Shanghai Melaporkan Tingginya Kasus COVID-19 Tetapi Warga Setempat Mengungkapkan Jumlah Kasus Sebenarnya  Lebih Besar

Nicole Hao – The Epoch Times

Shanghai, Tiongkok, mengumumkan 2.676 kasus infeksi baru  COVID-19 pada Minggu (27/3), yang merupakan penghitungan harian tertinggi yang diberikan oleh para pejabat selama beberapa bulan terakhir. Tetapi banyak penduduk setempat mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mereka yakin angka sebenarnya pasti beberapa kali lebih tinggi saat memberi komentar bahwa rumah sakit kewalahan akan beban kerja karena semakin banyak staf medis yang diuji positif.

Hingga Sabtu, 36 rumah sakit di Shanghai telah ditetapkan sebagai rumah sakit khusus tempat perawatan pasien COVID-19.

Sebagian besar pasien COVID-19 dengan gejala yang relatif ringan dirawat di rumah sakit darurat yang didirikan di dalam stadion-stadion dan gedung-gedung apartemen.

Chen, seorang penduduk di komunitas Zhuanqiao di distrik Minhang, Shanghai, mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada  Minggu, bahwa seorang wanita pekerja medis yang menguji orang-orang setempat untuk COVID-19 mulai demam beberapa hari yang lalu, tetapi para pejabat tidak mengizinkan pekerja medis itu untuk beristirahat di rumah dan memaksanya untuk tetap bekerja.

Seorang karyawan di rumah sakit komunitas Zhuanqiao memposting di platform media sosial bahwa 12 staf di rumah sakit tersebut telah didiagnosis menderita COVID-19 setelah rumah sakit tersebut menguji 230.000 penduduk di komunitas Zhuanqiao.

“Sekarang, seluruh komunitas kami dikarantina,” kata Chen, menambahkan bahwa para pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan infeksi tanpa gejala dikarantina di rumah sakit darurat.

“Beberapa [rumah sakit darurat] menggunakan kontainer barang untuk mengisolasi orang-orang itu. Kondisi kehidupan [di dalam rumah sakit darurat] adalah sangat keras,” kata Chen.

Zhou Yan (nama samaran), seorang penduduk di distrik Changning, Shanghai, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon bahwa rumah sakit yang ditunjuk dan rumah sakit darurat sedang menangani lebih banyak kasus daripada yang dinyatakan oleh rezim Tiongkok.

“Total kasus infeksi sebenarnya harus beberapa kali daripada angka yang diumumkan secara resmi,” kata Zhou  Yan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada Kamis.

Lockdown

Para pejabat kota Shanghai mengumumkan pada Minggu bahwa 45 orang di Shanghai didiagnosis sebagai pasien COVID-19, sementara 2.631 pasien lainnya didiagnosis menderita infeksi tanpa gejala pada 26 Maret. Rezim Tiongkok mengkategorikan infeksi COVID-19 tanpa gejala yang jelas secara terpisah.

Angka-angka ini lebih tinggi dari pengumuman sebelumnya yang dibuat bulan lalu. Rezim Tiongkok mengumumkan 2.269 kasus infeksi baru pada hari Sabtu, 1.609 kasus infeksi baru pada Jumat, dan 983 kasus infeksi baru pada hari Kamis.

Pada hari Minggu, rezim Tiongkok mengumumkan “karantina gaya blok,” di mana komunitas di berbagai sisi Sungai Huangpu akan dikarantina pada waktu yang berbeda. Sisi selatan dan timur akan dikarantina mulai Senin sampai pukul 05.00 pada 1 April dan tepi barat sungai akan dikarantina dari pukul 03.00 pada 1 April hingga 5 April.

Selama karantina, rezim Tiongkok memerintahkan agar semua kompleks perumahan disegel dan tidak seorang pun yang diizinkan meninggalkan kompleks perumahannya tetapi boleh masuk kompleks perumahannya. Semua transportasi umum akan ditutup.

