oleh Xiao Jing
Pada Kamis (6/5/2021) otoritas India melaporkan bahwa jumlah infeksi dan kematian baru akibat virus komunis Tiongkok (COVID-19) terus meningkat. Epidemi telah menyebar dari kota-kota sampai ke daerah pedesaan yang luas. Akibat kondisi yang terkendali ini, sistem medis nyaris runtuh.
Kementerian Kesehatan India pada hari Kamis pagi melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, India telah menambah 412.262 kasus baru yang dikonfirmasi terinfeksi virus komunis Tiongkok dengan 3.980 kematian. Kedua angka tersebut lagi-lagi telah memecahkan rekor yang diukir sebelumnya.
Saat ini, epidemi telah menyebar sampai ke pedesaan di India. Reuters mengutip informasi yang disampaikan oleh Suresh Kumar, koordinator dari badan amal hak asasi manusia “Manav Sansadhan Evam Mahila Vikas Sansthan” melaporkan bahwa situasi di desa telah menjadi sangat berbahaya.
“Di beberapa desa di Uttar Pradesh, hampir ada satu orang yang meninggal dunia dari setiap dua rumah, orang-orang sangat ketakutan, meringkuk di rumah, demam dan batuk, gejala-gejala ini adalah gejala COVID-19,” kata Suresh Kumar.
Beberapa hari yang lalu, sebuah tautan video juga beredar di Internet yang menunjukkan bahwa seorang pria kembali ke kampung halamannya setelah tertular wabah, tetapi ditolak oleh penduduk desa.
Pria itu sudah lemah tak berdaya akhirnya jatuh ke tanah. Istri dan putrinya dengan menggunakan masker berdiri di samping tubuhnya. Putrinya tidak tahan melihat ayahnya menderita, lalu melangkah maju untuk memberikan air minum, tetapi ibunya segera menariknya pergi karena takut putrinya juga akan tertular, akhirnya pria itu meninggal dunia. Putri yang bersedih itu menangis dengan getir di samping tubuh ayahnya.
Menurut laporan media asing, kejadian di atas terjadi di negara bagian Andhra Pradesh, India. Pria berusia 44 tahun itu adalah seorang pekerja bernama Asiri Naidu.
Dilaporkan bahwa 70% dari populasi India tinggal di daerah pedesaan, sedangkan kapasitas sistem medis di daerah pedesaan sangat terbatas, sehingga semakin sulit untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh epidemi.
Video lain yang beredar di platform media sosial menunjukkan bahwa beberapa anggota keluarga bergegas ke Rumah Sakit Kriti di Gurgaon, Haryana, India, dan menemukan bahwa tak seorang pun staf medis ada di unit perawatan intensif, kecuali beberapa orang pasien yang tampaknya nyaris sekarat yang masih terbaring di tempat tidur, dan ada yang terus merintih, “Mati, mati”.
Swati Rathore, Direktur Rumah Sakit Kriti mengatakan bahwa sekitar pukul 14.00 hari itu pihak rumah sakit sudah memberitahu pejabat pemerintah bahwa oksigen di rumah sakit hampir habis, dan pada pukul 16.00 memberitahu anggota keluarga untuk memindahkan pasien ke rumah sakit lain.
Tetapi tidak ada yang datang untuk memindahkan pasien. Sampai sekitar pukul 23.00, sebanyak 6 orang pasien yang terinfeksi meninggal karena hipoksia.
Swati Rathore menegaskan, hari itu, tidak ada staf medis yang meninggalkan tempat tugasnya, tetapi mereka bersembunyi di gedung lain karena takut diserang oleh keluarga pasien.
Virus komunis Tiongkok terus berkecamuk di India. Dalam 7 hari terakhir saja, mendapat tambahan hampir 2,6 juta orang positif terinfeksi baru, yang menyita 46% dari jumlah total 7 hari yang dikonfirmasi di dunia, dengan jumlah kematian yang melebihi 23.000, menyita seperempat dari jumlah kematian global dalam 7 hari.
Selain itu, epidemi India juga mulai menyebar ke Nepal, negara yang berbatasan dengan India, telah mengalami lonjakan kasus yang dikonfirmasi dalam beberapa hari terakhir. Jumlah kasus baru dalam satu hari telah melebihi 700 selama tiga hari berturut-turut, dan juga terjadi kekurangan pasokan medis lokal.
Karena epidemi yang memburuk dengan cepat, fenomena membakar mayat di jalanan juga muncul di Nepal.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus yang dikonfirmasi di Sri Lanka belakangan ini telah mengalami peningkatan. (sin)