Erabaru.net. Aku berasal dari desa, dan aku memiliki adik laki-laki dan perempuan. Orangtuaku hanya menggantungkan hidup dari bertani dan tidak memiliki penghasilan lain, tetapi kedua orangtuaku selalu bersikeras agar kami bisa bersekolah.
Karena aku tidak terlalu pandai di sekolah, aku tidak ingin menyia-nyiakan uang orangtuaku, aku pun minta berhenti sekolah dan pergi bekerja untuk membantu beban keluarga dan mendukung adik-adikku untuk pergi ke sekolah.
Aku bertemu suamiku di pekerjaan. Dia juga berasal dari desa. Dia memiliki adik perempuan. Dia mengatakan bahwa adik perempuannya sangat pintar, dan adiknya selalu rangking 1 di kelas.

Selama kami berpacaran, suamiku memperlakukan aku dengan sangat baik. Setelah menjalani hubungan selama beberapa tahun, kami pun akhirnya menikah.
Setelah kami menikah, kami memiliki kehidupan yang baik, dan mertuaku juga sangat baik kepadaku. Tapi, setiap kali adik iparku pulang dari liburan, dia tidak melakukan pekerjaan rumah, dia bahkan menyuruh aku melakukan ini dan itu, rasanya seperti dia memperlakukan aku seperti pembantu.
Terkadang aku benar-benar tidak tahan, jadi aku tidak bisa menahan diri dan mengatakan beberapa patah kata, dan kemudian dia kembali berkata kepadaku: “Bukankah itu memang tugas Anda sebagai istri kakakku !”
Aku benar-benar kesal saat itu. Aku mengatakan ini kepada suamiku secara pribadi, tetapi suamiku tidak hanya tidak membantuku, tetapi dia malah mengatakan bahwa aku terlalu berlebihan. Saat itu, aku benar-benar marah dan menangis, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah lulus, adik iparku bekerja di perusahaan asing Fortune 500 dan menemukan pacar di kota. Setelah dua tahun berkencan, dia akan menikah.
Karena keluarga kami benar-benar tidak baik, dan kami baru saja merenovasi rumah tahun ini dan menghabiskan banyak uang. Pada hari pernikahannya, kami hanya memberinya 20.000 yuan.
Ketika adik iparku melihat bahwa kami telah memberi begitu banyak, dia berkata : “Kakak dan kakak ipar, situasi ekonomi keluarga kakak tidak terlalu baik, jadi jangan memberi terlalu banyak. Kalian masih butuh uang untuk menggemukan badan.”
Ketika aku mendengar kalimat ini pada saat itu, saya sangat marah, jika bukan karena hari pernikahan, aku pasti akan bertengkar hebat dengannya.

Pada hari adik iparku kembali, dia dan suaminya memberikan banyak barang dan sebuah amplop merah kepadaku.
Ketika aku membukanya, aku melihat bahwa itu adalah kartu bank. Aku bingung dan aku bertanya apa maksudnya dengan memberi kartu bank itu padaku.
Adik iparku mengatakan, bahwa selama bertahun-tahun, kami telah bersikap baik padanya, menoleransi sifatnya, mengurus dia untuk pergi ke sekolah. Tanpa kami, dia tidak akan berada di tempat dia sekarang. Maka dia memberi uang itu kepada kami.
Aku buru-buru menelpon suamiku. Suamiku mengatakan bahwa adiknya telah belajar sangat keras selama bertahun dan itu tidak mudah, sehingga dia tidak mau melakukan apa-apa saat pulang ke rumah.
Aku benar-benar tidak menyangka adik ipar yang sangat aku benci menjadi begitu baik dan peduli pada kami. (lidya/yn)
Sumber: hker.life