Menguak Monopoli Komunis Tiongkok di Balik Tragedi-Tragedi Ultramaraton Tiongkok

Chen Simin

Sebanyak dua puluh satu orang yang mengikuti ultramaraton gunung di barat laut Tiongkok tewas setelah kondisi-kondisi cuaca ekstrem melanda balapan di dataran tinggi, diumumkan oleh rezim komunis Tiongkok pada  23 Mei. Insiden ini menguraikan tentang tragedi-tragedi monopoli yang dilakukan partai Komunis tiongkok. Setidaknya pada liburan Mei lalu sebanyak 15 maraton digelar. 

Perlombaan lari gunung 100 kilometer  digelar pada 22 Mei di situs wisata Hutan Batu Sungai Kuning di kota Baiyin di Provinsi Gansu, ketika dilanda hujan es, hujan yang membekukan, dan angin-angin kencang yang menyebabkan sebanyak 21 kematian dari total 172 peserta. 

Liang Jing, seorang pelari terkenal yang telah memenangkan sebuah perlombaan 62 mil di Ningbo, dan Huang Guanjun, juara maraton untuk pelari tuna rungu di Paralimpiade Nasional Tiongkok tahun 2019, termasuk di antara peserta yang meninggal.

Kematian Maraton Gansu dan Maraton Yunnan 

Hanya dalam minggu pertama bulan ini, kematian yang terjadi di dua maraton  terpisah lainnya dilaporkan. 

Pada 5 Mei, seorang eksekutif senior dari sebuah perusahaan yang berbasis di Shanghai mengalami serangan jantung mendadak dan meninggal saat menjalankan sebuah maraton gurun yang diadakan di Guazhou, Provinsi Gansu, menurut media sosial Tiongkok Weibo. 

Padal 6 Mei, seorang pelari bernama Yang Lijie meninggal di ultramaraton gunung lainnya di kota Zhaotong di Provinsi Yunnan, demikian portal berita Tiongkok Sohu melaporkan.

Setidaknya 15 maraton digelar di Tiongkok selama liburan bulan Mei tahun ini, dari 1 Mei hingga 5 Mei, menurut portal berita Tiongkok NetEase. Dan, dalam  seminggu sebelumnya, ada lebih banyak maraton diadakan di Beijing pada tanggal 24 April di mana ada sekitar 10.000 peserta dan maraton Huai’an di Provinsi Jiangsu pada tanggal 19 April.

Delain itu, “Run China”, sebuah seri maraton tahunan nasional bersama-sama diselenggarakan oleh Asosiasi Atletik Tiongkok dan media milik negara CCTV, telah mendaftarkan jumlah total 24 acara yang dipilih mencakup kota-kota di Tiongkok sepanjang tahun ini, menurut media pemerintah Xinhua.

Bila melihat peristiwa lalu, maraton-maraton pada awalnya adalah semacam acara khusus, tetapi menjadi sangat populer di Tiongkok sejak tahun 2010, kecuali untuk tahun 2020 karena terjadi epidemi. 

Sebuah dokumen resmi yang dirilis oleh Asosiasi Atletik Tiongkok yang disebut “Buku Biru Maraton Tiongkok Tahun 2019” menunjukkan, bahwa jumlah peserta dalam perlombaan-perlombaan maraton mencapai lebih dari 7 juta orang pada tahun 2019, sementara jumlah perlombaan-perlombaan terkait maraton meningkat dari 13 -perlombaan pada tahun 2010 menjadi 1.828 -perlombaan pada tahun 2019, lonjakan 140 kali lipat yang menakjubkan, menurut klaim portal berita Tiongkok Sina.

Perlombaan-perlombaan maraton telah berkembang di seluruh Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, menelurkan sebuah industri maraton domestik yang menyeluruh senilai puluhan miliar dolar. 

Meskipun sebagian besar maraton domestik dapat mengandalkan biaya-biaya dari para sponsor untuk menjalankan perlombaan-perlombaan, operator-operator perlombaan selanjutnya dapat menghasilkan pendapatan dengan memungut biaya pendaftaran dari pelari-pelari biasa. Tergantung pada panjang perlombaan tertentu, biaya-biaya bervariasi dari 12,00 dolar  hingga  37,00 dolar AS pada tahun 2018. 

Di tahun 2019, biaya pendaftaran saja mungkin sudah menghasilkan ratusan juta dolar. Total hasil industri maraton domestik tahunan tercapai  11,4 miliar dolar AS pada tahun 2018 dan terus meningkat, menurut sebuah laporan oleh Asosiasi Atletik Tiongkok.

Sebuah acara maraton adalah menguntungkan bagi penyelenggara acara. Sehingga membawa hasil bisnis yang besar untuk kota tuan rumah untuk meningkatkan ekonomi setempat, yang mencakup restoran, pariwisata, dan sektor-sektor ritel di kota tuan rumah. 

Ambil contoh kota Xiamen, di Provinsi Fujian di tenggara Tiongkok, misalnya, statistik-statistik menunjukkan bahwa Maraton Xiamen meningkatkan pendapatan bisnis kota Xiamen lebih dari  92 juta dolar AS pada tahun 2017, menurut Sina.

Jadi mudah untuk memahami, mengapa pemerintah-pemerintah kota di seluruh Tiongkok tertarik untuk mengadakan acara-acara maraton.

