Kazakhstan Tangkap Lebih dari 8.000 Orang, Menlu AS Menyerukan Mandat Gencatan Senjata

Bi Xinci dan Chen Haiyue 

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menggelar panggilan video dengan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, pada Senin (10/1/2022). Saat ini memiliki lebih dari 2.000 anggota di Kazakhstan.

Tokayev mengklaim bahwa Kazakhstan telah mengalami percobaan kudeta dan pihak berwenang telah menangkap sekitar 8.000 pengunjuk rasa dan masih memburu apa yang disebut “teroris”.

 Tokayev mengatakan “16 anggota pasukan keamanan tewas dan lebih dari 1.300 terluka. Sayangnya, pihaknya memiliki korban sipil, jumlah akhir masih diperkirakan.”

Associated Press dan media Barat lainnya melaporkan bahwa, saluran berita negara Rusia melaporkan sebanyak 164 orang tewas dalam kerusuhan pekan lalu, tetapi tidak merinci jumlah korban sipil.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari yang sama bahwa pemerintah negara-negara anggota CSTO tidak akan dibiarkan digulingkan karena revolusi warna.

Putin menyalahkan sabotase domestik dan asing atas kerusuhan di Kazakhstan. Putin berjanji CSTO akan mundur dari Kazakhstan begitu misinya selesai.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada Minggu menegaskan kembali keprihatinannya yang mendalam atas keadaan darurat Kazakhstan. Blinken mendesak pihak berwenang untuk menghormati hak-hak para pengunjuk rasa.

Blinken juga menjelaskan bahwa dia dengan tegas menentang perintah penembakan dari pihak berwenang dan mendesak agar segera dicabut.

Namun demikian, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock  memperingatkan pada hari Senin bahwa Kazakhstan terlalu bergantung pada Tiongkok atau Rusia untuk melayani kepentingan Eropa.

Baerbock berkata : “Jelas bahwa ketergantungan sepihak negara-negara Asia Tengah pada Rusia atau Tiongkok bukanlah untuk kepentingan Eropa.”

Secara terpisah, Karim Massimov, mantan perdana menteri Kazakhstan dan ketua Dewan Keamanan Nasional, ditangkap atas tuduhan makar.

Presiden Tokayev memecat Massimov Kamis lalu, menuduh badan keamanan gagal mendeteksi “teroris” yang dimanipulasi oleh pasukan luar.

Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video pada Senin yang menunjukkan, Moskow mengirim pesawat militer untuk mengevakuasi sekitar 1.400 warga Rusia dari Kazakhstan.

Almaty, kota terbesar Kazakhstan, hampir kembali normal pada hari Senin 10 Januari, setelah seminggu penuh gejolak. Namun demikian, jalanan dipenuhi puing-puing dari mobil yang terbakar. Internet  kembali diaktifkan selama berjam-jam untuk pertama kalinya sejak Rabu lalu. (hui)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular