Fu Mingzhen- Sound of Hope
Efektivitas dan keamanan dari vaksin Tiongkok dipertanyakan oleh publik. Baru-baru ini, Mingguan “Der Spiegel” Jerman, “Fokus” dan banyak media seperti Weekly dan Frankfurt Review juga mengklaim bahwa banyak masalah vaksin Tiongkok.
Pemberitaan media di Jerman yang mempertanyakan efektivitas vaksin produk Tiongkok menunjukkan bahwa dalam persaingan vaksin, Tiongkok gagal.
Di sisi lain Komunis Tiongkok menyebarkan berita palsu tentang vaksin yang dikembangkan bersama oleh BionTech Jerman dan Pfizer di Amerika Serikat untuk merusak kepercayaan publik terhadap vaksin, sehingga mengalihkan perhatian orang dari vaksin Komunis Tiongkok yang bermasalah.
Mingguan “Der Spiegel” melaporkan bahwa Komunis Tiongkok berharap menjadi yang terdepan dalam perlombaan vaksin Komunis Tiongkok, tetapi gagal mencapai keinginannya. Sekarang agen propaganda Komunis Tiongkok menyebarkan informasi palsu yang ditargetkan untuk mendistorsi persaingan.
Pada 16 Januari, reporter dan pembawa berita Tiongkok International Television, Liu Xin menulis di Twitter: “Saya tidak dapat memastikannya secara independen, tetapi beritanya mengganggu: ‘Sepuluh orang meninggal beberapa hari setelah vaksin BionTech / Pfizer di Jerman’.”
Berita tersebut berasal dari dua laporan di Jerman.
Baik majalah mingguan “Spiegel” dan “Focus” percaya bahwa Komunis Tiongkok dengan sengaja memutarbalikkan fakta dan menyebarkan berita palsu. Komunis Tiongkok terkenal akan hal ini. Komunis Tiongkok ingin menunjukkan dengan ini bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Komunis Tiongkok itu cemerlang, tetapi vaksin yang dikembangkan oleh Barat tidak.
Media France pada 25 Januari melaporkan bahwa sebenarnya, Jerman melaporkan dua kematian baru-baru ini. Pada akhir Desember, seorang nenek Swiss berusia 91 tahun meninggal setelah disuntik dengan vaksin Biontech. Namun, menurut investigasi departemen resmi Swiss, kematian itu tidak terkait dengan vaksin.
Dalam kasus lain, pada pertengahan Januari, seorang nenek berusia 90 tahun dari Lower Saxony, Jerman, meninggal beberapa jam setelah disuntik dengan vaksin BionTech / Pfizer. Menurut investigasi Jerman, kematian itu tidak terkait dengan vaksin. Sejauh ini, belum ditemukan kasus kematian akibat vaksin BionTech Jerman.
Media resmi Komunis Tiongkok “Global Times” sebelumnya telah melaporkan bahwa vaksin BionTech / Pfizer tidak efisien dan dikembangkan di bawah batasan waktu yang ketat.
“Fokus” mingguan, Munich “Mercury” dan banyak media lainnya mengkritik bahwa Komunis Tiongkok mendiskreditkan vaksin lain untuk mendukung vaksin Komunis Tiongkok.
Menurut sebuah laporan Prancis, banyak media Jerman percaya bahwa penyebaran informasi palsu oleh media resmi Komunis Tiongkok adalah karena vaksin yang dikembangkan oleh Komunis Tiongkok berada dalam posisi terbelakang dalam kompetisi internasional. Vaksin Tiongkok sendiri masih memiliki banyak masalah. Vaksin BionTech / Pfizer melampaui vaksin Tiongkok.
Pada tanggal 5 Januari, pakar vaksin Tiongkok Tao Lina memposting di Weibo mengatakan bahwa ada sebanyak 73 efek samping setelah vaksinasi Sinopharm. Menurutnya itu adalah vaksin yang paling tidak aman di dunia. Tetapi postingan itu segera dihapus, dan Tao Lina kemudian meminta maaf dan mengatakan bahwa dia akan divaksinasi di Tiongkok.
Selain itu, pada November tahun lalu, sebuah survei di Shanghai menunjukkan bahwa staf medis Shanghai enggan menerima vaksin Tiongkok. Diantara mereka, lebih dari 90% staf medis di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Distrik Yangpu menolak untuk menerima vaksin.
Pemberitahuan survei dari Kota Zhenjiang, Provinsi Jiangsu juga menunjukkan bahwa tidak ada pejabat pemerintah daerah yang mendaftar untuk vaksin Tiongkok.
Laporan dari Free Asia pada 15 Desember 2020, menyebutkan setidaknya 17 karyawan Tiongkok di Angola terinfeksi virus Komunis Tiongkok, dan sekitar 300 pekerja Tiongkok di Serbia terdiagnosis virus Komunis Tiongkok. (hui)