Li Lan – NTDTV.com
Pada Jumat 27 November 2020 kepala ahli senjata nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh di Teheran. Langkah ini dianggap sebagai pukulan besar lainnya bagi kediktatoran Iran
Mohsen Fakhrizadeh, kepala program senjata nuklir Iran dan kepala perancang Pengawal Revolusi Iran, terbunuh di Absard, timur ibu kota Teheran, pada 27 November 2020.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan bahwa orang-orang bersenjata menyerang mobil Mohsen Fakhrizadeh, mengakibatkannya luka serius setelah dibawa ke rumah sakit dia dinyatakan tewas. Menteri Luar Negeri Iran Zarif menuduh Israel melakukan serangan itu.
Fakhrizadeh diyakini telah memimpin pengembangan senjata nuklir Iran dan bertanggung jawab atas operasi militer nuklir rahasia yang disebut program “AMAD” . Pada tahun 2018, Perdana Menteri Israel Netanyahu merilis sekumpulan dokumen rahasia terkait pengembangan senjata nuklir yang diperoleh dari Iran, dan diberi nama Fakhrizadeh.
Pada tahun yang sama, pemerintahan Trump (Donald Trump) menarik diri dari “Perjanjian Nuklir Iran” yang ditandatangani selama era Obama, percaya bahwa Iran gagal untuk mematuhi perjanjian tersebut tetapi terus memperoleh dana dari Amerika Serikat.
Beberapa hari yang lalu, Badan Energi Atom Internasional melaporkan bahwa stok uranium Iran sudah 12 kali lipat dari perjanjian nuklir Iran.
Perlu dicatat bahwa pada 16 November sebelum Fakhrizadeh terbunuh, New York Times melaporkan bahwa Trump sedang mencari pendapat penasihat tentang apakah akan membom fasilitas nuklir utama Iran dalam waktu dekat. Laporan itu mengatakan bahwa hal itu ditentang oleh para peserta. , Rencana pemboman dibatalkan.
Kematian Fakhrizadeh secara umum diyakini akan menjadi pukulan besar bagi kediktatoran Iran, seperti halnya pembunuhan Soleimani. Pada awal tahun ini, Amerika Serikat berhasil membunuh Soleimani, pemimpin Pengawal Revolusi Iran dan teroris nomor satu dunia; dia merencanakan serangan teroris terhadap orang Amerika di wilayah tersebut. (hui)
Video Rekomendasi :