Erabaru.net. Pada beberapa minggu terakhir ini, angka kasus konfirmasi positif Covid-19 meningkat di beberapa wilayah. Salah satu dampak yang dihadapi pada situasi saat ini yaitu kebutuhan tempat perawatan pasien di rumah sakit. Isolasi mandiri (isoman) merupakan alternatif yang dapat dilakukan warga yang terpapar virus dengan gejala ringan.
Menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang semakin tinggi, Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendorong lembaga usaha dan komunitas untuk terus berperan dalam menyediakan tempa isoman.
Plt. Deputi Bidang Pencegahan BNPB Harmensyah Dipl berharap keterlibatan pentaheliks untuk bersama-sama dapat mengatasi pandemi Covid-19. Salah satunya dukungan terhadap penyediaan tempat isoman.
Harmensyah menyampaikan bahwa penyediaan tempat isolasi mandiri dimaksudkan agar dapat mengurangi beban rumah sakit dan rumah sakit darurat Covid-19 dengan menampung pasien covid-19 yang tidak bergejala atau gejala ringan tanpa bantuan alat medis yang spesifik.
Menurutnya, tempat isolasi mandiri yang disediakan lembaga usaha dan komunitas nantinya dapat menampung pasien Covid-19 dari kalangan pegawai, keluarga pegawai dan masyarakat sekitar.
Namun, dalam penyediaan tempat isoman, Harmensyah menekankan pada beberapa hal, seperti lokasi memadai, aksesibilitas, kemudahan koordinasi dengan fasilitas Kesehatan sekitar, sarana dan prasarana pendukung, logistik, ketersediaan obat, sumber daya manusia, termasuk tenaga Kesehatan, keamanan dan kenyamanan.
“Tak kalah penting yang harus diperhatikan adalah pengelolaan limbah infeksius dari pasien di tempat isolasi mandiri yang bertujuan mencegah penularan virus dari limbah,” ujar Harmensyah dalam pertemuan koordinasi pada Selasa (13/7) secara dalam jaringan atau daring.
Ia menambahkan, bagi lembaga yang tidak mempunyai tempat isolasi mandiri, maka dapat menggunakan rumah warga, tempat pertemuan yang sedang tidak digunakan sebagai tempat isolasi mandiri berbasis masyarakat.
Pada pembukaan kegiatan Plt. Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo menyampaikan bahwa pertemuan koordinasi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana strategis penyediaan tempat isolasi mandiri dan membangun sinergi peran lembaga usaha dan komunitas dalam penanganan lonjakan Covid-19, terutama membahas cara penyiapan dan standarisasi tempat isoman.
Suryotomo mengatakan, Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 bekerja sama dengan BNPB, Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan telah membuat standard operating procedure (SOP) isoman mandiri terpusat yang mengatur pembagian peran dan dukungan-dukungan yang diperlukan.
“Satgas Penanganan Covid-19 juga siap membantu dukungan tenaga relawan baik medis maupun nonmedis, serta akan membantu dalam memonitornya,” tambah Suryotomo dalam pertemuan koordinasi yang dihadiri 65 perwakilan lembaga usaha dan organisasi.
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito meminta bagi Isoman untuk mempersiapkan stok obat-obatan dasar seperti Vitamin C, D, Zn atau jenis obat-obatan lain sesuai anjuran dokter. Tak hanya itu, mempersiapkan alat-alat kesehatan dasar seperti termometer atau pengukur suhu dan oxymeter atau pengukur saturasi oksigen.
Selain itu, perlu disediakan ruangan terpisah yang tidak terakses oleh anggota keluarga lainnya dan mempersiapkan daftar kontak orang terdekat dan terpercaya maupun hotline penting untuk perbantuan saat darurat.
Kemudian hal yang harus diperhatikan prosedur isolasi mandiri dilakukan yaitu dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan berolahraga 3-5 kali seminggu, makan makanan bergizi seimbang, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. Pengelolaan sampah dan limbah harian harus dilakukan dengan hati-hati oleh pendamping, minimal menggunakan APD.
Selanjutnya isolasi mandiri dilakukan minimal 10 hari untuk kasus tanpa gejala dan 10 hari untuk kasus dengan gejala ringan dengan tambahan 3 hari dalam keadaan tanpa gejala.
Jika terjadi kondisi memburuk yang umumnya ditandai dengan gejala demam, batuk, sesak, napas cepat dengan frekuensi >30x/menit, Prof Wiku menegaskan, maka segera hubungi nomor darurat dan layanan dokter atau petugas puskesmas setempat. (asr)
https://www.youtube.com/watch?v=H4ziS_OIbEk