Monopoli Partai Komunis Tiongkok

Tidak seperti maraton-maraton yang diadakan di negara-negara lain, maraton-maraton yang berlangsung di Tiongkok, semuanya berada di bawah kendali Beijing serta pihak berwenang setempat rezim komunis Tiongkok, yang berarti tidak mudahlah bagi bisnis-bisnis swasta untuk mendapatkan bagian keuntungan yang besar, yang terus bertambah besar.

Sejauh menyangkut pihak berwenang pusat, Asosiasi Atletik Tiongkok yang dikelola negara masih mengendalikan sebagian besar acara sebagai penyelenggara resmi. Misalnya, sebagai bagian dari usaha patungan dengan Asosiasi Atletik Tiongkok, Manajemen Olahraga Balap Jalan Olimpiade Tiongkok  tidak hanya bertanggung jawab untuk menyelenggarakan acara tahunan Maraton Beijing tetapi juga memperoleh hak-hak operasi untuk  acara maraton setempat berskala besar, seperti Marathon Huai’an yang diadakan pada bulan April tahun ini, yang memenangkan sebuah tawaran sebesar setara 1,22 juta dolar AS.

Namun, pihak berwenang setempat juga dapat menjadi penyelenggara perlombaan, yang dioperasikan oleh perusahaan atau organisasi yang dikendalikan,  atau memiliki hubungan dekat dengan pihak berwenang setempat.

Misalnya, ultramaraton Gansu baru-baru ini, diselenggarakan oleh pemerintah kota Baiyin, Provinsi Gansu, dan diselenggarakan oleh  daerah Jingtai. Acara ini diselenggarakan oleh Gansu Shengjing, sebuah perusahaan yang mengerjakan banyak proyek pemerintah daerah.

Pada 23 Mei, pada sebuah konferensi pers, Zhang Xuchen,   Wakil Sekretaris Komite Partai Komunis Tiongkok kota Baiyin dan Walikota Baiyin, mengklasifikasikan insiden itu sebagai sebuah  masalah keamanan publik—disebabkan oleh perubahan cuaca setempat yang tiba-tiba.

Meskipun media Tiongkok umumnya yakin cuaca ekstrim tidak dapat dihindari, media Tiongkok gagal untuk meminta pertanggungjawaban penyelenggara. Dikarenakan,  tidak mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan keselamatan para pelari. 

Dengan jumlah korban sebanyak itu, perlombaan tersebut dapat dianggap sebagai sebuah bencana alam disebabkan oleh cuaca ekstrem. Akan tetapi sebenarnya, itu adalah sebuah bencana buatan manusia yang  disebabkan oleh kelalaian  ekstrim oleh pihak penyeleLebih banyak orang tewas di ultramarathon gunung, daripada daripada orang yang tewas akibat  gempa yang baru saja terjadi di wilayah tersebut. 

Para kritikus menuduh kelalaian pihak berwenang Baiyin yang  ekstrim, karena mereka seharusnya menghargai nyawa manusia dengan menghabiskan lebih banyak uang untuk memperkuat langkah-langkah keamanan, atau mereka  seharusnya membatalkan perlombaan tersebut berdasarkan prakiraan-prakiraan cuaca.

Seorang teman dekat Huang Guanjun berkata, “Ia tuli dan bisu dan bahkan tidak dapat meminta bantuan.”

Berbicara mengenai para  penyelenggara maraton dan tuan rumah, yang mana telah mengabaikan keselamatan dan kesehatan para peserta, para pejabat Beijing harus bertanggung jawab.

Sebagai contoh terbaru, pada23 Mei, Biro Meteorologi Beijing  mengeluarkan sebuah peringatan cuaca berkabut dan berdebu di sebagian besar wilayah, dengan jarak pandang minimal hanya 2 sampai 3 mil. Namun, Maraton Beijing tetap saja dimulai pada hari yang sama, di mana puluhan ribu pelari berpartisipasi dalam kondisi yang berbahaya.

Pada tahun 2014, pada sebuah maraton internasional di Beijing, skala PM2.5, yang mengukur jumlah mikrogram partikel per meter kubik, naik menjadi 344, dibandingkan dengan 25 mikrogram yang dianggap sehat oleh Organisasi Kesehatan Dunia. Puluhan ribu peserta harus memakai masker gas, menantang tersedak kabut campur asap yang kembali menyelimuti ibukota Beijing. 

Para netizen Tiongkok mengkritik  penyelenggara karena bersikeras mengadakan perlombaan, tanpa menunda  perlombaan walaupun mengetahui ramalan cuaca yang berkabut. Bahkan, sepenuhnya mengabaikan bahaya bagi kesehatan para pelari. Beberapa pelari yang frustrasi menyebutnya sebagai “smog-athon.”

Rezim komunis Tiongkok adalah kekuatan pendorong di belakang maraton nasional yang terburu-buru di Tiongkok, dan apa yang disebut ekonomi maraton adalah sebuah  bisnis monopolistik—dari Asosiasi Atletik Tiongkok yang dikelola negara hingga semua  pemerintah setempat. 

Namun, seperti yang dikatakan beberapa media domestik, keuntungan dan perilaku yang dimotivasi oleh uang yang menyertainya, telah menyimpang dari tujuan awal maraton, yang awalnya maraton ditujukan untuk mempromosikan kesehatan. 

Standar keamanan yang buruk dan kematian mendadak, itu hanyalah puncak gunung es dalam kekacauan maraton nasional yang terburu-buru.  (Vv)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular