Erabaru.net. Namaku Wei Wei, dan aku telah menikah untuk kedua kalinya dengan suamiku saat ini selama lebih dari setahun.
Sebelumnya, aku mengalami pernikahan yang gagal dan memiliki seorang putri yang masih kecil.
Di tempat kerja, aku bertemu suami saya saat ini.
Tapi bagaimanapun juga, saya sudah bercerai dan punya anak.
Jadi sejak awal, dia sudah tahu latang belakangku.
Tetapi suamiku tidak mempermasalahkannya, tetapi malah lebih perhatian, karena takut akan menyakitiku lagi.
Akhirnya kami berjalan bersama.

Suamiku juga memperlakukan putriku seolah-olah dia adalah anaknya sendiri.
Melihat ini, hati saya nyaman.
Namun, orangtua suamiku sangat menentang.
Mereka merasa bahwa saya seorang janda dan memiliki seorang putri, dan kondisinya tidak layak untuk putranya.
Karena ini, suamiku selalu bertengkar dengan ibunya sebelum memaksa ibunya untuk setuju.
Setelah menikah, aku membawa putriku untuk tinggal bersama suamiku dan mertua.
Ayah mertua baik-baik saja, dia tidak mempermasalahkanku, dan dia tidak terlalu memperhatikanku.
Tapi, ibu mertua yang tidak mau menerimaku, mulutnya sangat pedas, dan sikapnya sangat dingin padaku.
Aku melakukan semua pekerjaan kotor di rumah, membuatku merasa seperti pengasuh.
Aku menangis dan berpikir untuk pergi dari sini.

Tapi ketika aku memikirkan kebaikan suamiku kepadaku, aku hanya menelan keluhan dan menahannya diam-diam.
Beberapa waktu yang lalu, perusahaan mengirim aku untuk perjalanan dinas selama sekitar satu minggu.
Semuanya baik-baik saja, kecuali kau menghkhawatirkan putriku, yang baru berusia dua tahun.
Saya bertanya lagi dan laig, dan suamiku juga berjanji untuk merawatnya dengan baik.
Selama kepergianku, aku masih merasa sangat was-was, dan aku menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tiga hari dan bergegas pulang.
Apa yang terjadi selanjutnya membuatku sangat sedih dan juga marah.
Ketika ibu mertua melihat aku pulang lebih awal, putriku terlihat sangat tidak wajar.
Intinya, setelah hanya 3 hari aku tidak ada di rumah, putriku mencoba menghindariku.
Seolah-olah ada beberapa rahasia di tubuhnya, dia selalu takut aku sentuh.

Hari itu, aku ingin memandikan putriku, tetapi menemukan beberapa luka memar di tubuhnya.
Aku gemetar karena marah dan bertanya apa yang terjadi?
Putriku menunjuk ke kamar ibu mertua dengan ketakutan, dan dalam sekejap, aku segera paham.
Air mata mengalir di wajahku, meskipun anak itu bukan cucu kandungnya, seharunya tidak memberlakukan seperti ini!
Setelah kejadian itu, suamiku mengetahuinya dan meminta maaf kepadaku dengan segala cara.
Dengan sikap suamku ini, aku menjadi serba salah.
Apa yang harus lakukan? Haruskah kita bercerai?(lidya/yn)
Sumber: uos.news