Erabaru.net. Dengan berkembangnya zaman, tidak jarang orang lanjut usia menikah lagi. Pernikahan kembali orang tua seringkali membutuhkan pendapat dai anak-anak dari kedua belah pihak. Tanpa dukungan anak-anak, pernikahan kemungkinan akan berumur pendek.

Namaku, Lukman dan sekarang usiaku 50 tahun. Sebelum lulus SMP, aku sudah memulai usaha kecil-kecilan dengan orangtuaku, dan penghasilan saya cukup stabil. Kemudian, melalui seorang kenalan, aku menikah dengan Rita.
Rita adalah wanita pekerja keras dan berbudi luhur, dia mengelola keluarga dengan baik. Tetapi, saya tidak pernah aku bayangkan adalah, istriku akan meninggal karena penyakit ketika putri kami berada di tahun pertama sekolah menengah.
Pada saat itu, aku merasa putus asa, dan saya tiba-tiba kehilangan kepercayaan untuk hidup, tetapi demi putriku, aku mendapatkan kepercayaan lagi untuk hidup.
Sejak kematian istriku, aku fokus pada bisnisku dan membesarkan putriku dengan sepenuh hati.
Kemudian, putriku diterima di universitas terkenal. Setelah lulus, dia juga menemukan suami yang baik. Sekarang putriku memiliki pernikahan yang bahagia dan keluarga yang bahagia.
Meskipun putri dan menantuku sangat berbakti, mereka memiliki karier dan keluarga sendiri dan semakin sedikit waktu yang mereka habiskan bersamaku. Setiap malam aku sendirian di rumah, dan aku mulai merasa kesepian.
Untuk menghilangkan rasa kesepian, kau sering mengikuti berbagai kegiatan untuk lansia. Kemudian, di sebuah pesta, aku bertemu dengan wanita, Lucia.

Saat itu, Lucia bekerja sebagai pembersih di sebuah pusat perbelanjaan dengan gaji bulanan sekitar 2.000 yuan (sekitar Rp 5 Juta). Dia memiliki seorang putra, dan putranya sudah menikah.
Kami saling kenal selama lebih dari setengah tahun dan karena kami merasa cocok, kami menjalin hubungan.
Kami kemudian memutuskan untuk menikah, dan kami tidak memberitahu pada anak-anak kami masing-masing, kami takut mereka tidak setuju.
Dalam sekejap mata, kami telah menikah selama setengah tahun, dan hidup kami cukup baik. Tetapi dalam enam bulan pernikahan, aku belum pernah melihat putra Lucia, karena putranya tinggal jauh dari rumah kami.
Beberapa waktu yang lalu, putranya dan menantunya kembali untuk mengunjunginya, dan ini adalah pertama kalinya kami bertemu.

Putranya mengundang kami ke hotel untuk makan besar hari itu, dan memberi aku uang sekitar Rp 7,5 juta, dia mengatakan itu adalah hadiah untuk kami.
Setelah menyerahkan uang itu padaku, anak tiriku berkata: “Paman, meskipun Anda dan ibu saya telah menikah, ibu saya tidak dapat menikahi Anda dengan begitu saja. Anda tidak bisa hanya menikahi ibu saya, tetapi Anda sekarang harus memberikan uang 100 juta, dan untuk bulanan 10 juta, saya tidak ingin ibu saya menjadi pengasuh gratismu.”
Aku melirik Lucia. Dia menundukkan kepalanya dan tidak berbicara. Dari ekspresinya, aku tahu bahwa dia sangat malu.
Aku pikir ini bukan murni keinginan dari Lucia, pasti anak tirinya mengambil kesempatan dari pernikahan ini untuk memeras uangku.
Mendengarkan permintaan putranya yang tidak masuk aku, aku langsung melemparkan uang yang dia berikan padaku dan menamparnya di depan Lucia.
Tanpa diduga, putranya mencoba memukul aku tetapi dihentikan oleh Lucia.

Setelah kejadian ini, Lucia merasa tidak nyaman, dan aku juga tahu bahwa dia berada dalam dilema antara aku dan putranya.
Kemudian, aku memikirkannya dan memutuskan untuk menceraikan Lucia, bukan karena aku tidak mencintainya, tetapi karena aku tidak ingin Lucia akan putus hubungan dengan putranya.
Namun, Lucia tidak ingin bercerai, dia berkata bahwa dia benar-benar ingin tinggal bersamaku, dan berharap aku bisa memberinya waktu agar dia bisa menyelesaikanmasalahnya dengan putranya, tapi aku khawatir semuanya akan sia-sia.
Pernikahan adalah peristiwa yang membahagiakan, mengapa sebagian orang selalu menganggap pernikahan sebagai momen untuk mendapatkan uang?(lidya/yn)
Sumber: hker.life