Ntdtv, oleh Zheng Gusheng- Di luar negeri para peneliti juga sedang mempelajari kemungkinan ada vaksin komunis Tiongkok atau Covid-19 yang dapat membangkitkan kekebalan kelompok. Di Tiongkok, penelitian mengklaim bahwa vaksin virus yang baru mereka kembangkan dapat membuat tubuh manusia memproduksi antibodi hingga 100%. Tetapi sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa ini semua mungkin hanya untuk memenuhi kenyamanan psikologis.
Penelitian dipimpin oleh tim peneliti Tiongkok, dan makalahnya diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine pada 18 Juni. Makalah terbaru yang dibuat oleh para sarjana Tiongkok itu, menjelaskan bahwa sebagian besar antibodi untuk melawan virus komunis Tiongkok hanya dapat bertahan selama 2 hingga 3 bulan.
Tim peneliti mempelajari 37 orang pasien baik yang memiliki gejala dan tanpa gejala di Distrik Wanzhou, Chongqing, Tiongkok. Tim menganalisis sampel darah dari kedua kelompok tersebut setelah beberapa minggu pemulihan dari terinfeksi virus komunis Tiongkok.
Tim peneliti menemukan bahwa 62,2% dari pasien yang tanpa gejala dapat menghasilkan antibodi sementara, sedangkan 78,2% dari pasien yang memiliki gejala dapat menghasilkan antibodi sementara.
Namun, 8 minggu kemudian, 81,1% dari pasien tanpa gejala mengalami penurunan antibodi, dan 62,2% dari pasien yang memiliki gejala mengalami hal serupa.
Pada akhir percobaan, 40% dari pasien tanpa gejala terdeteksi tidak lagi memiliki antibodi, dan 12,9% dari pasien yang memiliki gejala tidak memiliki antibodi.
Selain itu, kadar 18 sitokin proinflamasi dan sitokin antiinflamasi pada tubuh pasien yang asimptomatik juga rendah. Ini bisa berarti bahwa pasien yang asimptomatik memiliki respons imun yang lemah terhadap virus Komunis Tiongkok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlepas dari pasien bergejala atau tidak bergejala, sebagian besar antibodi mereka hanya dapat bertahan selama 2 hingga 3 bulan. Sebaliknya, antibodi pada pasien dengan sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) umumnya masih dapat bertahan sekitar 1 tahun.
Makalah tersebut menyimpulkan, meskipun skup penelitian kali ini relatif kecil, tetapi dapat digunakan sebagai referensi bagi negara-negara dalam mengukur hasil penelitian.
Pada saat yang sama, sebuah penelitian dalam kolaborasi antara para sarjana dari Amerika Serikat dan Tiongkok juga menyimpulkan bahwa tubuh manusia tidak mungkin menghasilkan antibodi pelindung yang tahan lama terhadap infeksi virus komunis Tiongkok.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian relatif besar. Tim peneliti menemukan bahwa setidaknya seperempat dari 23.000 lebih sampel yang diuji dari staf medis di daerah Wuhan telah terinfeksi virus Komunis Tiongkok pada tahap tertentu, tetapi pada bulan April, hanya 4% yang memiliki antibodi.
Penelitian ini telah dipublikasikan di situs web praproduksi biomedis ‘MedRxiv’, tetapi belum melewati penelaahan sejawat.
Sebelumnya, diketahui ada sejumlah besar pasien yang kambuh kembali setelah keluar dari rumah sakit, muncul di Tiongkok dan Korea Selatan. (sin/rp)
Video Rekomendasi
https://www.youtube.com/watch?v=KkXjFZtq3dY