Dengan populasi 25 juta orang, Shanghai dipisahkan oleh Sungai Huangpu menjadi Pudong (timur Sungai Huangpu) dan Puxi (barat Sungai Huangpu, dan pusat kota tradisional). Bagian selatan Sungai Huangpu termasuk distrik Jinshan dan Fengxian yang jaraknya relatif jauh dari pusat kota Shanghai.

Aturan lockdown yang lebih ketat ini telah membuat takut penduduk Shanghai yang telah mengalami semi-lockdown selama berminggu-minggu di mana banyak dari penduduk Shanghai berjuang untuk memperoleh cukup makanan sambil berhadapan dengan meroketnya harga makanan.

Pada hari Sabtu, Otoritas Pengawas Pasar Shanghai menanggapi keluhan penduduk dan memberi denda pada sebuah toko kelontong karena harga yang tidak adil pada tahun 2020 dan pada Februari 2022.

Namun, penduduk Shanghai mengeluh harga-harga pangan saat ini daripada sejarah harga toko kelontong tersebut yang menjadi masalahnya. Penduduk Shanghai memposting secara online bahwa harga toko kelontong itu untuk kubis hijau adalah 78 yuan (usd 12,25), kubis napa adalah 77 yuan (usd 12,1), sedangkan kentang adalah 36,8 yuan (usd 5,78).

Menurut Biro Statistik Shanghai, pendapatan tahunan rata-rata di Shanghai adalah 78.027 yuan (USD 12.256) pada 2021, yaitu USD 33,58 per hari.

Panik

Penduduk setempat mengatakan kepada The Epoch Times dalam wawancara telepon bahwa mereka khawatir dengan apa yang sedang terjadi.

“Salah satu tetangga saya pergi berbelanja untuk makanan dan kemudian pembelanja lain di toko kelontong itu diketahui menderita infeksi COVID-19,” Lu Yao (nama samaran), seorang penduduk di distrik Xuhui di Shanghai, mengatakan kepada The Epoch Times bahasa Mandarin pada 25 Maret.

“Kemudian semua pembeli dikarantina di dalam rumah dan kemudian dikirim ke pusat-pusat karantina,” kata Lu Yao.

Lu Yao mengatakan tetangganya harus membayar untuk karantina sambil hidup seperti seorang narapidana.

Media Hong Kong, ON melaporkan pada Sabtu bahwa hampir 100 pasien COVID-19 tidur di lantai dengan menggunakan selembar karton sebagai alas tidur di Rumah Sakit Rehabilitasi Jun’ai, tanpa pengobatan atau menerima pengobatan apa pun.

Ratusan pasien di Stadion Jiading dipindahkan ke sebuah rumah sakit darurat yang dirawat oleh satu dokter, kata media ON saat melaporkan mengenai seorang pasien, yang menderita batuk parah, hanya menerima dua kantong obat Tiongkok yang tidak cukup untuk dikonsumsi dalam satu hari.

Pada hari Jumat, Rumah Sakit Shanghai Dongfang menyatakan bahwa Zhou Shengni, seorang perawat di departemen kebidanan dan ginekologi rumah sakit tersebut, meninggal karena asma pada Rabu.

Menurut rekan-rekan Zhou Shengni, Zhou Shengni mengalami serangan asma di rumah dan keluarga Zhou Shengni mengirimnya ke Rumah Sakit Dongfang yang tidak dapat merawatnya karena rezim di Shanghai tidak mengizinkan Rumah Sakit Dongfang untuk menerima pasien-pasien baru.

Keluarga Zhou Shengni mencoba beberapa rumah sakit lain malam itu, dan akhirnya menemukan Rumah Sakit Renji yang merupakan satu-satunya di antara rumah sakit yang diizinkan untuk merawat yang pasien-pasien baru. Sayangnya, perawatan datang terlambat, dan Zhou Shengni meninggal pada pukul 23.00 malam itu.

Selama beberapa hari terakhir, netizen-netizen Shanghai juga memposting video online, termasuk para penduduk senior yang meminta para petugas keamanan untuk mengizinkan para penduduk senior mengambil obat-obatan mereka di pintu masuk Rumah Sakit Longhua di Shanghai . (Vv)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular