Satu-Satunya Suku di Bumi yang Hidup di Laut, Dapat Berjalan Bebas di Dasar Laut

Erabaru.net. Di perairan luas di timur laut Indonesia, ada sekelompok warga suku pengembara yang hidup di atas laut, sehingga memiliki hubungan sangat dekat dengan laut dan nyaris tidak pernah berpisah dengan laut. Mereka adalah Suku Bajau.

Konon dahulu kala, seorang putri yang hanyut dan hilang terbawa oleh banjir besar. Ayahnya yang sangat kehilangan putri kesayangannya kemudian memerintahkan anak buahnya membentuk tim untuk melakukan pencarian dengan perintah harus dapat menemukan, jika tidak maka mereka akan dibunuh.

Kelompok bawahan ini jelas tidak dapat menyelesaikan tugas, sehingga mereka takut untuk kembali dan memilih tinggal di laut, yang kemudian menjadi nenek moyang Suku Bajau.

Warga Suku Bajau hidup di wilayah laut yang terbentang luas di 6 negara termasuk Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Ini adalah wilayah dengan spesies laut paling beragam di planet ini. Menyumbang sekitar 76% ikan dan batu karang dunia. Di perairan ini juga terdapat ikan paus biru, duyung, dan banyak jenis lainnya.

Sejak nenek moyang mereka hidup di laut, mereka meninggalkan kehidupan di darat, mereka memilih untuk menjalani kehidupan nomaden, mendirikan rumah panggung di atas air, dan mengandalkan perahu kayu kecil sebagai alat transportasi.

Anak-anak Suku Bajau tidak pernah belajar menghitung atau sains sejak masih kecil. Mereka membawa tas berisi jaring dan tombak ikan untuk belajar menangkap ikan, lobster dan gurita dengan naik perahu kayu buatan tangan.

Agar bisa menangkap ikan di dasar laut yang bertekanan air cukup kuat, anak-anak dari Suku Bajau biasanya ditusuk gendang telinganya sejak usia yang sangat muda untuk mengurangi rasa sakit waktu berada di perairan laut yang dalam. Hal mana menjadikan mereka satu-satunya orang di bumi yang bisa berjalan bebas di dasar laut.

Karena mereka hidup di laut sepanjang tahun, beberapa orang malahan memiliki penglihatan yang lebih baik ketika berada di bawah air. Tetapi sebagian orang Suku Bajau justru mengalami mabuk ketika mereka berada di darat.

Saat ini, kondisi kehidupan Suku Bajau telah membaik karena mendapat perhatian dari penggemar perjalanan juga para penjelajah. Tetapi apakah manusia air yang hanya berjumlah lebih dari 6.000 orang ini bisa tetap bertahan dengan kehidupan di laut ? Wallahualam !(sin/yn)

Sumber: aboluowang

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular