Erabaru.net. Aku dan mantan istriku bertemu di sekolah menengah. Saat itu, dia sedikit gemuk dan kulitnya agak gelap. Aku sering menggodanya, mengatakan bahwa aku tidak akan pernah menikahinya di masa depan.
Ketika kami masuk kuliah, kami diterima di universitas yang sama, tetapi kami tidak tahu bahwa kami akan menjadi akrab saat ospek.
Saat itu, dia seperti orang yang berbeda, dia terlihat agak langsing dan menjadi lebih putih, dia juga memakai riasan di wajahnya, sehingga dia bisa dianggap cantik.
Jika aku ketemu di jalan, mungkin aku tidak akan mengenalinya. Dia berinisiatif mencariku saat acara mahasiswa baru, dan aku baru mengenalnya saat mendengar suaranya. Bisa dibilang aku terharu. .

Dengan cara ini, kami mulai jalan bersama. Saya sering mengajaknya keluar untuk makan malam dan menonton film. Akhirnya, ketika aku menembaknya, dia setuju.
Selama empat tahun kuliah, kami membuat iri teman-teman kami. Dia belajar dengan keras. Agar bisa sebaik dia, aku juga menemaninya pergi ke perpustakaan setiap hari. Dengan cara ini, setelah lulus dari perguruan tinggi, kami berhasil menemukan pekerjaan yang baik.
Setelah kehidupan kami stabil, aku melamarnya, dan dia akhirnya menjadi istriku. Setelah menikah, kami masih hidup sangat harmonis, memiliki banyak topik yang sama, dan suka melakukan banyak hal bersama.
Di tahun ketiga pernikahan kami, yang merupakan tahun ketujuh kami bersama, dia hamil. Selama itu, aku sibuk dengan pekerjaan, sering bepergian, dan memiliki berbagai hiburan. Selama itu, seperti tidak peduli lagi dengan istriku, dan aku mengkhianatinya.
Semakin hari, aku menghabiskan waktu di luar, dan mantan istriku menemukan sesuatu yang tidak beres denganku, dan kami bertekar terburuk yang pernah ada, dan pada saat itu, dia tidak bisa menerima pengkhianatanku, dan mengajukan gugatan cerai.
Ketika aku mendengar dia minta bercerai, aku tidak setuju, tetapi mengusulkan untuk berpisah untuk jangka waktu tertentu.

Pada hari-hari kami perpisahan, aku mengkhawatirkan dia dan anak yang dia kandung, tetapi keangkuhanku mendorongku untuk tidak terlihat lemah di matanya.
Saat dia melahirkan aku datang untuk melihat putraku, dan itu juga pertama kali dan terakhir kali aku melihatnya setelah bercerai.
Setelah anaknya lahir, dia meneleponku dan meminta aku untuk menjalani prosedur perceraian, dan kali ini kami benar-benar bercerai.
Setelah perceraian, aku memulai kehidupan lajang, berkeliaran di berbagai bar, memulai berbagai kehidupan malam, aku tidak ingin pulang, karena aku takut sendirian, aku pikir aku mati rasa dengan alkohol, sehingga aku bisa melupakan mantan istriku dan memulai hidup baru.
Sampai aku melihat mantan istriku menunggu bus di tengah hujan di pinggir jalan, dalam hati aku merasa menang.

Pada awalnya aku ingin mengantarnya pulang untuk mempermalukannya, tetapi aku tidak menyangka bahwa sesampainya di rumahnya dan mendorong pintunya, seketika aku tercengang.
Rumah yang dia sewa adalah satu kamar. Rumah itu sangat kecil. Bisa dikatakan hanya ada satu tempat tidur, untuk tidur dan untuk memasak.
Rumah itu gelap dan lembab, tetapi ada gambar bulan purnama di dinding dan ada tiga orang di atasnya. Itu adalah satu-satunya foto kami bertiga bersama.
Hatiku mulai merasa tidak nyaman, sebenarnya aku merasa kasihan pada wanita di depanku, bahwa aku mengkhianati pernikahanku, bahwa aku jelas-jelas berdosa.
Aku berpikir, aku akan mulai mendekatinya lagi, aku akan menebus kesalahanku, dan aku akan mencintai dia dan anakku.
Aku ingin bertanya pada netizen, apakah aku masih layak untuk mendapatkannya?(yn)
Sumber: goez1