Erabaru.net. Setelah otoritas Tiongkok melancarkan serangan balasan terhadap sejumlah perusahaan Amerika Serikat, pada hari Selasa (23/5), perusahaan e-commerce raksasa Amerika Serikat, Amazon tiba-tiba mengumumkan penarikannya dari pasar Tiongkok dengan menutup situs web resminya di Tiongkok pada 17 Juli 2023 mendatang.
Pada 23 Mei, Amazon mengirimkan pemberitahuan email kepada pengguna Tiongkok bahwa mulai 17 Juli 2023, Amazon akan menghentikan layanan aplikasi di negara tersebut.
Amazon Appstore adalah toko aplikasi yang diluncurkan oleh Amazon, sejak diluncurkan pada tanggal 22 Maret 2011 sudah dapat digunakan di sekitar 200 negara.
Di Tiongkok, Appstore harus diunduh dari situs web resmi Tiongkok, yang terutama menyediakan unduhan konten seperti aplikasi dan game.
Reuters mengutip ucapan dari juru bicara Amazon memberitakan bahwa sebelum penutupan situs web resmi Amazon di Tiongkok, pihaknya akan bekerja sama dengan penjualnya untuk memastikan transisi yang lancar dan terus memberikan layanan sebaik mungkin kepada pelanggan.
Bagi penjual yang berniat memanfaatkan platform Amazon di luar Tiongkok masih dapat terus menjual produk melalui situs web penjualan global perusahaan.
Namun hingga saat ini pihak Amazon belum secara resmi memberikan penjelasannya.
Amazon memasuki pasar Tiongkok pada tahun 2004. Setelah mengakuisisi Joyo.com lalu membentuk “Amazon China” yang memiliki lebih dari 10.000 orang karyawan.
Tampaknya reaksi dari netizen Tiongkok terhadap penutupan layanan “Amazon China” tidak besar. Para ahli percaya, langkah tak berdaya “Amazon China” ini juga menunjukkan bahwa raksasa teknologi asing menghadapi tantangan dari banyak peraturan, lingkungan pasar, dan persaingan lokal di pasar Tiongkok, sehingga sulit untuk bertahan.
Frank Tian Xie, seorang profesor dari Aiken School of Business, University of South Carolina, Amerika Serikat mengatakan : “Penarikan ‘Amazon China’ dari pasar Tiongkok mungkin tidak berdampak banyak terhadap pasar e-commerce Tiongkok. Karena kami melihat perusahaan e-commerce retail ini pada dasarnya sulit bersaing dengan beberapa perusahaan lokal Tiongkok.
“Tentu saja, kita juga tahu bahwa beberapa perusahaan e-commerce di Tiongkok, dari Alibaba hingga Tencent, sebenarnya mereka itu meniru perusahaan atau layanan serupa di Amerika Serikat. Ketika Pemerintah Tiongkok mendukung perusahaan e-commerce dalam negeri ini sebenarnya juga menolak e-commerce luar. Sehingga e-commerce luar negeri akan merasa sulit untuk bersaing di sana. Selain itu adanya perlindungan hak milik pribadi di Tiongkok, hal-hal ini sebenarnya sangat memusingkan bagi mereka (e-commerce)”.
Sebenarnya, pada tahun lalu, “Amazon China” telah mengumumkan rencananya untuk menghentikan bisnis e-book Tiongkok mulai 30 Juni tahun ini, dan menghentikan penjualan Kindle e-readers pada bulan Juni tahun lalu. Segera, pengguna di Tiongkok tidak akan dapat membeli e-book Mandarin baru. e-book Mandarin yang dibeli dapat diunduh ke Kindle e-reader hingga 30 Juni 2024, setelah itu aplikasi Kindle juga akan dihapus dari toko aplikasi Android dan Apple.
“Kindle e-readers sebenarnya berada di Amerika Serikat. Penjualan produknya seperti e-reader Kindle ini sebenarnya juga dalam keadaan menurun. Alasannya menurut saya karena orang masih menggunakan ponsel, yang fungsinya cukup luas,” kata Frank Tian Xie.
Bagi Amazon, meninggalkan pasar Tiongkok lebih karena alasan ingin menghentikan kerugian dari operasional, meskipun tidak akan menggoyahkan posisinya sebagai perusahaan e-commerce yang dominan di Amerika Serikat.
Frank Tian Xie mengatakan : “Di Amerika Serikat pun, Amazon sebagian besar usahanya juga bergantung pada penjualan ritelnya, situs web ritel Amazon, dan layanan cloud computing (komputasi awan). Saya pikir layanan cloud computing Amazon masih memiliki sejumlah keunggulan.” (sin/yn)
Sumber: ntdtv