barang konsumen yang tidak penting (76%) lebih mungkin untuk pindah dari Tiongkok.

82% dari perusahaan Amerika Serikat yang disurvei mengatakan, mereka ingin membawa produk mereka kembali ke Amerika Serikat. Juga mempertimbangkan mendirikan pabrik di Kanada (38%), Jepang (29%) dan Meksiko (23%).

Menurut survei UBS, untuk perusahaan-perusahaan Asia Utara dan domestik Tiongkok, mereka paling ingin memindahkan jalur produksi ke Jepang yang menjadi penerima manfaat terbesar dari aliran keluar rantai pasokan, diikuti oleh Vietnam dan Amerika Serikat.

Sekarang, epidemi gelombang kedua kembali terjadi di Tiongkok, dan Beijing mengumumkan “status perang”, dengan memblokir semua komunitas dan menutup kegiatan sekolah, transportasi umum, lembaga kebudayaan, dan lainnya. Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok menyatakan bahwa serangan epidemi kali ini terjadi luar biasa seriusnya. Membuat dunia luar berspekulasi apakah Beijing adalah Wuhan kedua.

Dengan kembali mengganasnya virus Komunis Tiongkok di daratan Tiongkok, ditambah dengan upaya negara-negara di seluruh dunia untuk mengejar kemandirian ekonomi, para penanam modal asing di Tiongkok semua ingin memindahkan jalur produksi kembali ke negara asal mereka. Tampaknya pengalihan fasilitas produksi dari daratan Tiongkok akan sulit untuk dibendung. (sin/rp) 

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=LI0EZAtZE_s

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular